Selasa, 17 November 2009

Untuk mengangkat derajat Boe Tong Pay, Boe Kie hanya menggunakan pukulan-pukulan
Thay Kek Koen. Dengan beruntung, ia mempergunakan Tan Pian disusul dengan Tee Chioe
Siang Sit. Kemudian Pek Ho Liang Chie Dan Louw Sit Yauw Po. Selagi mengeluarkan Chioe
Hie Pie Pee (jari-jari tangan memetik pie-pee semacam tetabuhan seperti gitar) tiba-tiba saja
ia mendusin dan pada ketika itu, ia menyelami intisari daripada Thay Kek Koen yang pada
hakekatnya mempunyai dasar yang bersamaan dengan Kian Koen Tay Li Ie Sin Kang.
Dengan demikian, Chioe Hwie Pie Pee menyambar bagaikan mengalirnya air, dengan
keindahan yang mengagumkan.
Pada detik itu, Oe Boen Cek merasa, bahwa bagian atas badannya sudah ditutup dengan
tenaga pukulan lawan dan dia tidak dapat berkelit lagi. Dalam menghadapi bahaya, cepatcepat
ia mengerahkan tenaga di punggungnya untuk menerima pukulan Boe Kie dan dengan
berbareng tinju kanannya disabetkan. Ia mau melawan keras dengan keras, supaya kedua
belah pihak celaka bersama-sama.
Diluar dugaan, pada waktu belakangan Boe Kie mengubah gerakannya. Ia membuat sebuah
lingkaran dengan kedua tangannya, seperti orang memeluk . (alam semesta). Mendadak saja
dari lingaran itu keluar semacam tenaga dahsyat, tenaga yang berputaran seperti pusar laut.
Hampir berbareng, tubuh Oe Boen Cek berputar-putar tujuh delapan putaran laksana
gangsing. Dengan ilmu Cian Kin Toei, ia berhasil menolong diri. Paras mukanya berubah
merah padam, malu bercampur gusar.
Sungguh lihai Thay Kek Koen dari Boe Tong Pay! teriak Yo Siauw.
Oe Boen Lao heng! seru Cioe Tian sambil tertawa nyaring. Lebih baik jika kau dinamakan si
gangsing berlengan delapan. (gelar Oe Boen Cek Pat Pie Sin Mo Iblis berlengan delapan)
Apa salah orang berputaran? menyambung In Ya Ong. Liang San mempunyai Hek Soan
Hong (si angin puyuh hitam). Angin puyuh mesti berputaran, bukan?
Saling sahut, pentolan-pentolan Beng Kauw mengejek sepuas hati.
Sekarang Oe Boen Cek benar-benar kalap. Dari merah, paras mukanya berubah hijau. Dengan
mengaum seperti harimau edan, ia menerjang. Cara menyerangnya berubah. Tangan kirinya
menghantam dengan tinju atau telapak tangan. Tangan kanannya dengan menggunakan jarijari
tangan, menotok atau mencengkram.
Jilid 49___________________
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 897
Karena belum berlatih dalam Thay Kek Koen, Boe Kie lantas saja keteter. Beberapa saat
kemudian terdengar suara Bret! dan tangan baju Boe Kie robek, kesambar jari tangan yang
sangat luar biasa itu. Boe Kie terpaksa menggunakan ilmu mengentengkan badan. Oe Boen
Cek mencaci dan mengubar. Tapi mana bisa ia mengubar Boe Kie?
Sambil berlari-lari, Boe Kie berpikir, Kalau aku terus kabur, bukankah aku kalah? Aku belum
biasa dengan Thay Kek Koen, biarlah aku menyisipkan Kian Koen Tay Lo Ie.
Memikir begitu, ia memutar badan seraya memasang kuda-kuda dari Ya Ma Hoen Coeng,
salah satu pukulan Thay Kek Koen, tapi tangan kirinya diam-diam bersiap-sedia untuk
mengeluarkan gerakan Kian Koen Tay Lo Ie. Oe Boen Cek menubruk dan menusuk pundak
Boe Kie dengan satu jari. Hampir berbareng, ia mengeluarkan kesakitan dan matanya
berkunang-kunang, karena entah bagaimana jarinya berbalik menusuk lengan kirinya,
sehingga lengan itu hampit tidak bisa diangkat lagi.
Yo Siauw tahu, bahwa Boe Kie bukan menggunakan Thay Kek Koen, tapi ia sengaja
berteriak, Lihai sungguh ilmu Thay Kek Koen!
Thay Kek Koen apa! Ilmu siluman! teriak Oe Boen Cek dengan mulut berbusa. Secara nekatnekatan
ia mengirim tiga pukulan berantai, sehingga Boe Kie terpaksa melompat mundur.
Dengan mata beringas, ia melompat mundur seraya menyodok dengan dua jari tangannya.
Sekarang Boe Kie sudah bersiap sedia dengan Kian Koen Tay Lo Ie, bagaikan kilat ia
menempel dan menarik tangan musuh. Tok! kedua jari tangan Oe Boen Cek amblas di tiang
Sam Ceng Tian!
Semua orang kaget tercampur geli.
Sesudah suara tertawa mereda. Mendadak terdengar bentakan Jie Thay Giam. Tahan! Oe
Boen Cek, kau menggunakan Kim Kong Cie dari Siauw Lim Pay, bukan?
Boe Kie melompat mundur mendengar Kim Kong Cie dari Siauw Lim Pay ia segera ingat
luka Jie Thay Giam dan In Lie Heng dan selama kurang lebih dua puluh tahun, orang-orang
Boe Tong Pay menduga bahwa perbuatan itu dilakukan oleh orang Siauw Lim Pay.
Mendengar bentakan Jie Thay Giam terdapat kemungkinan besar, bahwa si penyerang gelap
itu adalah Pat Pie Sin Mo.
Sementara itu Oe Boen Cek sudah menjawab dengan suara dingin. Kalau benar Kim Kong
Cie, mau apa kau? Siapa suruh kau berkepala batu, tak mau memberitahukan kemana
perginya To Liong To? Enakkah menjadi manusia bercacat selama dua puluh tahun?
Oe Boen Cek! teriak Jie Thay Giam. Terima kasih, bahwa hari ini segala apa sudah menjadi
terang. Kalua begitu, aku sudah dicelakai oleh Siauw Lim Pay dari See-Hek. Ia berhenti
sejenak dan berkata pula dengan suara parau. Hanya sayang Hanya sayang Ngo Tee.. Ia tak
dapat meneruskan perkataannya, sedang air matanya mengucur dengan deras.
Sebagaimana diketahui, Thio Coei San membunuh diri sebab Jie Thay Giam dilukai oleh In
So So dengan jarum emas. Sehingga ia tak ada muka untuk bertemu pula dengan kakak
seperguruannya itu. Tapi sesudah melukai Jie Thay Giam, In So So telah minta bantuan Liong
Boen Piauw Kiok untuk membawa pendekar itu pulang ke Boe Tong. Sebenarnya kalau itu
hanya mendapat luka itu, luka dari jarum emas, sesudah diobati Jie Sam Hiap akan sembuh
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 898
seluruhnya. Yang mengakibatkan kelumpuhan kaki tangannnya adalah pijitan Tay Lek Kim
Kong Cie. Andaikata pada hari itu, orang yang berdosa dapat dicari, suami isteri Thio Coei
San tentu tidak akan membunuh diri.
Mengingat begitu dan mengingat pula penderitaannya sendiri, Jie Thay Giam sedih
bercampur gusar. Dengan darah mendidih dan kedua mata yang seolah-olah mengeluarkan
api, ia menatap wajah musuh besarnya itu.
Mendengar perkataan pamannya, Boe Kie lantas saja ingat cerita yang pernah dituturkan oleh
mendiang ayahnya. Dahulu dalam kuil Siauw Lim Sie terdapat seorang Tauw Too (Hweesio
yang piara rambut) yang bekerja di dapur dan yang karena sering dianiaya oleh pemilik dapur
menjadi sakit hati dan lalu belajar silat secara diam-diam. Belakangan Tauw Too itu
membinasakan Sioe Co (pemimpin) Tat Mo Tong, Kouw Tie Sian Soe, dan lalu melarikan
diri. Sesudah itu, di dalam Siauw Lim Sie timbul gelombang. Pentolannya pada Berebut
kekuasaan. Akhirnya salah seorang pemimpin, yaitu Kouw Hoei Sian Soe pergi ke See Hek
dan mendirikan lagi Siauw Lim Pay di daerah tersebut. (baca Kisah Pembunuh Naga Jilid 2
mulai halaman 67)
Oe Boen Sie Coe sungguh kejam, kata Thio Sam Hong. Kami sama sekali tidak pernah
menduga, bahwa diantara ahli waris-ahli waris Kouw Hoei Sian Soe terdapat manusia seperti
Sie Coe.
Oe Boen Cek menyeringai, Kouw Hoei! katanya. Huh huh! Manusia apa Kouw Hoei?
Thio Sam Hong lantas saja mendusin.
Sesudah Jie Thay Giam bercacad karena Kim Kong Cie, Boe Tong Pay lalu mengirim orang
ke kuli Siauw Lim Sie untuk menanyakan. Hong Siauw Lim Sie menolak segala tuduhan dan
menduga bahwa perbuatan itu dilakukan oleh salah seorang anggota Siauw Lim Pay cabang
See Hek. Tetapi sesudah diselidiki dengan seksama, terdapat bukti bahwa cabang See Hek itu
sudah lemah sekali. Murid-muridnya kebanyakan hanya mempelajari ajaran agama Buddha
dan tidak mengenal ilmu silat. Sekarang mendengar jawaban Oe Boen Cek manusia apa
Kouw Hoei Thio Sam Hong segera menarik kesimpulan bahwa dia bukan murid Siauw Lim
Pay cabang See Hek, tak mungkin dia mencaci Aoew Soe-nya sendiri.
Maka itu ia lantas saja berkata. Tak Heran! Tak Heran! Sie Cie tentulah ahli waris dari si
Tauw Too pembantu dapur. Sie coe bukan saja sudah mempelajari ilmu silatnya, tapi juga
sudah menelah kejamannya. Tak heran kalau Siauw Lim Pay rusak dalam tangan Sie Coe.
Siapa itu Kong Siang? Apa dia saudara seperguruan Sie Coe?
Benar! Jawabnya. Ia Soehengku, ia bukan Kong Siang, ia bernama Kang Siang. Thio cin jin,
bagaimana kalau Pan Jiek Kim Kong Cie dari Kim Kong Boen kami dibandingkan dengan
Ciang Hoat dari Boe Tong Pay?
Tidak nempil! bentak Jie Thay Giam. Batok kepalanya sudah dihancurkan oleh guruku.
Sambil berteriak, Oe Boen Cek menubruk. Dengan Jie Hong Sie Pit, Boe Kie merintangi
serangan terhadap Jie Thay Giam. Oe Boen Cek, bentaknya. Lekas keluar Hek Giok Toan
Siok Ko! (Koyo Giok Hitam untuk menyambung tulang)
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 899
Oe Boen Cek terkesiap. Bagaimana dia tahu tanyanya di dalam hati. Koyo penyambung
tulang sangat dirahasiakan, walau murid biasa tak mungkit tahu adanya obat luar biasa itu.
Boe Kie mengenal nama obat itu dari kitab obat-obatan mendiang Ouw bahwa di daerah See
Hek terdapat semacam ilmu silat Gwa Kee mungking cabang Siauw Lim Pay yang sangat
aneh. Tulang manusia yang dipatahkan dengan ilmu itu hanya bisa diobati dengan Hek Giok
Toan si Koyo, tapi cara membuat obat itu dengan sangat dirahasiakan dan tak diketahui oleh
orang luar.
Mengingat itu, Boe Kie segera menyebutkannya untuk menjajal benar tidaknya catatan dalam
kitab itu. Benar saja paras muka Oe Boen Cek segera berubah dan ia tahu bahwa tebakannya
tidak meleset.
Anak kecil, cara bagaimana kau tahu nama obat itu? tanyanya.
Keluarkan! bentak Boe Kie. Mengingat nasib kedua orang tuanya karena gara-gara manusia
itu, darah Boe Kie mendidih dan ia tak mau banyak bicara.
Sementara itu, sesudah memikir sejenak, hati Oe Boen Cek jadi lebih besar. Tapi biarpun
dalam gebrakan pertama, ia mendapat sedikit kesalahan, akan tetapi sesudah ia mengeluarkan
Tay Lek Kim Kong Cie, Boe Kie tak berani melawan lagi dan hanya berlari-lari. Maka itu
asal saja ia berhati-hati terhadap ilmu menempel dan menarik dari si Too tong, ia pasti akan
memperoleh kemenangan, pikirnya. Memikir begitu, ia maju setindak seraya membentak.
Binatang kecil! Aku suka mengampuni jiwamu, jika kau berlutut tiga kali. Kalau tidak,
lihatlah contoh si orang she Jie.
Alis Boe Kie berkerut. Ia bertekat untuk mendapatkan Hek Giok Toan Siokko, tapi ia belum
mendapat jalan untuk memunahkan Tay Lek Kim Kong Cie. Kian Koen Tay Lo Ie memang
bisa melukai dia, tapi tidak bisa memaksa dia mengeluarkan obat itu.
Selagi ia mengasah otak, tiba-tiba Thio Sam Hong menggapai seraya berkata, anak, mari sini!
Baik, thay Soehoe, jawabnya sambil menghampiri.
Anak, kau dengarlah, kata guru besar itu. Menggunakan maksud tidak menggunakan tenaga.
Thay Kek Koen berputaran bundar tak putus-putusnya mendapat kesempatan mendapat
kedudukan baik, sehingga akarnya lawan putus sendirinya. Setiap jurus, setiap pukulan,
haruslah bersambung-sambung seperti sungai Tiang Kang, gelombang tak habis-habisnya.
Sesudah memperhatikan cara berkelahinya Boe Kie, Thio Sam Hong sudah mendapat intisari
dari pada Thay Kek Koen, tapi karena Boe Kie sudah memiliki ilmu yang tinggi, maka dalam
menggunakan pukulan-pukulan Thay Kek Koen, ia masih belum bisa menyelamai maksud
terpenting dari Thay Kek Koen, yaitu Wan Coan Poet Toan (berputaran tidak habis-habisnya)
Sebagai seorang yang cerdas, beberapa perkataan itu sudah cukup untuk menyadarkan Boe
Kie.
Cepat! teriak Oe Boen Cek. Sesudah masuk ke gelanggang, mana bisa kau belajar?
Bisa! Kau sambutlah pukulan yang baru didapat olehku, katanya seraya memutar tubuh. Ia
membuat sebuah lingkaran dengan tangan kanannya dan menghantam muka musuh. Itulah
pukulan Ko Tam Ma dari Thay Kek Koen. Oe Boen Cek menyambut dengan babatan jari-jari
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 900
tangannya yang berbentuk golok. Bagaikan kilat Boe Kie mengubah gerakannya. Ia membuat
lingkaran dengan kedua tangannya dalam pukulan Song Hong Koan Nyie. Kali ini terlihatlah
lihainya ajaran Thio Sam Hong mengenai Wan Coan Poet Toan. Begitu ia mengerahkan
tenaga, tubuh Oe Boen Cek terhuyung. Dengan saling susul Boe Kie segera membuat
lingkaran-lingkaran. Lingkaran di kiri, lingkaran di kanan, lingkaran besar, lingkaran rata,
lingkaran berdiri, lingkaran miring setiap lingkaran meruapakan bola dunia.
Diserang begitu, Oe Boen Cek tak bisa mempertahankan diri lagi. Tubuhnya limbung,
terhuyung kian kemari seperti orang mabuk arak. Tiba-tiba dengan nekat dia menyodok
dengan lima jari tangannya. Boe Kie menyambut dengan Ia Chioe (tangan awan) tangan kiri
tinggi, tangan kanan lebih rendah dan dengan sekali membuat lingkaran, ia sudah
menggulung lengan musuh dalam lingkaran itu. Hampir berbareng, ia mengeluarkan tenaga
Kioe Yang Sin Kang. Krek krek krek! tulang lengan Oe Boen Cek hancur beberapa tempat.
Mengingat kekejaman musuh dan mengingat pula nasib kedua orang tuanya. Boe Kie turun
tangan tanpa sungkan-sungkan. Dengan saling susul ia membuat lingkaran-lingkaran In Chioe
diikuti suara patah atau hancurnya tulang setelah lengan kanan, lengan kiri, kemudian betis
kiri dan betis kanan. Sambil mengeluarkan teriakan menyayat hati, Oe Boen Cek terguling.
Seumur hidup Boe Kie belum pernah begitu gusar. Kalau bukan ingin mendapatkan Hek Giok
Toan Siokko, ia tentu sudah mengambil jiwa musuh besar itu.
Salah seorang pengikut Tio Beng lantas saja memburu dan mendukung jago yang roboh itu,
dibawa balik ke barisan sendiri.
Si botak A Jie melompat ke luar dan tanpa menegur lagi, ia menghantam dada Boe Kie.
Sebelum telapak tangan musuh tiba, Boe Kie sudah merasai tindihan tenaga yang sangat
berat, maka ia buru-buru mengeluarkan pukulan Sia Hwie Sit untuk menolaknya. Tanpa
mengeluarkan sepatah kata, A Jie menancapkan kedua kakinya di lantai dan mengirim
pukulan berantai yang disertai Lwee Kang yang sangat dahsyat. Melihat pukulan dan usia
musuh, Boe Kie menduga bahwa dia adalah kakak seperguruan Oe Boen Cek. Dia kalah gesit,
tapi tenaganya lebih besar daripada Oe Boen Cek.
Dengan menggunakan Kouw Koat (teori) menempel dan menarik dari Thay Kek Koen. Boe
Kie coba mendorong, tapi tenaga dalam musuh terlalu kuat. Bukan saja ia tidak berhasil,
bahkan dia sendiri kena didorong dan terhuyung beberapa kali. Tiba-tiba semangat Boe Kie
terbangun, biarlah aku melawan Lwee Kang dengan Lwee Kang, katanya di dalam hati. aku
akan lihat Lwee Kang Siauw Lim atau Kioe Yang Sin Kang yang lebih lihai.
Sesaat itu, telapak tangan si botak kembali menyambar. Sambil mengerahkan Kioe Yang Sin
Kang, Boe Kie memapaki dengan tangannya. Itulah keras melawan keras. Dengan
mengeluarkan suara nyaring, kedua tangan kebentrok dan tubuh kedua lawan sama-sama
bergoyang.
Thio Sam Hong terkejut, dengan cara itu, siapa lebih kuat siapa menang dan bertentangan
dengan teori Thay Kek Koen. Pikirnya. kakek itu memiliki Lwee Kang luar biasa tinggi, yang
jarang terlihat dalam rimba persilatan. Dalam gebrakan tadi, anak itu mungkin sudah
menderita luka.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 901
Tapi sebelum Thio Sam Hong sempat memikir jalan yang baik, tangan Boe Kie dan si botak
sudah beradu lagi. Kali ini si kakek bergoyang-goyang, sedang badan Boe Kie tidak
bergeming. Ia berdiri tegak dengan paras muka tenang.
Sekali lagi Thio Sam Hong kaget, tapi kaget tercampur heran dan girang.
Kioe Yang Sin Kang dan Lwee Kang Siauw Lim Pay bersumber satu, kedua-duanya digubah
oleh Tat Mo Kauw Coe. Bila telah mencapai tingkat tinggi, kedua ilmu itu tidak ada
perbedaannya. Tapi sebagaimana diketahui, pendiri partai Kim Kong Boen, Touw Too bagian
dapur mendapat ilmunya dengan jalan mencuri bukan didapat dari seorang guru. Pukulanpukulan
yang bisa dilihat dengan mata memang mudah dicuri, tapi tenaga dalam yang harus
dilatih dengan menjalankan hawa di dalam tubuh, tidak dapat dicuri dengan begitu saja. Maka
itulah walaupun Gwa Kang (ilmu luar) Kim Kong Boen sangat lihai dan bersamaan dengan
Gwa Kang Siauw Lim Pay yang tulen Lwee Kangnya masih kalah jauh.
A Jie adalah seorang luar biasa dalam Kim Kong Boen. Ia memiliki tenaga yang sangat besar,
pembawa dalam dirinya sendiri. Dengan menggunakan cara-cara sendiri, ia berlatih dan
akhirnya mendapat Lwee Kang yang sangat kuat yang bahkan melampaui tenaga dalam Couw
Soenya, si Touw Too bagian dapur. Selama hidupnya ia jarang menemui lawan yang bisa
menyambut tiga pukulannya. Sekarang ia ketemu batunya. Untuk pertama kali ia bertemu
dengan seorang lawan yang dapat menindih tenaga dalamnya. Ia kaget bercampur gusar, ia
segera menarik napas dalam-dalam dan dengan kedua tangan ia menghantam Boe Kie.
Tiba-tiba Boe Kie berteriak, In Liok Siok, lihatlah! Tit Jie akan balas sakit hati Liok siok.
Ternyata dengan diantar Yo Poet Hwi, Siauw Ciauw, dan yang lain-lain In Lie Heng yang
digotong dalam sebuah tandu oleh dua orang anggota Beng Kauw sudah masuk ke dalam
ruangan Sam Ceng Tian. Dilain saat jago-jago Ngo Heng Kie pun tiba saling menyusul.
Seraya berteriak begitu, Boe Kie menangkis dengan tangan kanannya, Dak! si botak
terhuyung tiga tindak, matanya melotot dan darahnya bergolak.
In Liok Siok! teriak pula Boe Kie. apakah diantara penyerang terdapat manusia gundul itu?
Benar! Bahkan dia yang menjadi kepala. Jawabnya.
Sementara itu, si botak mengumpulkan tenaganya, sehingga tulang-tulangnya berkeretakan.
Sebelum dia menyeberang, seranglah di tengah sungai! seru Jie Thay Giam. Seruan itu berarti
bahwa sebelum A Jie selesai menjalankan pernapasannya dalam mengumpulkan tenaga, Boe
Kie harus menyerang lebih dahulu.
Boe Kie mengerti maksud sang paman. Iapun tahu, bahwa sesudah si botak mengumpulkan
tenaga, dia bisa mengeluarkan tenaga dalam yang lebih hebat daripada tadi. Baik! jawabnya.
Ia maju setindak, tapi tidak menyerang. Di dalam hati ia percaya penuh, bahwa Kioe Yang
Sin Kang tak kalah dari Lwee Kang musuh. Semangatnya sudah terbangun dan ia bertekad
untuk melayani secara ksatria, sesudah musuh selesai mengumpulkan tenaga.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 902
Dilain detik, A Jie menghantam dengan kedua tangannya. Hebat sungguh tenaganya yang
menindih bagaikan gunung roboh, Boe Kie menarik napas dalam-dalam dan Kioe Yang Sin
Kang mengalir di dalam tubuhnya. Ia mengangkat kedua tangannya, satu mendorong, satu
menyambut, melawan keras dengan keras pulan.
Hampir berbareng, A Jie mengeluarkan teriakan menyayat hati, badannya terbang bagai
sebutir peluru, menyambar tembok dan brak! tembok berlubang besar dan tubuh si botak
terlempar ke luar dari lubang itu!
Semua orang tertegun, Tio Beng dan kawan-kawannya pucat, jago-jago Boe Tong dan Beng
Kauw mengawasi dengan mata membelalak. Selama hidup belum pernah mereka
menyaksikan pemandangan sehebat itu.
Sekonyong-konyong dari lubang tembok masuk seorang yang menenteng A Jie, dia lalu
menaruhnya di lantai. Orang itu kate, gemuk tubuhnya, lucu mukanya tapi gerak-geriknya
bukan lain daripada Gan Hoan. Ciang Kie Soe Houw Touw Kie. Tulang tangan, dada, dan
pundak si botak ternyata sudah remuk, terpukul tembok. Sesudah meletakkan A Jie, Gan
Hoang menghampiri Boe Kie dan memberi hormat dengan membungkuk dalam. Sesudah itu,
dengan gerakan menggelikan hati, ia keluar lagi dari lubang di tembok.
Sesudah si Too Tong merobohkan kedua jagonya. Tio Beng bercuriga dan melihat cara
memberi hormatnya Gan Hoan, ia lantas saja mengenali Boe Kie. Celaka sungguh! ia
mengeluh. aku sungguh tak pernah menyangka bahwa si setan kecil sudah lebih dahulu
berada di sini. Sesudah menetapkan hatinya, ia berkata dengan suara lemah lembut. mengapa
kau begitu rendah? Dengan menyamar sebagai seorang Too Tong kau memanggil orang luar
sebagai Thay Soehoe, apa kau tak malu?
Melihat dirinya sudah dikenali, Boe Kie lantas saja menjawab dengan suara lantan. Mendiang
ayahku Thio Coei San, adalah murid kelima dari Thay Soehoe, aku memang harus memanggil
Thay Soehoe. Sehabis berkata begitu, ia menghampir Thio Sam Hong dan berlutut. anak Thio
Boe Kie memberi hormat pada Thay Soehoe dan Sam SoePeh, katanya dengan suara gemetar.
Karena keadaan anak tidak lebih dahulu memperkenalkan diri, untuk kekurang ajaran itu,
anak memohon Thay Soehoe dan Sam SoePeh sudi mengampuni.
Perasaan Thio Sam Hong dan Jie Thay Giam tak mungkin dilukiskan dengan kalam. Girang,
kaget, heran, sedih, dan terharu mangaduk dalam dada mereka. Untuk beberapa saat kedua
orang tua itu tak dapat mengeluarkan sepatah kata. Perlahan-lahan air mata turun dari mata
mereka. Mimpi pun mereka tak pernah mimpi, bahwa pemuda yang telah merobohkan kedua
jago Kim Kong Boen adalah si anak kurus kering, dia yang telah menghadapi kebinasaan.
Sesudah lampiaskan perasaannya dengan air mata, Thio Sam Hong berbangkit dan
membangunkan cucu muridnya. Anak kau tidak mati. Katanya dengan suara parau, Ah Coei
San mempunyai turunan ia berhenti sejenak dan tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak. Ia
menengok kepada In Thian Ceng dan berteriak, In Heng! Aku memberi selamat, bahwa kau
mempunyai seorang cucu yang sangat baik.
Thio Cinjin, jawabnya seraya tertawa lebar, akupun memberi selamat, bahwa kau mempunyai
seorang cucu murid yang begitu baik.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 903
Tua bangka bangsat! caci Tio Beng. Cucu baik!... cucu murid baik A Toa, coba jajal ilmu
pedangnya!
Baik! jawab kakek bermuka sial itu. Ia menghunus Ie Thian Kiam yang mengeluarkan sinar
menyilaukan mata.
Pedang itu adalah milik Go Bie Pay, kata Boe Kie. Mengapa sekarang berada dalam
tanganmu?
Setan kecil, tau apa kau? bentak si nona. Si tua bangka Biat Coat telah mencuri Ie Thian Kiam
dari rumahku. Sekarang pedang itu pulang kepada majikannya yang lama. Ada hubungan apa
antara Ie Thian Kiam dan Go Bie Pay?
Boe Kie yang tidak mengenal sejarah pedang mustika itu, tidak dapat membuka mulut lagi.
Tio Kouw Nio, berikanlah Hek Giok Toan Siok kepadaku, katanya dengan menyimpang,
sesudah Sam Soepeh dan Liok Soesiok sembuh, kita boleh bikin habis permusuhan ini.
Bikin habis permusuhan ini? menegas si nona dengan suara dingin. Bagus! Apa kau tahu
dimana adanya Kong Boen Kong Tie, Song Wan Kiauw dan yang lain-lain?
Boe Kie menggelengkan kepala, Tak tahu. Jawabnya. Bolehkah Tio Kouw Nio memberi
keterangan?
Perlu apa aku beritahu kau? jawabnya. Jika aku tidak mencincang padamu sampai menjadi
berlaksa potong, tak dapat aku melampiaskan rasa penasaran untuk segala hinaan dalam
penjara besi di Lek Lioe Chung. Sehabis berkata begitu, paras si nona bersemu dadu.
Mendengar perkataan hinaan dalam penjara besi di Lek Lioe Chung, paras muka Boe Kie pun
lantas berubah merah. Pada hari itu, untuk menolong jiwa para pemimpin Boe Kie, karena
terpaksa ia sudah mengitik telapak kaki Tio Beng. Ia sama sekali tidak berniat untuk
menghina seorang wanita, tapi biar bagaimanapun jua perbuatan itu sangat melanggar
kesopanan. Ia tidak pernah memberitahukan kejadian itu kepada siapapun jua dan kalau
sampai diketahui orang, ia malu besar. Sebab tidak bisa membela diri di hadapan orang
banyak, ia hanya berkata, Tio Kouw Nio, bilanglah terus terang, kau suka menyerahkan Hek
Giok Toan Siokko atau tidak?
Biji mata Tio Beng memain dan ia berkata sambil tersenyum, boleh kau bisa segera
mendapatkan Hek Giok Toan Siokko apabila kau meluluskan permintaanku.
Permintaan apa?
Sekarang belum dapat dipikir olehku.
Kau tentu bakal mengajukan permintaan yang gila-gila. Apakah aku harus meluluskan juga
manakala kau minta membunuh diri sendiri atau mengubah badan menjadi babi dan anjing.
Aku pasti tak akan minta kau membunuh diri atau minta kau menjadi babi dan anjing, hihihi
andaikata kau mau, kaupun tak akan bisa melakukan itu.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 904
Sebutlah sekarang, apabila permintaanmu tidak melanggar kesatriaan dalam rimba persilatan
dan bisa dilakukan olehku, aku akan meluluskannya.
Baru saja Tio Beng mau bicara lagi, tiba-tiba ia melihat sekuntum kembang mutiara pada
kundai Siauw Ciauw dan kembang itu adalah miliknya sendiri yang dihadiahkan kepada Boe
Kie. Tiba-tiba saja darahnya meluap. Sambil menggigit gigi, ia berpaling kepada A Toa dan
berkata, Putuskan kedua lengan bocah she Thio itu!
Baik,jawabnya. Ia maju setindak menghunus Ie Thian Kiam dan berkata,
Thio Kauw Coe, Coe jin memerintahkan aku memutuskan kedua lenganmu.
Alis Boe Kie berkerut. Ie Thian Kiam tajam luar biasa, tidak bisa dilawan dengan senjata
apapun jua. Jalan satu-satunya ialah coba merampas pedang mustika itu dengan tangan
kosong dengan menggunakan ilmu Kian Koen Tay Lo Ie. Tapi kalau musuh memiliki ilmu
yang tinggi, sekali kurang hati-hati, sekali tergores, ia bisa celaka. Maka itulah ia jadi agak
bingung dan tak tahu apa yang harus diperbuatnya.
Sekonyong-konyong Thio Sam Hong memanggil, Boe Kie, kau sudah paham Thay Kek
Koen. Disamping ilmu pukulan itu, akupun menggubah Thay Kek Kiam (Ilmu Pedang Thay
Kek) Mari! Aku akan mengajar ilmu pedang itu kepadamu supaya kau bisa melayani Sie coe
itu.
Terima kasih Thay Soe Hoe, kata Boe Kie. Ia berpaling kepada A Toa dan berkata pula,
cianpwee, aku tidak paham ilmu pedang, sesudah Soehoe memberi pelajaran barulah aku
melayani cianpwee.
Biarpun ia mempunyai pedang mustika, tapi sudah melihat kelihaian Boe Kie, A Toa masih
merasa keder. Sekarang ia girang, ilmu pedang adalah serupa ilmu yang sangat sulit. Untuk
mempergunakannya secara lancer, orang harus berlatih sepuluh dan dua puluh tahun. Begitu
belajar, begitu memperguanakannya adalah hal yang tak mungkin. Maka itu, ia lantas saja
manggutkan kepala dan berkata: baiklah, aku menunggu di sini. Apa dua jam cukup?
Aku akan menurunkan pelajaran di sini, kata Thio Sam Hong. Tak usah dua jam setengah jam
sudah lebih dari cukup.
Kecuali Boe Kie, semua orang kaget. Mereka hampir tak percaya kuping sendiri. Andaikata
benar Thay Kek Kiam Hoat pandai luar biasa, tetapi dengan mengajar di hadapan orang
banyak dan musuh bisa menyaksikannya, rahasia pukulan-pukulan lihai tidak dapat
dipertahankan lagi.
Baiklah, kata A Toa. Kalau begitu, sebaiknya aku keluar dari ruangan ini.
Tak usah, kata Thio Sam Hong.
Ilmu pedangku gubahan baru. Aku sendiri tak tahu apa dapat digunakan atau tidak. Tuan
boleh turut menyaksikan dan kuminta tuan suka memberi petunjuk pada bagian-bagian yang
kurang sempurna.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 905
Sesaat itu, Yo Siauw mendadak ingat sesuatu, Ah! teriaknya, Sekarang aku ingat, tuan adalah
Giok Bin Sin Kiam tiang loo yang berkedudukan tinggi dalam Kay Pang! Mengapa tuan rela
menjadi budaknya orang? (Giok Bin Sin Kiam Sim Malaikat pedang yang mukanya seperti
batu pualam, tiang loo tetua Kay Pang partai pengemis. Dalam Rajawali Sakti dan Pasangan
Pendekar, Kay Pang dipimpin oleh Kioe Cie Sin Kay Ang Cit Kong)
Mendengar itu, jago-jago Beng Kauw terkesiap, Bukankah kau sudah mati? kata Cioe Tian.
Bagaimana.. bagaimana kau bisa hidup lagi?
A Toa menghela napas. Aku manusia sisa mati. Katanya sambil menundukkan kepala. Apa
yang sudah lampau perlu apa disebutkan lagi? Telah lama aku sudah bukan tiang loo dari Kay
Pang.
Orang-orang yang lebih tua mengetahui, bahwa Giok Bin Sin Kiam Phoei Tong Peng dahulu
menjadi kepala dari keempat tetua partai pengemis. Kelihaiannya dalam ilmu pedang telah
menggetarkan dunia kang ouw dan disamping itu, ia pun terkenal sebagai pria yang sangat
tampan, sepanjang warta, pada belasan tahun berselang, ia telah meninggal dunia karena sakit.
Tentu saja munculnya di Sam Ceng tian sangat mengejutkan, lebih-lebih sebab mukanya
berubah dan sekarang ia menjadi kaki tangan Tio Beng.
aku merasa sangat girang, bahwa Thay Kek Kiam Hoat akan mendapat pelajaran dari Giok
Bin Sin Kiam, kata Thio Sam Hong. Boe Kie, apa kau mempunyai pedang?
Siauw Ciauw segera menghampiri dan menyerahkan Ie Thian Kiam kayu yang diambil dari
Lek Lio Chung. Thio Sam Hong menyambut pedang itu dan berkata sambil tersenyum:
pedang kayu? Apa kau kira aku akan menulis jimat atau mengusir hawa jahat? Ia berbangkit
dan memegang senjata itu di tangan kiri, perlahan-lahan ia membuat lingkaran. Ia mulai
bersilat dengan gerakan sangat lambat San Hoan To Goat, toa Kwie Chee Yan Coe Tiauw
Coei, Co Lan Sauw, Yoe Lan Siauw dan sebagainya. Boe Kie mengawasi dengan mata tidak
berkesiap tapi yang diperhatikannya bukan jurus pedang, hanya jiwa ilmu pedang itu
bersambung-sambung.
Sesudah Thio Sam Hong selesai bersilat, tak seorangpun yang menepuk tangan. Mereka
semua merasa heran. Apakah ilmu pedang itu yang lambat gerakannya dan tak menunjukkan
keluar biasaan apapun jua dapat digunakan untuk melawan Giok Bin Sin Kiam? Tapi ada juga
yang memikir lain. Mereka menduga, bahwa Thio Sam Hong sudah sengaja memperlambat
gerak-geriknya, supaya dilihat oleh cucu muridnya.
Anak apa kau sudah lihat terang? tanya Thio Sam Hong.
Cukup terang, jawab Boe Kie.
Kau ingat semua?
Sudah lupa sebagian.
Bagus, aku banyak membikin susah kepadamu. Sekarang kau harus memikiri sendiri.
Alis Boe Kie berkerut, suatu tanda ia sedang mengasah otak.
Beberapa saat kemudian, Thio Sam Hong bertanya lagi, Bagaimana sekarang?
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 906
Sudah lupa sebagian besar. Jawabnya.
Celaka! teriak Cioe Tian. Makin lama makin banyak yang dilupakan. Thio cinjin, ilmu
pedangmu sangat sulit tak dapat orang mengangkatnya dengan hanya sekali lihat, coba sekali
lagi.
Thio Sam Hong tertawa, Baiklah, aku akan bersilat sekali lagi. Katanya. Seperti tadi ia
bersilat pula dengan gerakan perlahan. Sesudah beberapa jurus, semua penonton jadi makin
heran sebab jurus-jurus yang diperlihatkan kali ini berbeda dengan jurus-jurus yang tadi.
Gila! Betul-betul gila! Teriak Cioe Tian.
Tapi guru besar itu tak meladeni si sembrono. Ia hanya senyum. Anak, katanya kepada Boe
Kie. Bagaimana sekarang?
Masih ada tiga jurus yang belum terlupa.
Thio Sam Hong balik kursinya, sedang Boe Kie jalan terputar di ruangan itu. Tiba-tiba ia
mengangkat kepala dan dengan paras muka berseri-seri, ia berseru, sekarang anak lupa
semuanya! Lupa seluruhnya.
Bagus! kata sang Thay Soehoe. Sekarang kau boleh minta petunjuk Giok Bin Sin Kiam.
Seraya berkata begitu, ia menyerahkan pedang kayu yang dipegangnya kepada Boe Kie.
Boe Kie seraya menghampiri Phoei Tong Peng dan berkata seraya membungkuk. Phoei Cian
Pwee, silahkan.
Cioe Tian menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Hatinya penuh kekuatiran.
Bagaikan seekor kera, Phoei Tong Peng melompat dan sambil berkata, Maaf ia menikam.
Sinar hijau berkelebat disertai dengan suara Srrt hal ini membuktikan, bahwa ia memiliki
Lwee Kang yang sangat kuat, sedikitnya tak kalah dengan A Jie.
Semua orang terkejut. Dengan Lwee Kang yang sehebat itu, jangankan ia menggunakan
pedang mustika, sedang pedang biasapun sudah sukar dilawan. Meskipun ia sudah tidak
memiliki Giok Bin (muka tampan seperti batu pualam), tapi julukan Sin Kiam (pedang
malaikat) sungguh bukan nama kosong.
Melihat serangan hebat itu, cepat Boe Kie membuat setengah lingkaran, menempelkan badan
pedang kayu di badan Ie Thian Kiam, mengirim Lwee Kang, dan Ie Thian Kiam tertekan ke
bawah.
Bagus! puji Phoei Tong Peng seraya membalik pedangnya dan menusuk pundak lawan. Boe
Kie memutar senjata dan kedua lawan sama-sama melompat mundur. Ie Thian Kiam tergetar
dan mengeluarkan suara unggg yang sangat nyaring.
Kedua pedang itu berbeda bagaikan langit dan bumi. Yang satu bersenjata mustika, yang lain
hanya kayu belaka. Akan tetapi, karena bentrokan terjadi pada badan pedang, maka yang
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 907
tajam tidak dapat berbuat banyak terhadap yang tumpul. Dengan memukul badan pedang
maka boleh dikatakan Boe Kie sudah berhasil menangkap jiwa Thay Kek Kiam Hoat.
Tadi waktu memberikan pelajaran yang diturunkan Thio Sam Hong ialah jiwa atau intisari
dari Thay Kek Kiam Hoat, tapi bukan justru ilmu pedang itu. Maka itulah, sesudah Boe Kie
bisa menyelami intisari daripada ilmu pedang itu dan bisa menggunakan secara bebas, wajar
dengan segala perubahan-perubahannya yang bermacam-macam. Dalam otak masih teringat
sejuru dua dari apa yang dilihatnya, maka kelancaran itu akan terganggu. In Thian Ceng dan
Yo Siauw mengerti prinsip tersebut, tapi Cioe Tian yang ilmunya masih agak cetek, sudah
jadi kebingungan.
Suara bentrokan senjata makin lama makin gencar. Dengan jurus-jurus luar biasa, dengan
Lwee Kang yang dahsyat dan dengan senjata mustika. Phoei Tong Peng mengirim seranganserangan
berantai bagaikan hujan dan angina. Sinar hijau berkelebat-kelebat tak ada hentinya
dan hawa dalam Sam Ceng Tian berubah dingin. Boe Kie melayani dengan hati-hati dan
tenang. Dalam membela diri atau balas menyerang, pedang kayunya membuat lingkaranlingkaran,
lingkaran besar, dan kecil. Lingkara itu seolah-olah benang sutra yang berputarputar
dan untuk menggulung Ie Thian Kiam. Makin lama jumlah benang sutera jadi makin
banyak. Sesudah bertempur dua ratus jurus lebih, kelincahan Ie Thian Kiam mulai berkurang.
Phoei Tong Peng merasa, bahwa berat pedang selalu bertambah, dari lima menjadi enam kati,
tujuh, delapan, sepuluh dua puluh.
Si kakek sekarang bangun, ia mengeluarkan keringat dingin. Tiga ratus jurus sudah lewat.
Tapi ia belum juga bisa merampas pedang lawan yang terbuat dari pada kayu. Itulah kejadian
yang belum pernah dialami. Pihak lawanm seperti juga melepaskan jala raksasa yang makin
lama jadi makin kecil. Berulang kali Phoei Tong Peng menukar ilmu pedang, tapi ita tetap
tidak dapat kemajuan. Terus menerus Boe Kie membuat lingkaran-lingkaran di antara
penonton, kecuali Thio Sam Hong seorang, tak satupun yang bisa melihat tegas apa dia
sedang menyerang atau membela diri. Pada hakikatnya Thay Kek Kiam Hoat hanya terdiri
daripada lingkaran-lingkaran besar, kecil, miring, berdiri rata dan sebagainya, sehingga jika
orang ingin berbicara tentang jurus ilmu pedang itu hanya terdiri dari satu jurus lingkaran.
Tapi dalam jurus tunggal itu terdapat perubahan-perubahan yang tiada habisnya.
Sekonyong-konyong Phoei Tong Peng membentak keras, kumis atau alisnya berdiri dan Ie
Thian Kiam menyambar dada Boe Kie. Itulah serangan yang disertai dengan seantero tenaga
dalam. Boe Kie membalik senjata dan coba menangkis. Mendadak si kakek memutar sedikit
pergelangan tangannya merampas dari samping. Kres pedang kayu itu putus enam dim dan Ie
Thian Kiam meluncur terus ke dada Boe Kie.
Boe Kie terkesiap. Tapi dalam bahaya, ia tidak jadi bingung. Secepat kilat, telunjuk dan jari
tengah tangan kirinya menjepit badan Ie Thian Kiam sedang tangan kanannya membabat
lengan kanan musuh dengan pedang bunting. Biarpun kayu, tapi ia sebab membacok dengan
tenaga Kioe Yang Sin Kang sampai hati untuk menyerang pula dan merampas pedang
mustika itu.
Dengan tangan kiri mencekal Ie Thian Kiam Boe Kie seperti juga jepitan besi. Dalam keadaan
begitu, jalan satu-satunya untuk menyelematkan lengan kanannya dari bacokan ialah
melepaskan Ie Thian Kiam dan melompat mundur. lepas! bentak Boe Kie sambil menggigit
gigi dengan nekat si kakek yang bandel membetot lagi. Kres! lengan itu terbabat putus dan
terus meluncur jatuh!
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 908
Phoei Tong Peng lebih suka mengorbankan lengan daripada kehilangan pedang.
Sebelum lengan yang jatuh itu menyentuh lantai, tangan kiri si kakek menjambretnya dan
mengambil pedang Ie Thian Kiam yang masih terus dicengkram dengan jari-jari tangan dari
lengan yang putus itu.
Melihat kegagahan orang tua itu, Boe Kie kaget bercampur kagum dan ia tak sampai hati
untuk menyerang pula dan merampas pedang mustika itu. Phoei Tong Peng menghampir Tio
Beng dan seraya berkata membungkuk, Coe Jin, Siauw Jin tak punya kemampuan dan rela
menerima hukuman.
Aku suruh kau putuskan kedua tangan bocah itu. Katanya dengan suara dingin.
Muka si kakek yang sudah pucat jadi lebih pucat lagi. Baiklah. Katanya. Tangan kirinya
mengayun Ie Thian Kiam yang dengan sekali berkelebat sudah memutuskan lengan kiri si
kakek.
Dengan serentak semua orang mengeluarkan seruan tertahan.
Boe Kie gusar tak kepalang. Sambil menuding, ia membentak, Tio Kouw Nio! Sungguh
kejam kau! Phoei Sian Seng telah berbuat apa yang dia bisa. Tapi kau masih tak bisa
memaafkannya.
Kau, bukan aku yang memutuskan tangannya. Kata si nona dengan suara dingin. Apa kau atau
aku yang kejam?
Boe Kie jadi kalap, Kau. Kau teriaknya. Ia tidak bisa mendapatkan kata-kata yang tepat untuk
melampiaskan kemarahannya.
Tapi Tio Beng tenang-tenang saja. Budakku, tak perlu kau campur urusan orang lain, ia
menengok kepada Thio Sam Hong dan berkata pula. hari ini, dengan memandang muka Thio
Kauw Coe, aku memberi ampun kepada Boe Tong Pay, ia mengibaskan tangan kirinya dan
membentak. Berangkat! beberapa orang sebawahannya segera mendukung Phoei Tong Peng,
A Jie, dan Oe Boen Cek dan kemudian beramai-ramai keluar dari Sam Tian Ceng.
Tahan! teriak Boe Kie sebelum kamu tinggalkan Hek Giok Toan Siokko, jangan harap kamu
bisa berlalu dari Boe Tong San! dengan sekali melompat, tangannya menjambret Tio Beng.
Tapi sebelum tangan itu menyentuh si nona, tiba-tiba ia merasa kesiuran angin yang
menyambar dari kiri ke kanan. Kedua serangan itu tidak ada suaranya. Tahu-tahu sudah tiba
di hadapannya. Ia terkesiap, degnan kecepatan luar biasa ia membalik kedua tangannya
dengan tangan kanan menyambut serangan yang datang dari sebelah kanan, tangan kiri
menangkis pukulan yang menyambar dari sebelah kir. Begitu kedua tangannya kebentrok
dengan tangan musuh, ia merasa tekanan Lwee Kang yang sangat kuat dan lebih hebat lagi,
Lwee Kang itu dingin luar biasa. Tiba-tiba ia terkejut, hawa dingin itu sudah dikenalnya. Aha!
Hian Beng Sin Ciang yang dahulu hampir-hampir mengambil jiwanya!
Dalam kagetnya, Boe Kie segera mengerahkan Kioe Yang Sin Kang. Hampir berbareng, iga
kiri dan kanannya ditepuk orang sehingga ia terhuyung beberapa tindak. Yang menepuknya
adalah dua kakek yang bertubuh kurus jangkung. Selagi sebelah tangan mereka kebentrok
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 909
dengan kedua tangan Boe Kie, sebelah tangan yang lainnya tanpa mengeluarkan suara sudah
menyambar ke iga pemuda itu.
Seraya membentak keras, Yo Siauw dan Wie It Siauw melompat dan menyerang kakek itu.
Plak, plak! kedua jago Beng Kauw itu juga terhuyung beberapa tindak, dada mereka
menyesak dan hawa dingin meresap sampai ke tulang.
Nama Beng Kauw sungguh besar, tapi kepandaiannya hanya sebegitu! kata si kakek di
sebelah kanan. Sehabis berkata begitu, dengan kawannya, ia melindungi Tio Beng keluar dari
Sam Ceng Tian.
Sebab kuatir akan keselamatan Kauw Coe mereka, orang-orang Beng Kuaw tidak mengubar
dan mereka lalu mengerumuni Boe Kie yang duduk di lantai dengan dipeluk oleh In Thian
Ceng.
Semua orang kelihatan bingung. Sambil tersenyum, Boe Kie menggoyang-goyangkan
tangannya supaya orang jangan berkuatir. Perlahan-lahan ia mengerahkan Kioe Yang Sin
Kang untuk mengeluarkan racun dingin itu dari dalam tubuhnya. Selagi hawa dingin itu
terdesak ke luar, beberapa orang yang Lwee Kangnya agak cetek, bergemetaran badannya.
Tapi karena mencintai pemimpin mereka, tak seorangpun meninggalkan Boe Kie.
Beberapa saat kemudian, Boe Kie berkata, Gwa kong dan saudara-saudara sekalian.
Keadaanku tak apa-apa. Harap kalian jangan kuatir.
Mendengar Kauw Coe mereka bicara, semua orang merasa girang dan lantas mengundurkan
diri. Sementara itu, kelihatanlah di atas kepala Boe Kie terus menerus keluar semacam asap
berwarna putih, sebagai tanda bahwa pemuda itu sedang mengerahkan Lwee Kang yang
dahsyat.
Beberapa saat kemudian, ia membuka baju dan pada kedua iganya terlihat tapak tangan
dengan warna kehitam-hitaman. Berkat khasiat Kioe Yang Sin Kang, warna hitam itu
perlahan-lahan berubah menjadi ungu, dari ungu menjadi abu-abu yang akhirnya menghilang.
Demikianlah, dalam waktu kira-kira setengah jam Boe Kie sudah berhasil mengusir seantero
racun hitam Hian Beng Sin Ciang. Ia berbangkit dan berkata sambil tertawa, Biarpun mesti
menghadapi bahaya, kita sekarang sudah mengenal muka musuh.
Yo Siauw dan Wie It Siauw pun tidak terluput dari racun dingin. Tapi sebab pada waktu
menangkis, mereka mengeluarkan seluruh Lwee Kang, maka racun itu hanya masuk sampai
di pergelangan tangan dan tidak menembus ke isi perut. Maka itu, sesudah mereka bersemedi
dan mengerahkan tenaga dalam beberapa lama, merekapun berhasil mengusir racun tersebut.
Beberapa saat kemudian, Gouw Kin Co, Ciang Kie Soe Swie Kim Kie, melaporkan bahwa
semua musuh sudah turun gunung.
Jie Thay Giam lantas saja memerintahkan Tie Kek Toojin menyediakan makanan untuk
menjamu para anggota Beng Kauw. Selagi makan minum, Boe Kie menceritakan kepada
Thay SoeHoe dan Sam SoePehnya segala sesuatu yang terjadi atas dirinya semenjak mereka
berpisahan. Mendengar penuturan yang luar biasa itu, semua orang merasa kagum dan heran.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 910
Tahun itu, di ruangan ini juga aku telah beradu tangan dengan si kakek yang memiliki Hian
Beng Sin Ciang itu, kata Thio Sam Hong. Pada waktu itu, ia menyamar sebagai perwira
tentara mongol. Sampai sekarang, aku masih belum tahu dengan kakek yang mana aku beradu
tangan. Kalau dipikir-pikir, aku harus merasa malu, karena sampai hari ini aku masih belum
mampu meraba asal-usul kedua orang itu.
Kitapun masih belum tahu siapa adanya wanita She Tio itu, menyambung Yo Siauw. Dia
pasti mempunyai orang-orang Seperti Hian Beng Jie Loo (dua kakek yang memiliki Hian
Beng Sin Ciang) menakluk di bawah perintahnya.
Kita sekarang menghadapi dua tugas yang harus segera diselesaikan, kata Boe Kie. Pertama
kita harus merampas Hek Goan Toan Siokko untuk mengobati luka Jie Sam SoePeh dan In
Liok Siok. Kedua, kita harus segera menyelidiki dimana adanya Song Toa Peh dan yang lainlain.
Untuk menunaikan kedua tugas ini, kita harus mencari si wanita she Tio.
Jie Thay Giam tertawa getir, Aku sudah bercacad selama kurang lebih dua puluh tahun,
sehingga biarpun Hek Goan Toan Siokko bisa dirampas, kurasa cacad ini tak mungkin
disembuhkan lagi. Katanya. Perhatian kita sekarang harus ditujukan kepada Toako, Liok Tee
dan yang lain-lain.
Kita harus bertindak cepat, kata Boe Kie pula. Kuminta Yo Co Soe, Wie Hok Ong, dan Swee
Poet Tek Tay Soe mengikut aku turun gunung untuk mengejar musuh. Dengan berpencaran,
kelima Ciang Kie Hoe Soe (wakil pemimpin) dari lima bendera harus pergi ke Go Bie, Hwa
San, Koen Loen, Khong Tong, dan Siauw Lim Sie di Hok Kian untuk mengadakan hubungan
berbagai partai dan mengadakan penyelidikan. Gwa Kong dan Koe Koe (Paman, In Ya Eng)
pulang ke Kang Lim untuk mempersiapkan seluruh pasukan Peh Bie Kie. Tiat Koan Too
Tiang dan Cioe Sian Seng, Pheng Thay Soe dan Ciang Kie Soe dari Ngo Heng Kie untuk
sementara waktu berdiam di Boe Tong Pay guna memantu Thay Soehoe Thio Cin Jin.
Demikianlah, dengan sikap wajar ia mengeluarkan perinta. Sedang In Thian Ceng, Yo Siauw,
Wie It Siauw dan yang lain-lain menerimanya sambil membungkuk. Melihat begitu, bukan
main girangnya Thio Sam Hong. Semula guru besar itu masih bersangsi, apakah cucu
muridnya yang masih baru begitu muda bisa menguasai jago-jago Beng Kuaw.Sekarang
dengan mata kepala sendiri ia menyaksikan bahwa In Thian Ceng dan yang lain-lain benarbenar
mengakui Boe Kie sebagai pemimpin mereka yang mempunyai kekuasaan mutlak.
Kepandaiannya yang tinggi dan otaknya yang cerdas biarpun harus dikagumi di mataku
tidaklah berharga terlalu besar. Kata Thio Sam Hong di dalam hati. Tapi bahwa ia berhasil
menaklukkan memedi-memedi Beng Kuaw dan Peh Bie Kie, hingga mereka sekarang balik
ke jalanan lurus sungguh-sungguh satu kejadian yang menakjubkan. Ha!... Coei San ada
turunannya memikir begitu, kedua mata guru besar itu mengembang air.
Boe Kie berempat cepat-cepat makan dan sesudah makan, mereka segera meminta diri dari
Thio Sam Hong dan segera turun gunung untuk mengejar Tio Beng. In Thian Ceng dan para
pemimpin Beng Kauw. menghantar sampai di kaki gunung. Poet Hwi yang rupanya berat
untuk segera berpisahan dengan ayahnya mengikuti terus dan sesudah melalui lagi kira-kira
satu li, Yo Siauw berkata, Poet Hwi, kau baliklah, rawatlah In Liok Siok sebaik-baiknya.
Baiklah, jawab si nona, mengawasi Boe Kie dan tiba-tiba paras mukanya berubah merah. Boe
Kie Koko, katanya dengan suara perlahan. aku ingin bicara sepatah dua patah dengan kau.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 911
Yo Siauw, Wie It Siauw, dan Swee Poet Tek tertawa dalam hati. Kedua orang muda itu
sahabat lama dan dalam menghadapi perpisahan mereka mungkin ingin mengatakan sesuatu
yang tak boleh didengar orang lain. Memikir begitu, mereka segera mempercepat tindakan
dan meninggalkan Boe Kie dan Poet Hwi.
Sesudah kedua orang tua itu pergi jauh, sambil menarik tangan Boe Kie, si nona berkata, Boe
Kie koko, kemari, mereka menghadapi sebuah batu besar dan lalu berduduk di atasnya.
Jantung itu memukul keras. aku dan dia pernah sama-sama melewati banyak bahaya besar.
Perhubungan antara aku dan dia bukan perhubungan biasa. Katanya di dalam hati. Tapi
sesudah perpisahan lama dan bertemu lagi sikapnya agak dingin, acuh tak acuh. Apakah yang
dia sekarang mau sampaikan kepadaku?
Sebelum bicara, paras muka si nona sudah berubah merah dan ia menundukkan kepala. Lama
juga ia berdiam bagaikan patung. Akhirnya ia mendongak dan berkata, Boe Kie koko, pada
waktu ibu mau menutup mata, bukankah ia telah meminta supaya kau melihat-lihat aku?
Benar, jawabnya.
Dengan melalui perjalanan berlaksa li, dari Tepi Hwai Ho sampai ke See Hek, kau telah
berhasil menyerahkan aku kepada ayah. Dalam perjalanan itu, berulang kali kau mengalami
penderitaan hebat dan menghadapi bahaya-bahaya besar. Budi yang tidak bisa dilukiskan
dengan kata-kata belaka. Sebegitu jauh aku hanya mengingat di dalam hati dan tidak pernah
menyebutkannya di hadapanmu.
Itu semua tak ada harga untuk disebutkan lagi, kata Boe Kie. apabila aku tidak mengawani
kau ke See Hek, aku tentu tidak mengalami kejadian-kejadian yang sangat kebetulan dan di
waktu ini aku pasti sudah tidak berada di alam dunia.
Tidak! Boe Kie koko, kau tak boleh mengatakan begitu, kata si nona sembil menggelenggelengkan
kepala. Kau seorang yang sangat mulia, dengan restu Tuhan segala bahaya akan
berubah menjadi keselamatan. Boe Kie koko, sedari kecil aku sudah ditinggalkan ibu, ayah
adalah seorang yang paling dekat denganku, tapi aku tidak bisa mengatakan kepadanya apa
yang aku ingin katakana sekarang. Kau adalah Kauw Coe kami, akan tetapi, di dalam hati aku
masih tetap memandang kau sebagai kakak kandungku. Hari itu, ketika kau datang di Kong
Beng Teng dalam keadaan sehat, bukan main rasa girangku. Akan tetapi, aku merasa malu
hati untuk menyatakan perasaan itu. Boe Kie koko, kau tidak gusar, bukan?
Tidak! Tentu saja aku tidak gusar, jawabnya.
Si nona menundukkan kepala dan berkata pula. Terima kasih, kau sungguh mulia, Boe Kie
koko, aku telah memperlakukan Siauw Ciauw secara kejam dan mungkin sekali kau
mendongkol terhadap perlakuan itu. Hal itu terjadi karena aku selalu tidak dapat melupakan
kebinasaan ibu yang sangat mengenaskan sehingga terhadap orang jahat, aku tidak main
kasihan lagi. Belakangan sesudah melihat perlakuanmu terhadap Siauw Ciauw, aku tidak
membencinya lagi.
Boe Kie tersenyum, Siauw Ciauw beradat aneh, tapi kurasa dia bukan seorang jahat, katanya.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 912
Ketika itu matahari sudah mulai menyelam ke barat dan musim rontok yang dingin mulai
turun. Untuk beberapa saat mereka tidak berkata-kata. Tiba-tiba paras muka si nona berubah
lagi, kulitnya yang putih bersemu dadu, kedua matanya mengeluarkan sinar kecintaan, sedang
sikapnya seperti orang kemalu-maluan. Boe Kie koko, katanya dengan suara hampir tidak
kedengaran, bukankah ayah dan ibu berdosa terhadap In Liok Siok?
Ah! Kejadian yang sudah lampau, tak perlu disebut-sebut lagi, kata Boe Kie.
Tidak! bantah si nona. Bagi orang lain, kejadian itu memang kejadian yang sudah lama. Aku
sendiri sekarang sudah berusia tujuh belas tahun. Tapi bagi In Liok Siok kejadian itu bkan
kejadian lama. Ia masih tidak bisa melupakan ibu. Waktu ia terluka berat dan berada dalam
keadaan setengah sadar, sering-sering ia mencekal tanganku dan berkata Siauw Hoe! Siauw
Hoe! Jangan tinggalkan aku, aku sudah menjadi manusia bercacat. Tapi aku memohon jangan
tinggalkan aku.. jangan tinggalkan aku, ia bicara dengan suara parau dan kemudian air
matanya mengalir turun di kedua pipinya.
Liok Siok mengatakan begitu, sebab ia berada dalam keadaan lupa ingat, kata Boe Kie dengan
suara membujuk. Kau tidak boleh menerima perkataan itu secara sungguh.
Poet Hwi menggelengkan kepala. Kau salah, bantahnya. Bukan begitu kau tidak tahu, tapi aku
tahu. Belakangan sesudah tersadar, ia mengawasi aku dengan sorot mata dan sikap yang tidak
berbeda. Ia mau minta supaya aku kan dia, tapi ia merasa berat untuk membuka mulut.
Boe Kie menghela napas. Ia mengenal baik adat paman itu. Biarpun ilmu silatnya sangat
tinggi, pada hakekatnya In Lie Heng berperasaan sangat halus. Dahulu waktu masih kecil,
Boe Kie sering menyaksikan cara bagaimana paman itu mengucurkan air mata untuk urusanurusan
kecil. Kebinasaan Siauw Hoe merupakan pukulan sangat hebat. Maka tidaklah heran
meskipun sudah bercacat, Lie Heng masih tidak bisa melupakan tunangannya itu.
Sesudah termangu beberapa lama, Boe Kie berkata dengan suara serak. Ya .. kita tidak bisa
berbuat banyak untuk menghibur hatinya. Jalan satu-satunya aku harus berusaha sekeraskerasnya
untuk merampas Hek Goan Toan Siokko guna mengobati Liok Siok san Sam
Soepeh.
Makin lama melihat sikap In Liok Siok, hatiku merasa kasihan. Kata pula Poet Hwi. Aku
tidak dapat menghilangkan perasaan bahwa selama orang itu termasuk ayah dan ibu telah
melakukan perbuatan yang tidak pantas terhadapnya. Boe Kie koko ia terdiam sejenak
kemudian meneruskan perkataannya dengan suara hampir tak kedengaran, aku sudah berjanji
dengan In Liok Siok, bahwa aku tak perduli ia sembuh atau tak sembuh, aku akan
mengawaninya seumur hidup dan tidak akan berpisah lagi selama-lamanya!ı sehabis berkata
begitu, air mata mengucur deras, akan tetapi paras mukanya berubah terang. Itulah paras dari
seorang yang dihinggapi rasa malu bercampur bangga.
Boe Kie terkejut. Ia tak pernah mimpi, bahwa Poet Hwi rela mengabdi kepada In Lie Heng
seumur hidup. Untuk beberapa saat, dia mengawasi si nona dengan mata membelalak dan
kemudian berkata dengan suara terputus-putus, kau!..... kau..
Secara tegas aku sudah berjanji dengannya, bahwa dalam penitisan ini, aku akan
mengikutinya selama-lamanya, berkata pula Poet Hwi dengan suara yang tetap. Walaupun
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 913
seumur hidup ia bercacat, maka seumur hidup aku akan mendampinginya, melayaninya dan
coba menghiburnya.
Boe Kie menghela napas dan sambil mengawasi si nona dengan alis berkerut, ia berkata, tapi
kau..
Janjiku tak diberikan kepadanya secara tergesa-gesa, memutus Poet Hwi. Di sepanjang jalan,
aku merenungkan soal itu masak-masak. Bukan saja itu tidak berpisahan denganku, akupun
tak bisa berpisahan dengannya. Kalau lukanya tak sembuh, aku tidak bisa hidup lebih lama di
dalam dunia. Saban kali aku mendampinginya, ia selalu mengawasiku dengan sorot mata
yang tak dapat dilukiskan pada saat itu. Boe Kie, dahulu, waktu masih kecil, aku selalu
memberikan rahasia hatiku kepadamu. Kuingat karena tak punya uang untuk beli kembang
gula, di tengah malam buta, aku mencuri sebuah tong jin (kembang gula yang berbentuk
manusia) dan memberikannya kepadaku. Apa kau masih ingat?
Disebutkannya kejadian yang lampau itu mengharukan sangat hatinya Boe Kie. Di depan
matanya lantas saja terbayang pengalaman-pengalaman pada waktu ia bersama Poet Hwi,
dengan bergandengan tangan, merantau ke wilayah barat. Aku ingat, jawabnya sambil
menundukkan kepala.
Seraya memegang tangan kakaknya, si nona berkata pula: tapi aku tidak tega untuk makan
gula itu yang akhirnya melumer karena hawa panas matahari. Aku sangat berduka dan
menangis terus. Kau coba membujuk aku dan mengatakan, bahwa kau akan memberikan
sebuah lagi. Tapi biar bagaimanapun jua, kau takkan mendapatkan tong jin yang sama seperti
itu. Belakangan kau membeli tong jin yang lebih besar dan lebih bagus, tapi sebaliknya dari
girang, aku menangis lagi. Waktu itu kau sangat jengkel dan mencaci aku yang dikatakan
tidak dengar kata. Apa kau masih ingat?
Boe Kie tersenyum. Apa aku maki kau? katanya. Aku sudah lupa.
adatku sangat kukuh, kata pula si nona. In Liok Siok adalah tong jin pertama yang disukai
olehku. Aku menolak lain kembang gula. Boe Kie koko, sering-sering di tengah malam yang
sunyi kuingat segala kebaikanmu. Beberapa kali kau sudah menolong jiwaku. Menurut
pantas, aku harus mengabdi kepadamu seumur hidup. Akan tetapi, aku hanya bisa
menganggap kau sebagai saudara kandung.
Jilid 50______________
Di dalam hati, aku menyintai dan menghormati kau sebagai seorang kakak. Tapi terhadap dia,
aku mempunyai rasa kasihan dan rasa cinta yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Usianya banyak lebih tua dan tingkatannya pun lebih tinggi daripada aku. Di samping itu,
ayah adalah seorang musuh besarnya Kutahu bahwa dalam hal ini kau menghadapi
kesukaran-kesukaran besar. Tapi.. tanpa memperdulikan apapun jua, aku membuka isi hatiku
kepadamu. Sehabis berkata begitu, tiba-tiba ia berbangkit dan kabur secepatnya.
Boe Kie berdiri bagaikan patung dan dengan hati berduka ia mengawasi si bayangan Poet
Hwi yang lalu menghilang di lembah gunung. Lama ia berdiri di situ dengan air mata
mengalir di kedua pipinya. Sesudah kenyang menangis, barulah ia menyusul kawankawannya.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 914
Melihat tanda-tanda bekas air mata di kedua belah pipi kauwcoe mereka, Wie It Siauw dan
Swee Poet Tek melirik Yo Siauw sambil bersenyum. Di dalam hati, mereka menduga bahwa
tak lama lagi Ko Cosoe bakal menjadi mertua Thio Kauwcoe.
Sesudah berada dikaki gunung, Yo Siauw berkata. Kauwcoe, menurut pendapatku, Tio
Kauwnio yang mempunyai banyak pengiring tidak akan berjalan sendiri. Maka itu usaha
mencari dia tidaklah terlalu sukar. Sebaiknya kita sekarang mengejar dengan berpencaran, ke
arah timur, selatan, barat dan utara dan besok tengah hari, kita berkumpul di Kok shia.
Bagaimana pikiran kauwcoe?
Aku setuju, jawabnya. Aku akan mengambil jalan ke barat. Kok shia terletak di sebelah timur
Boe tong san dan dengan mengejar ke jurusan barat, ia harus menempuh jarak lebih jauh
daripada kawan-kawannya. Hian beng Jie lo memiliki kepandaian yang tinggi, katanya pula.
Apabila Sam wie bertemu dengan mereka, menyingkirlah jika masih bisa menyingkir. Tak
usah Sam wie bertempur dengan mereka. Ketiga jago itu mengiakan dan segera mengejar ke
timur, selatan dan utara.
Jalanan ke barat adalah jalanan gunung, tapi dengan menggunakan ilmu ringan badan, Boe
Kie tidak menemui kesukaran apapun jua. Dalam waktu satu jam lebih, ia sudah tiba di Sip
yan tin. Sesudah makan semangkok mie di sebuah warung makan, ia menanya seorang
pelayan, apakah dia pernah melihat sebuah joli dengan tirai sutera kuning.
Lihat! jawabnya. Di samping joli ada tiga orang sakit yang digotong dalam tandu. Mereka
lewat di sini kira-kira satu jam yang lalu menuju ke arah Oey liong tin!
Boe Kie girang karena rombongan itu pasti tidak bisa berjalan cepat. Ia segera mengambil
keputusan untuk menyelidiki di waktu malam. Ia segera pergi ke tempat sepi dan tidur di
sebuah batu besar. Kira-kira tengah malam, barulah ia menuju ke Oey liong tin.
Dengan melompati tembok ia masuk ke dalam kota. Jalanan sepi, tapi penerangan di sebuah
penginapan yang besar kelihatan terang sekali. Ia melompat naik ke genteng dan dengan
beberapa lompatan ia sudah berada di atas genteng sebuah rumah kecil yang berdampingan
dengan rumah penginapan itu. Dengan matanya yang sangat jeli ia memandang ke sekitarnya.
Tiba-tiba ia melihat sebuah tenda di atas lapangan, di pinggir sungai di bagian luar kota. Di
seputar tenda itu berkelebat-kelebat bayangan-bayangan manusia suatu tanda bahwa tenda
tersebut dijaga keras. Apa Tio Kouw nio berada di tenda itu? tanyanya di dalam hati. Muka
dan bicaranya nona itu tidak berbeda dengan orang Han, tapi tempat tinggalnya dan
makanannya mempunyai selera orang Mongol.
Tapi baru saja ia mau menghampiri tenda itu, dari jendela sebuah rumah penginapan tiba-tiba
terdengar suara merintih. Boe Kie kaget. Ia melompat turun, mendekati jendela itu dan
melongok ke dalam.
Dalam kamar itu terdapat tiga ranjang dan di atas setiap ranjang berbaring satu orang. Yang
kedua tidak kelihatan mukanya, tapi yang menghadap ke jendela bukan lain daripada Pat pie
Sin mo Oe boen Cek. Ia merintih dengan perlahan, rintihan dari seorang yang menahan
kesakitan hebat. Sedang kedua lengan dan kedua betisnya dibalut kain putih.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 915
Mendadak Boe Kie ingat sesuatu. Tulang kaki tangannya telah dihancurkan olehku dan
sekarang sedang diobati dengan Hek giok Toansiok ko, pikirnya. Kalau tidak merebut
sekarang, mau tunggu kapan lagi?
Memikir begitu ia segera mendorong jendela dan melompat masuk. Seorang yang berada di
dalam kamar itu berteriak dan meninju. Dengan tangan kirinya Boe Kie menangkap tinju
yang menyambar, sedang tangan kanannya menotok ke jalan darah itu. Ia sekarang suatu
mendapat kenyataan bahwa dua orang yang lain adalah si kakek botak A jie dan Giok bin Sin
kiam Poei Tong pek. Orang yang ditotok olehnya mengenakan jubah panjang warna hijau dan
tangannya memegang dua batang jarum emas. Tak bisa salah lagi dia seorang tabib yang
sedang mengobati ketiga jago itu dengan penjaruman. Di atas meja terdapat sebuah botol
yang berwarna hitam dan pinggir botol menggeletak beberapa gulung daun hio.
Boe Kie menjemput botol itu, membuka tutupnya dan mencium-cium. Ia mengendus bebauan
yang pedas dan tajam.
Tiba-tiba Oe boen Cek berteriak, Tolong!... ada orang merampas obat!...
Bagaikan kilat Boe Kie menotok A-hiat (hiat yang membuat orang jadi gagu) ketiga jago itu
dan kemudian membuka balutan lengan Oe boen Cek. Ternyata lengan itu dilabur dengan
lapisan koyo yang berwarna hitam. Karena mengenal kelicikan Tio Beng, sehingga nona itu
mungkin menaruh obat palsu di dalam botol untuk menjebaknya, maka Boe Kie segera
mengeruk koyo yang melekat di luka-luka Oe boen Cek dan si kakek botak. Ia menganggap
bahwa andaikata di dalam botol itu berisi obat palsu, obat yang dilabur kedua jago itu tak
mungkin palsu.
Sementara itu karena mendengar teriakan Oe boen Cek, orang-orang yang menjaga di luar
sudah mulai menyerang. Pintu ditendang dan beberapa orang menerjang masuk. Tanpa
menengoki Boe Kie menendang setiap musuh yang mendekatinya. Dalam sekejap ia sudah
merobohkan enam orang. Sesaat kemudian ia sudah mengeruk habis koyo yang melekat di
luka-luka Oe boen Cek dan A jie dan kemudian membungkusnya dengan kain pembalut.
Ia tidak berani berdiam lebih lama lagi, karena jika Hian beng Jie lo keburu datang, ia bakal
berabe sekali. Dengan cepat ia masukkan botol hitam dan bungkusan koyo ke dalam sakunya
dan kemudian melontarkan tubuh si tabib keluar jendela. Plak! tabib itu terpukul jatuh. Benar
saja di luar bersembunyi musuh. Dengan menggunakan kesempatan itu, Boe Kie melompat
keluar. Dua sinar golok menyambar. Dengan menggunakan Kian koen Thay lo ie Sin kang,
Boe Kie menyeret dengan tangan kanannya dan menarik dengan tangan kirinya, sehingga
musuh yang di sebelah kiri membabat yang di sebelah kanan. Sementara itu, ia sendiri kabur
secepat-cepatnya.
Ia berlari-lari dengan hati bungah. Biarpun ia tidak dapat menyelidiki asal usul Tio Beng tapi
didapatkannya Hek giok Toan Siok ko secara begitu mudah sudah merupakan hasil yang
gilang gemilang. Ia tidak mau membuang2 waktu pergi ke Kok shia guna menemui Yo Siauw
dan yang lain-lain, tapi terus menuju ke Boe tong san. Setibanya di kuil, ia segera
memerintahkan salah seorang anggota Ang sei kie pergi ke Kok shia untuk memberitahukan
hal itu kepada Yo Siauw dan kawan2nya.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 916
Mendengar Hek giok Toan siok ko telah dapat dirampas, Thio Sam Hong dan yang lain-lain
tentu saja merasa sangat girang. Sesudah menuturkan cara bagaimana ia merebut koyo itu,
Boe Kie segera membandingkan koyo kerokan dengan obat yang terisi di dalam botol hitam
itu. Ternyata kedua-duanya tidak berbeda, di samping itu ia pun mendapat kenyataan bahwa
botol obat dibuat daripada sepotong batu giok hitam yang jika dipegang mengeluarkan rasa
hangat, sehingga botol itu saja mempunyai harga yang tidak bisa ditaksir berapa besarnya.
Sekarang ia tidak bersangsi lagi. Ia segera memerintahkan orang menggotong In Lie Heng ke
kamar Jie Thay hiam dan merendengkan kedua mereka. Poet Hwie yang ikut masuk tidak
berani kebentrok mata dari Boe Kie, tapi paras mukanya yang berseri-seri membuktikan
bahwa ia merasa sangat berterima kasih. Dahulu waktu mengantar dia ke See hek Boe Kie
telah membuat pengorbanan besar, antaranya di Koen loen san mewakili dia minum arak
beracun. Tapi bagi si nona, semua budi itu kalah besarnya seperti budi yang sekarang.
Sam soepeh, kata Boe Kie, lukamu yang dahulu sudah rapat dan sembuh. Kalau sekarang mau
diobati tit-jie harus mematahkan lagi tulang-tulang dan kemudian menyambungnya pula. Titjie
harap Sam soepeh suka menahan sakit untuk sementara waktu.
Di dalam hati Jie Thay Giam tidak percaya bahwa kelumpuhannya yang sudah berjalan
kurang lebih duapuluh tahun masih dapat diobati. Tapi ia tak mau menolak, sebab ia merasa
paling jeleknya obat itu tidak berhasil dan ia bercacat terus. Di samping itu iapun sungkan
mengecewakan keponakannya yang sangat berbudi. Boe Kie berusaha untuk menebus dosa
kedua orang tuanya dan jika aku menolak, ia tentu tak enak hati, pikirnya. Perduli apa sedikit
rasa sakit. Ia seorang lelaki keras kepala yang tak suka banyak bicara. Ia hanya tersenyum dan
berkata. Boe Kie, kau boleh berbuat sesukamu.
Sesudah meminta Poet Hwie keluar Boe Kie buka pakaian pamannya itu dan sehabis menotok
jalan darah Hoen soei hiat (jalan darah yang mengakibatkan pulas) ia segera mematahkan
tulang-tulang di bagian yang dulu patah. Ia menyambung lagi tulang itu melabur koyo dan
dibalut dengan jepitan papan tipis. Mengobati In Lie Heng banyak lebih mudah karena waktu
bertemu dengan sang paman di See hek ia sudah menyambung tulang yang patah secara
sempurna sehingga sekarang tidak perlu dipatahkan lagi. Ia hanya perlu melabur koyo dan
membalutnya.
Sesudah selesai barulah merasai letihnya. Ia segera memerintahkan kelima orang kie soe Ngo
heng kie untuk menjaga kedua pamannya secara bergilir lalu sehabis makan tengah hari, ia
mengaso dalam kamarnya. Karena kantuk dan lelah tak lama kemudian ia tertidur.
Tiba-tiba lapat-lapat terdengar suara tindakan kaki dan seseorang berhenti di depan kamarnya.
Ada apa? Kauw coe sedang tidur? bisik Siauw Ciauw yang menjaga di luar pintu. Jawab
Goan Hoan, Ciang kie soe Houw touw kie dengan suara perlahan, In Lie hiap menderita
kesakitan hebat dan sudah tiga kali pingsan.
Sebelum Gan Hoan bicara habis, Boe Kie sudah melompat keluar dan berlari pergi ke kamar
Jie Thay Giam. In Lie Heng sedang pingsan. Kedua matanya mendelik dan Poet Hwie
menangis sambil mendekap muka dengan kedua tangannya. Di ranjang lain, sambil
menggertak gigi Jie Thay Giam menggelisah.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 917
Tak kepalang kagetnya Boe Kie. Ia segera menotok beberapa hiat dan mengurut tubuh In Lie
Heng untuk menyadarkannya. Sambil menengok kepada Jie Thay Giam ia bertanya,
Samsoepeh, apa kesakitan terasa di bagian tubuh yang patah?
Benar, tapi itu masih tak apa, jawabnya. Yang lebih hebat lagi, rasa sakit di dalam perut
seperti seperti digigit berlaksa kutu.
Boe Kie mencelos hatinya. Kalau benar keterangan itu, sang paman sudah pasti kena racun
hebat. Liok siok, apa yang dirasai Liok siok? tanyanya kepada In Lie Heng yang sudah
tersadar.
Yang merah, yang ungu, yang hijau, kuning putih, biru indah sungguh! banyak sekali bolabola
kecil menari-nari sungguh indah lihatlah lihatlah!... kau lihatlah.
Ah! teriak Boe Kie. Ia merasa seakan2 disambar halilintar, sehingga hampir-hampir ia jatuh
pingsan. Mengapa? Karena ia ingat keterangan dalam Tok keng (kitab tentang racun) dari
Ong Lan Kauw, yang antara lain berbunyi seperti berikut.
Cit ciong Cit hoa ko dibuat daripada tujuh macam serangga dan tujuh macam bunga beracun.
Orang yang kena racun itu lebih dahulu merasakan sakit di dalam perut, seperti digigit
serangga. Kemudian, ia seperti melihat macam2 warna yang indah, seperti 7 macam bunga
yang berterbangan kian kemari. Dari sekian banyak serangga dan bunga beracun, orang dapat
memilih tujuh macam serangga dan tujuh macam bunga2 beracun untuk membuat Cit ciong
Cit hoa ko. Yang paling hebat ialah empatpuluh sembilan macam campuran itu dengan
perubahan2nya yang tak kurang dari enampuluh tiga macam. Racun koyo itu hanya dapat
dipunahkan dengan menggunakan racun juga.
Keringat dingin membasahi baju Boe Kie. Ia tahu, bahwa ia sudah kena dijebak Tio Beng dan
bahwa koyo di dalam botol itu bukan lain daripada Ciat ciong Ciat hoa ko. Mengingat
kekejaman Tio Beng, ia bergidik. Dalam memasang jebakan, perempuan itu tidak merasa
segan untuk melebur racun di tubuh kedua orang sebawahannya, untuk mengorbankan jiwa
jago-jagonya yang berkepandaian tinggi.
Dengan cepat Boe Kie membuka kain pembalut dan dengan arak mencuci koyo racun yang
melekat di kaki dan tangan kedua pamannya. Melihat paras muka pemuda itu, Poet Hwie
tahu, bahwa sesuatu yang hebat telah terjadi. Tanpa malu-malu lagi, ia segera bantu mencuci
kaki dan tangan In Lie Heng. Sesudah koyo bersih, ternyata warna hitam sudah masuk ke
dalam daging dan tidak dapat dihilangkan lagi.
Boe Kie tidak berani sembarangan menggunakan obat. Ia hanya memberikan obat untuk
menahan sakit dan menentramkan semangat kepada kedua pamannya. Sesudah itu, dengan
tindakan limbung ia bertindak keluar dari kamar Jie Thay Giam. Rasa kaget, kuatir dan malu
memenuhi dadanya. Tiba-tiba kedua lututnya lemas dan ia roboh sambil menangis.
Poet Hwie memburu. Boe Kie koko! Boe Kie koko! teriaknya dengan air mata bercucuran.
Aku sudah membunuh Sampeh dan Liok siok!... katanya dengan suara putus harapan. Pada
detik itu, ia sama sekali tidak melihat jalan untuk menolong jiwa kedua pamannya. Cit ciong
Cit hoa ko dapat dibuat menurut ratusan cara. Siapapun jua tak akan tahu serangga macam
apa dan bunga apa yang digunakan dalam membuat koyo itu. Untuk memunahkan racun itu,
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 918
orang harus menggunakan racun melawan racun. Dengan demikian, sebelum orang tahu racun
apa yang terdapat dalam koyo itu, ia tidak berdaya, sebab kalau salah menggunakan racun,
maka si penderita pasti akan hilang jiwanya.
Dalam kedukaannya dan rasa menyesalnya yang sangat besar, tiba-tiba Boe Kie mengerti,
mengapa dahulu ayahnya telah membunuh diri. Ia sekarang sudah berbuat kesalahan besar
yang tidak bisa diperbaiki lagi. Seperti mendiang ayahnya, baginya pun hanya terdapat satu
jalan. Jalan membunuh diri untuk menebus dosa. Perlahan-lahan ia bangun berdiri.
Boe Kie koko, apa benar tak ada obat lagi? tanya Poet Hwie dengan mata membelalak. Boe
Kie koko, mengapa kau tidak mau mencoba?
Boe Kie menggeleng-gelengkan kepala.
Oh, begitu? kata si nona. Di luar dugaan dalam mengeluarkan perkataan itu, suara dan sikap
Poet Hwie kelihatan tenang.
Mendadak jantung Boe Kie memukul keras. Ia ingat apa yang pernah dikatakan oleh si nona.
Pada waktu membuka rahasia hatinya, antara lain Poet Hwie mengatakan, kalau lukanya tak
sembuh akupun tak bisa hidup lebih lama di dalam dunia. Ia sekarang tahu, bahwa ia bukan
membunuh dua, tetapi tiga orang.
Dengan mata berkunang-kunang, ia berdiri bagaikan patung. Tiba2 Gouw Kin Co masuk dan
berkata, Kauw coe, Tio Kouw nio berada di luar kuil dan minta bertemu dengan kau.
Aku justru mau cari dia! teriak Boe Kie. Ia mencabut pedang yang tergantung di pinggang
Poet Hwie dan lalu menuju keluar pintu dengan tindakan lebar.
Siauw Ciauw mencabut kembang mutiara yang tertancap di kundainya dan sambil
mengangsurkan perhiasan itu kepada Boe Kie, ia berkata, Kong coe, pulangkan ini
kepadanya.
Boe Kie mengawasi dan di dalam hati ia memuji sikap si nona. Tanpa mengatakan suatu apa,
ia mengambil kembang itu.
Setibanya di luar, ia lihat Tio Beng berdiri sendirian dengan bibir tersungging senyuman,
dengan disoroti sinar matahari sore, nona itu kelihatan lebih cantik lagi. Di belakangnya,
dalam jarak belasan tombak, berdiri Hian beng Jie lo yang memegang tali les dari tiga ekor
kuda.
Boe Kie melompat. Dengan sekali berkelebat tangan kirinya sudah mencekal kedua
pergelangan tangan si nona, sedang pedangnya yang dipegang dengan tangan kanan,
menuding dada musuh. Keluarkan obat pemunah! bentaknya.
Kata Tio Beng sambil tersenyum, Kau pernah memaksaku, apa kini kau ingin memaksa lagi?
Aku datang untuk menengok kau. Mengapa kau bersikap begitu garang terhadap seorang
tamu?
Berikan obat pemunah kepadaku! kata Boe Kie. Jika tidak, aku tidak ingin hidup lebih lama
lagi dan kaupun tak usah hidup lebih lama lagi.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 919
Muka si nona bersemu dadu, Fui! katanya. Kau mau mati, boleh mati. Kau sangkut paut apa
denganku? Siapa mau mati bersama-sama kau?
Aku bukan berguyon, kata Boe Kie dengan mata melotot. Apabila kau tidak menyerahkan
obat pemunah, hari ini adalah hari matinya kau dan aku.
Dari kedua pergelangan tangannya yang dicengkeramkan Boe Kie, nona Tio dapat merasakan
bergemetarnya tubuh pemuda itu. Iapun merasai sebuah benda keras di telapak tangan Boe
Kie. Pegang apa kau? tanyanya.
Kembangmu, jawabnya. Nih, aku pulangkan! Dengan sekali menggerakkan tangan kembang
itu sudah menancap di kundai si nona dan kemudian, secepat kilat, tangan kirinya itu sudah
mencengkeram pula pergelangan tangan Tio Beng.
Mengapa kau pulangkan? tanya nona Tio.
Kau mempermainkan aku hebat sekali, jawabnya. Ku tak sudi memegang segala milik kau.
Apa benar? menegas Tio Beng sambil tersenyum. Tapi mengapa kau meminta obat dari aku?
Ditanya begitu, Boe Kie jadi tertegun. Dalam mengadu lidah, ia selalu kalah. Mengingat
bahwa Jie Thay Giam dan In Lie Heng akan segera meninggal dunia, bukan main rasa
dukanya. Kedua matanya merah, hampir2 ia mengucurkan air mata. Andaikata ia bisa
mendapatkan obat itu, ia rela untuk berlutut. Tapi ia yakin, bahwa terhadap wanita yang
kejam itu, takkan guna ia memohon-mohon.
Sementara itu, In Thian Ceng dan yang lain-lain sudah datang ke situ. Melihat tangan nona
Tio dicekal Boe Kie dan Hian beng Jie lo berdiri di tempat jauh dengan sikap acuh tak acuh,
merekapun segera berdiri di belakang Boe Kie dan menunggu perkembangan selanjutnya
dengan hati berdebar debar.
Sesudah berdiam sejenak, nona Tio berkata pula, Kau seorang kauwcoe dari Beng kauw dan
ilmu silatmu yang sangat tinggi menggetarkan dunia. Tapi mengapa baru saja menghadapi
sebuah cengkeraman kecil, kau sudah bersikap kanak-kanak? Kau berteriak2 dan menangis2.
Sungguh memalukan! Aku sekarang mau bicara sejujurnya. Sebab kau kena pukulan Hian
beng Sin ciang, aku sengaja datang untuk menengok keadaanmu. Di luar dugaan, begitu
bertemu dengan aku, kau berteriak-teriak. Lepaskan tanganku! Mau lepas atau tidak?
Ditegur begitu, Boe Kie merasa sedikit jengah. Ia segera melepaskan cekalannya, sebab ia
merasa bahwa biar bagaimanapun jua, nona itu tak akan bisa melarikan diri.
Sambil mengusap2 kundainya yang tertancap kembang mutiara, Tio Beng tertawa. Tapi kau
rupanya tidak terluka, katanya.
Boe Kie mengeluarkan suara di hidung. Hm! Segala Hian beng Sin ciang belum tentu dapat
melukai orang, katanya.
Tapi bagaimana dengan Tay lek Kim kong cie? Dengan Cit ciong hoa ko? tanya Tio Beng
dengan nada mengejek.
Benar2 Cit ciong Cit hoa ko! kata Boe Kie dengan penuh kebencian.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 920
Tiba-tiba nona Tio mengubah sikapnya. Sekarang ia berkata dengan suara sungguh-sungguh.
Thio Kauwcoe, aku bersedia untuk menyerahkan Hek giok Toan sik ko kepadamu dan akupun
bersedia untuk memberi obat pemunah Cit ciong Cit hoa ko kepadamu. Aku bersedia, asal
saja kau suka meluluskan tiga permintaanku. Jika kau menggunakan kekerasan, kau dapat
membunuh aku, tapi kau jangan harap bisa mendapat obat. Kalau kau coba memaksa aku
dengan disiksa, aku bisa memberi obat palsu atau racun yang hebat.
Boe Kie girang, Permintaan apa? Lekas bilang! katanya cepat.
Sambil bersenyum, si nona menjawab. Bukankah aku pernah mengatakan, bahwa begitu lekas
aku dapat memikir tiga permintaan itu aku akan segera memberitahukan kepadamu? Kau
hanya perlu mengatakan dan berjanji untuk tidak melanggar janji. Aku mesti tak akan minta
kau menangkap rembulan di langit, tak akan minta kau melakukan sesuatu yang bertentangan
dengan Rimba Persilatan dan juga takkan minta kau membunuh diri sendiri.
Mendengar bahwa ia tak akan diminta untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan
peraturan Rimba Persilatan Boe Kie merasa lega. Ia lantas saja berkata dengan suara lantang,
Tio Kouwnio, asal saja kau benar-benar memberikan obat yang bisa menyembuhkan kedua
pamanku, biarpun mesti masuk ke lautan api, aku tak akan menampik segala perintahmu.
Tio Beng tersenyum sambil mengangsurkan tangan ia berkata, Baiklah! Marilah kita menepuk
tangan sebagai sumpah. Aku akan segera memberikan obat yang diminta olehmu. Di belakang
hari, sesudah Samsoepeh dan Lioksoesiokmu sudah sembuh, kau akan melakukan tiga
permintaanku. Asal saja ketiga permintaanku itu tidak bertentangan dengan peraturan dalam
Rimba Persilatan. Kau setuju?
Ya. Kata Boe Kie seraya mengulurkan tangannya dan menepuk tiga kali tangan si nona.
Sesudah itu, Tio Beng mencabut kembang mutiara yang tertancap di kundainya. Sekarang kau
harus menerima lagi hadiah ini! katanya.
Sebab kuatir nona Tio marah dan menarik pulang janjinya, Boe Kie segera menyambuti
perhiasan itu.
Tapi kau tidak boleh memberikan lagi kembangku ini kepada budak yang cantik itu, kata Tio
Beng.
Baiklah! jawabnya.
Nona Tio tertawa dan mundur tiga tindak. Obat akan segera diantarkan kepadamu, katanya.
Thio Kauwcoe, sampai bertemu lagi! Ia mengibaskan tangan baju, memutar tubuhnya yang
langsing dan lantas berjalan pergi. Dengan sikap menghormat Hian beng Jie lo menyerahkan
tunggangannya. Tio Beng melompat naik ke atas punggung tunggangannya dan tanpa
menengok lagi, ia turun gunung.
Sesudah si nona dan dua pengiringnya membelok di satu tikungan, dari atas sebuah pohon
tiba-tiba melompat turun seorang pria. Boe Kie mengenali, bahwa dia itu bukan lain daripada
Cian Jie Pay, salah seorang dari Sin cian Pat hiong. Majikanku mengirim sepucuk surat
kepada Thio Kauwcoe! teriaknya sambil melepaskan anak panah.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 921
Boe Kie menyambutnya dengan tangan kiri. Di ujung anak panah itu yang mata panahnya
sudah dicopotkan, terikat sepucuk surat yang dialamatkannya kepada Thio Kauwcoe pribadi.
Boe Kie segera merobek sampul dan surat itu berbunyi seperti berikut:
Di lapisan kotak emas,
Koyo mustajab sudah tersimpan lama
Di lubang kembang mutiara
Terdapat surat obat
Kedua barang itu sudah lama berada dalam tangan Tuan
Tapi mengapa Tuan begitu bersusah hati?
Karena Tuan tak sudi melihatnya
Dan menyerahkannya kepada seorang budak.
Membaca itu, Boe Kie kaget, girang dan malu. Tanpa menyia-nyiakan waktu, ia
memperhatikan kembang mutiara itu dan coba memutar-mutar setiap mutiara yang tertera di
atasnya. Benar juga salah sebuah dapat diputar, karena bagian bawahnya diperlengkapi
dengan ulir (alur-alur berputar seperti pada sekrup). Boe Kie segera mencopotnya dan ia
mendapat kenyataan, bahwa pada batang kembang yang terbuat daripada emas terdapat
sebuah lubang. Di dalam lubang itu terisi benda yang berwarna putih. Dengan jarum emas, ia
mengorek keluar benda itu selembar kertas amat tipis dengan tulisan yang memberitahukan
nama nama serangga dan kembang beracun yang digunakan dalam Cit ciong Cit hoa ko. Di
samping itu juga terdapat petunjuk cara bagaimana ia harus menolong orang yang kena racun
koyo itu.
Petunjuk yang terakhir sebenarnya tak perlu diberikan. Begitu lekas mengetahui nama-nama
serangga dan kembang yang digunakan, Boe Kie sendiri bisa mengobati. Sesudah melihat,
bahwa petunjuk itu tidak menyimpang dari keharusan, ia jadi girang sekali. Ia sekarang tahu
bahwa Tio Beng tidak main gila. Buru-buru ia masuk ke dalam dan dengan dibantu oleh
beberapa orang, ia segera membuat obat dan memakaikannya di kaki dan tangan kedua
pamannya. Benar saja, dalam waktu kurang lebih satu jam, akibat mengamuknya racun sudah
banyak mereda. Rasa sakit di perut dan warna-warna yang dilihat oleh Jie Thay Giam dan In
Lie Heng mulai menghilang.
Sesudah itu Boe Kie mengambil kotak emas tempat penyimpanan kembang mutiara yang
diberikan kepadanya oleh Tio Beng.
Sesudah meneliti beberapa lama, ia berhasil mendapatkan lapisan rahasia dalam kotak itu dan
pada lapisan itu terdapat koyo yang berwarna hitam. Berbeda dengan koyo racun, koyo sangat
harum baunya. Tapi Boe Kie tak berani berlaku sembrono lagi. Ia menangkap seekor anjing,
mematahkan satu kakinya dan kemudian mengobatinya dengan koyo itu. Pada keesokan
harinya tulang yang patah sudah mulai menyambung.
Berselang tiga hari, racun yang mengeram dalam tubuh Jie Thay Giam dan In Lie Heng sudah
terusir semua dan Boe Kie mulai mengobati dengan Hek giok Toan siok bo. Kali ini tidak
terjadi sesuatu yang diluar dugaan. Koyo ini ternyata sangat mujarab. Kira-kira dua bulan
kedua tangan In Lie Heng sudah bisa bergerak. Tapi Jie Thay Giam yang sudah lumpuh
selama sepuluh tahun tidak bisa sembuh seperti sedia kala. Ia hanya bisa jalan perlahan-lahan
dengan bantuan tongkat. Biar bagaimanapun jua, hal itu sudah merupakah perbaikan yang
tidak diduga-duga.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 922
Karena harus mengobati kedua pamannya, Boe Kie terpaksa berdiam lama di Boe tong san.
Sementara itu para Ciang kie Hoe oe dari Ngo heng kie sudah kembali dengan beruntun dan
mereka membawa warta yang mengejutkan. Menurut mereka, rombongan2 Go bie, Hwa san,
Khong tong dan Koen loen yang menyerang Beng kauw di See hek, belum pulang ke masingmasing
tempatnya. Kalangan Kang ouw gempar. Orang-orang Rimba Persilatan percaya,
bahwa sesudah membasmi rombongan keenam partai, Beng kauw akan segera menyatroni
dan merampas berbagai partai persilatan. Menghilangnya pendeta2 kuil Siauw lim sie telah
menerbitkan gelombang yang belum pernah dialami dalam Rimba Persilatan.
Masih untung para wakil pemimpin Ngo heng kie membawa surat Thio Sam Hong dan
merekapun tak memperkenalkan diri sebagai anggota Beng kauw. Kalau bukan begitu mereka
mungkin tak pulang. Mereka selanjutnya menerangkan, bahwa pada waktu ini, berbagai
partai, berbagai piauw hang dan kelompok kelompok perampok, baik yang di gunung maupun
di air, semua siap sedia dan sangat waspada sebab mereka kuatir Beng kauw akan menyerang
dengan tiba-tiba.
Beberapa hari kemudian, In Thian Ceng dan In Yo Ong yang pulang ke markas besar Peh bie
kie sesudah Jie Thay Giam dan In Lie Heng mendapat obat juga sudah kembali di Boe tong
san. Mereka melaporkan bahwa dalam Peh bie kie sudah dibuat perubahan-perubahan dan
seluruh pasukan sekarang berada di bawah Beng kauw. Di samping itu merekapun
memberitahukan bahwa jago-jago Rimba Persilatan di daerah tenggara sudah mulai bergerak
dan membentuk pasukan-pasukan rakyat untuk menggulingkan pemerintah penjajah.
Pada waktu itu tentara Goan masih sangat kuat dan dengan cepat mereka menumpas pasukanpasukan
rakyat. Di samping kekuatan pemerintah Goan, perlawanan rakyat itupun
mempunyai kelemahan, ialah mereka bergerak dengan sendiri-sendiri, satu sama lain tidak
mengadakan hubungan atau perserikatan, sehingga dengan mudah mereka dapat dibasmi.
Malam itu di ruangan belakang Thio Sam Hong mengadakan perjamuan cia cay untuk In
Thian Ceng dan puteranya. Selagi makan minum In Thian Ceng menceritakan sebab musabab
dari kekalahan pemberontakan rakyat. Dalam setiap pergerakan anggota-anggota Beng kauw
dan Peh bie kie (dahulu Peh bie kie kauw) selalu mengambil bagian dan banyak di antaranya
telah ditangkap atau dibinasakan oleh tentara Goan.
Menurut pandangan hati rakyat sekarang sudah berubah dan waktu ini adalah waktunya
mengusir Tat-coe dan merampas pulang tanah air kita, kata Yo Siauw. Selama hidup
mendiang Yo Kauwcoe itu selalu memikiri persoalan ini, hanya sayang karena bermusuhan
dengan berbagai partai persilatan, maka selama kurang lebih seratus tahun agama kita tidak
bisa bergandengan tangan dengan orang-orang gagah di seluruh negeri untuk mengusir kaum
penjajah. Atas berkah Tuhan sekarang, Thio Kauwcoe memegang tampuk pimpinan.
Permusuhan kita dengan berbagai partai sudah mulai berkurang. Kini tibalah waktunya untuk
kita bersatu padu dalam melawan musuh.
Yo Co soe, kata Cioe Tian. Apa yang dikatakan olehmu kedengarannya sangat tepat, tapi itu
semua hanya omong kosong.
Yo Siauw tak jadi gusar. Bagaimana pendapat Cioe heng?
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 923
Orang-orang Kang ouw semua mengatakan bahwa Beng kauw telah membunuh jago-jago dari
enam partai.., jawabnya. Begitu mendengar nama Beng kauw, begitu mereka naik darah.
Mana bisa bersatu padu dalam melawan musuh? Kata-katamu enak sekali kedengarannya.
Tapi bagaimana melakukannya?
Memang pada waktu ini kita memang masih mendapat nama jelek, kata Yo Siauw. Bagi aku
percaya, pada akhirnya segala apa akan jadi terang. Apabila dalam hal ini seorang yang
berkedudukan begitu tinggi seperti Thio Cinjin bisa menjadi saksi.
Cioe Tian tertawa nyaring, Andai kata kita benar sudah membunuh Song Wan Kiauw Biat
coat, Ho Thay Ciong dan yang lain-lain, Thio Cin-jin yang berada di gunung ini sudah pasti
takkan mengetahuinya, kata si sembrono. Maka itu kesaksian Thio Cinjin tak bisa diterima
sebagai bukti yang kuat.
Cioe Tian! bentak Tiat koan Too jin, Di hadapan Thio Cinjin dan Kauwcoe tak dapat kau
bicara yang gila-gila.
Disemprot begitu, Cioe Tian tak berani membuka mulut lagi.
Apa yang dikatakan Cioe heng bukan tidak beralasan sama sekali sela Pheng Eng Giok.
Menurut pikiran pin ceng sebaiknya kita segera mengadakan sebuah perhimpunan antara
pemimpin Beng kauw. Dalam perhimpunan kita mengumumkan keinginan Thio Kauwcoe
untuk memperbaiki hubungan dengan berbagai partai. Di samping itu, dalam pertemuan
tersebut, kitapun dapat menyelidiki dimana adanya rombongan Song Thay-hiap, Biat coat
Soethay dan lain-lain.
Menyelidiki dimana adanya Song Thay hiap bukan pekerjaan sukar, kata Cioe Tian. Bahkan
mudah sekali, kita tidak usah mengeluarkan tenaga.
Beberapa orang lantas saja menanya dengan bernafsu.
Bagaimana?
Lekas katakan!
Mengapa kau tak siang-siang memberitahukan kami?
Dengan paras muka berseri-seri si sembrono menceguk cawannya dan kemudian berkata
dengan suara nyaring, Anak kunci berada dalam tangan Thio Kauwcoe sendiri. Asal Thio
Kauwcoe mau membuka mulut, menanyakan Tio Kouwnio, segala apa akan menjadi terang.
Aku merasa pasti, bahwa tidak dibunuh mereka pasti ditawan oleh nona tersebut.
Selama dua bulan lebih, Wie It Siauw, Peng Eng Giok dan Swee Poet Tek pernah turun
gunung untuk menyelidiki jejak Tio Beng yang sesudah membuat perjanjian dengan Boe Kie
sesudah menghilang tanpa bekas. Bukan saja nona itu, tapi orang2nya pun yang berjumlah tak
sedikit tak ketahuan kemana perginya. Para pemimpin Beng kauw hanya bisa menduga-duga
bahwa nona Tio mempunyai hubungan dengan kaisar Goan. Di samping itu tak terdapat lain
penerangan.
Maka itulah, mendengar jawaban Cioe Tian, beberapa orang lantas saja mengejek dan
mengatakan bahwa pikiran si sembrono hanya omong kosong belaka. Meskipun tahu, bahwa
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 924
nona Tio merupakan sumber keterangan. Tapi yang menjadi soal, kemana mereka harus
mencari nona yang licin itu.
Cioe Tian tertawa, Orang-orang seperti kalian tentu saja takkan bisa mencari nona itu,
katanya. Tapi Kauwcoe kita tak usah mencarinya. Kauwcoe kita masih hutang tiga pekerjaan
yang belum dikerjakan. Apa kalian kira nona yang lihay akan membebaskan hutang dengan
begitu saja? Huh huh!... Dia sangat cantik dan ayu. Tapi aku setiap kali kuingat namanya,
badanku sudah bergemataran.
Semua orang tertawa, tapi mereka mengakui bahwa pendapat kawan itu memang sebuah
kenyataan.
Boe Kie menghela napas, Aku mengharap supaya lekas-lekas menyebutkan tiga
permintaannya, supaya aku segera bisa membereskan hutang, katanya. Siang malam aku
selalu memikiri, permintaan apa yang akan diajukan olehnya. Pheng Thaysoe, tadi kau
mengusulkan supaya agama kita mengadakan sebuah perhimpunan besar antara para
pemimpin. Bagaimana pendapat kalian?
Aku setuju, kata Yo Siauw. Tapi dimana kita harus mengadakan perhimpunan tersebut?
Sesudah memikir beberapa saat, Boe Kie berkata, Dalam menduduki kursi sebagai wakil
Kauwcoe, aku sering sekali ingat dua orang yang telah melepas budi besar terhadapku. Yang
satu Tiap kok Ie sian Ouw Ceng Goe Sianseng. Sungguh menyesal, orang tua itu telah binasa
di tangan Kim hoa popo. Yang satu lagi, Siang Gie Cien Toko yang sekarang tak diketahui
dimana adanya. Sebagai peringatan untuk kedua tuan penolong itu, kalau bisa, ku ingin
perhimpunan kita diadakan di Ouw tiap kok di Hwaipak.
Bagus2! teriak Cioe Tian sambil menepuk2 tangan. Dahulu Kian sie Pout kioe setiap hari
bertengkar dengan aku. Sebagai manusia dia boleh juga. Melihat kebinasaan dia tak sudi
menolong dan akhirnya dia sendiri binasa tanpa ditolong orang. Tapi biar bagaimanapun jua,
Cioe Tian mau memberi hormat dengan berlutut di depan kuburannya.
Persetujuan dicapai dengan suara bulat. Kurang lebih tiga bulan lagi, pada Peh Swee Tiong
Cioe (tanggal lima belas bulan delapan menurut penanggalan Imlek, yaitu pesta pertengahan
musim rontok). Beng Kauw akan mengadakan perhimpunan besar antara para pemimpinnya
di seluruh negeri.
Pada keesokan paginya, sejumlah petugas dari Ngo heng-kie dan Peh bie-kie turun gunung
untuk menyampaikan perintah Kauwcoe kepada para pemimpin Bengkauw. Segenap para
pemimpin Bengkauw, yang berkedudukan hin coe ke atas, harus sudah berada di Ouw tiap
kok pada sebelum Pehgwee Cap go guna bertemu dengan Kauwcoe baru dan merundingkan
hal-hal penting mengenai agama mereka.
Sebab masih ada waktu tiga bulan dan juga sebab kuatir Jie Thay Giam dan In Lie Heng
kumat lagi penyakitnya, maka Boe Kie tidak berani lantas meninggalkan Boe tong san.
Sambil merawat kedua pamannya, dalam waktu-waktu luang, ia selalu meminta penjelasanpenjelasan
mengenai Thay kek koen dari kakek gurunya. Sementara itu, Wie It Siauw, Pheng
Eng Giok, Swee Poet Tek dan yang lain-lain terus berkelana di berbagai tempat untuk
menyelidiki tempat sembunyinya Tio Beng.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 925
Atas perintah Kauwcoe, dengan apa boleh buat Yo Siauw berdiam terus di Boe tong san.
Mengingat perbuatannya terhadap Kie Siauw Hoe, ia selalu merasa malu terhadap In Lie
Heng dan tidak berani sering-sering bertemu muka. Saban hari, ia kebanyakan menutup diri di
dalam kamar dan membaca buku. Tanpa urusan yang sangat penting, ia tak pernah keluar dari
kamar itu.
Pada suatu lohor Boe Kie datang di kamar Yo Siauw untuk merundingkan soal-soal yang mau
dibicarakan dalam perhimpunan besar. Sebagai seorang muda yang mendadak memikul beban
sangat berat, ia sering merasa kuatir kalau-kalau ia tidak dapat menunaikan tugasnya itu. Yo
Siauw adalah orang satu-satunya yang paham akan seluk beluk Beng kauw. Maka itulah ia
meminta Yo Co soe untuk mengawaninya di Boe tong san supaya setiap waktu ia bisa minta
pikirannya.
Sesudah bicara beberapa lama, Boe Kie menjemput sejilid buku yang terletak di meja. Di
kulit buku tertulis huruf-huruf yang berbunyi Masuknya Beng kauw ke Tiongkok dan di
sebelah bawah dalam huruf-huruf kecil tertulis Disusun oleh tee coe Kong beng Co soe Yo
Siauw.
Boe Kie menghela nafas. Yo Co soe katanya, kau seorang boen boe coan cay dan merupakan
tiang dari agama kita.
Terima kasih atas pujianmu Kauwcoe, jawabnya sambil membungkuk.
Boe Kie membalik-balik lembaran buku itu yang mencatat sejarah Beng kauw. Menurut
catatan itu, Beng kauw masuk ke Tiong Tauw (tanah tengah atau Tiongkok) pada tahun
Yancay kesatu dari Boe Cek Thian dari kerajaan Tong yaitu pada waktu seorang Iran
menghadap ratu dan menyerahkan Sam cong keng kitab pelajaran Beng kauw. Mulai waktu
itu orang Tionghoa mempelajari kitab tersebut. Tahun tay lek ketiga (kerajaan Tong) bulan
enam tanggal 29 di Lok yang Tiangan diberdirikan sebuah kuil Beng kauw yang diberi nama
Tay in Kong beng sie, belakangan kuil-kuil seperti itu juga diberdirikan di Tay goan, Keng
cioe, Yang cioe, Ang cioe, Wat cioe dan lain-lain kota penting. Pada tahun Hwee ciang ketiga
Kaisar mengeluarkan perintah untuk membinasakan anggota-anggota Beng kauw semenjak
itu pengaruh dan tenaga agama tersebut sangat berkurang. Karena dilarang, Beng kauw
menjadi semacam agama rahasia yang selalu diuber-uber dan ditindas oleh pembesarpembesar
negeri. Nama Beng kauw yang aseli adalah Mo ni kauw, belakangan orang menukar
perkataan mo dari Moni menjadi mo yang berarti iblis, sehingga akhirnya agama itu diejek
sebagai Mo kauw atau agama iblis.
Membaca sampai disitu, Boe Kie menghela napas panjang. Yo Co soe, katanya, tujuan agama
kita ialah menyingkirkan kejahatan dan menjalankan kebaikan. Pada hakekatnya agama yang
kita pelajari itu, tidak banyak berbeda dengan Hoed kauw dan Too kauw. Mengapa sedari
jaman Tong sampai sekarang agama kita selalu ditindas?
Hoed bertujuan untuk menyelamatkan mahluk, jawabnya. Tapi pendeta2 Hoed kauw adalah
orang-orang beradat yang tak mau campur tangan dalam urusan dunia. Too kauw pun
demikian. Di lain pihak, agama kita bergerak di antara rakyat jelata dan mengambil bagian
dalam segala suka dan dukanya. Penganut2 agama kita selalu membantu orang-orang yang
mendapat kesukaran. Ada kalanya, pembesar yang rakus menindas rakyat. Terhadap
pembesar-pembesar semacam itu agama kitapun tak segan-segan untuk memberi perlawanan,
sehingga sebagai akibatnya, kita sering mesti kebentrok dengan kalangan pembesar.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 926
Boe Kie manggut2-kan kepalanya. Kalau begitu, agama kita baru benar2 bisa menjadi
makmur, manakala kaisar dan pembesar-pembesar negeri waktu sekarang ini sudah tidak mau
menindas rakyat dan jagoan2 serta hartawan-hartawan berpengaruh menghentikan segala
tindakan yang sewenang-wenang, katanya.
Kauwcoe benar! teriak Yo Siauw sambil menepuk meja. Itulah tujuan agama kita, negeri yang
adil dan damai.
Boe Kie manggut-manggutkan kepalanya. Yo Co soe, apa bisa kita mengalami jaman itu?
tanyanya.
Atas berkah Tuhan, semoga kita akan mengalami jaman yang diidam-idamkan itu, jawabnya.
Sesudah berdiam sejenak, ia berkata pula, Biarpun ditindas, sampai kini masih berdiri. Pada
kerajaan Lam-song (Song Selatan), tahun Siauw hin keempat, seorang pembesar bernama
Ong Kie Ceng telah membereskan laporan mengenai urusan agama kita kepada kaisar. Jika
mau, Kauwcoe boleh membaca laporan itu. Seraya berkata begitu, ia membalik lembaran
yang mencatat laporan itu mengangsurkan kepada Boe Kie.
Boe Kie segera membaca laporan itu berbunyi sebagai berikut.
Di Ciat kang dan Kang ouw terdapat kebiasaan cia cay (tidak makan makanan berjiwa)
mengabdi kepada iblis. Sebelum jaman Phoei Lap, larangan masih longgar dan jumlah orang
yang mengabdi kepada iblis tidak begitu besar. Sesudah jaman Phoei Lap, larangan semakin
diperkeras, tapi jumlah iblis jadi makin besar.
Hamba dengar, sepak terjang kawanan iblis adalah sebagai berikut.
Dalam setiap kampungan, satu dua orang yang lebih licik dan cerdik menjadi kepala iblis.
Mereka mencatat she dan nama2 penduduk yang kemudian dipersatukan ke dalam
persekutuan iblis. Seorang pengikut iblis tidak makan makanan berjiwa. Kalau dia mendapat
urusan atau kesukaran, maka kawan-kawan sekutunya akan membantu, baik dengan uang,
maupun dengan tenaga atau jiwa.
Pada hakekatnya, tidak makan daging berarti mengirit ongkos dan dengan hidup irit,
seseorang gampang merasa puas. Saling bantu membantu antara kawan-kawan berarti saling
mencintai dan saling mencintai berarti setiap pekerjaan mudah diselesaikan dengan jalan
gotong royong (Poei Lap yang disebutkan dalam buku itu adalah salah seorang Kauwcoe
Beng Kauw yang memberontak terhadap kerajaan Song di Ciat kang timur. Ia dikalahkan dan
belakangan dibinasakan).
Membaca sampai disitu, Boe Kie berkata, Biarpun Ong kie Ceng memusuhi Beng kauw, tapi
ia mengakui bahwa penganut-penganut agama kita hidup irit dan sederhana dan saling
menyintai. Sebab berkata begitu ia membaca pula.
Sepanjang pengetahuan hamba mendiang kaisar pun selalu menganjurkan rakyat untuk saling
mencintai dan bantu membantu. Hidup sederhana dan irit memang merupakan kebiasaan yang
baik dari jaman dahulu. Hanya sayang banyak pembesar tidak bisa hidup sederhana sehingga
pemimpin-pemimpin iblis bisa mendapat kesempatan untuk menghasut rakyat dan menerima
pujian rakyat untuk persekutuan mereka.
Rakyat banyak yang bodoh. Mereka menganggap, bahwa jika mereka menuruti perkataan
iblis dan mengabdi kepada iblis, mereka bisa mendapat keputusan dan segala rupa pekerjaan
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 927
bisa diselesaikan dengan gotong royong. Dengan demikian mereka percaya segala apa yang
dikatakan oleh pemimpin2 iblis dan dengan berlomba2 mereka masuk ke dalam persekutuan
iblis. Itulah sebabnya, mengapa larangan makin diperkeras, kemajuan mereka makin sukar
dibendung.
Boe Kie menengok kepada Yo Siauw dan berkata sambil tertawa, Yo Co soe, Ong Kie Ceng
seorang jujur. Dia kata larangan makin diperkeras, kemajuan mereka makin sukar dibendung.
Inilah pengakuan bahwa agama kita dicintai rakyat. Apa boleh kupinjam buku ini? Adalah
kewajibanku untuk mempelajari usaha-usaha dan nasehat-nasehat para pemimpin kita yang
sudah almarhum.
Tentu saja boleh, jawabnya. Aku justru ingin minta petunjuk Kauw coe.
Sambil memegang buku itu Boe Kie berkata pula. Jiu samsoepeh dan In Lioksiok sudah boleh
dikatakan sembuh. Besok kita berangkat ke Ouw tiap kok. Di samping itu ada suatu hal yang
kuinginkan menanyakan pikiran Yo Co soe. Hal ini mengenai adik Poet Hwie.
Yo Siauw menduga Boe Kie melamar puterinya jadi girang sekali. Jiwa Poet Hwie telah
ditolong Kauwcoe, katanya. Kami berdua ayah dan anak ingin sekali membalas budi yang
sangat besar itu. Perintah apapun jua yang Kauwcoe mau berikan aku pasti akan menurut
dengan girang hati.
Boe Kie lantas saja menceritakan pengakuan Poet Hwie pada hari itu.
Yo Siauw kaget tak kepalang dan untuk beberapa saat ia tidak bisa mengeluarkan sepatah
kata. Bahwa anakku dicintai In Liok hiap adalah kejadian yang sangat menggirangkan, kata ia
akhirnya. Tapi usia mereka berbeda terlampau jauh dan angkatan merekapun tidak bersamaan
In berkata sampai disitu ia tidak dapat meneruskan perkataannya.
Usia In Liok siok belum cukup empat puluh. Ia sedang gagah2nya. Biarpun benar adik Poet
Hwie memanggilnya dengan sebutan Siok-siok (paman, mereka tidak mempunyai hubungan
dalam perguruan). Mereka saling mencintai dengan setulus hati. Manakala pernikahan ini bisa
terjadi, maka ganjelan yang dahulu lantas bisa disingkirkan. Menurut pendapatku inilah
kejadian yang sungguh-sungguh boleh dibuat girang.
Yo Siauw seorang yang sangat terbuka. Sebab perbuatan terhadap Kie Siauw Hoe, ia selalu
merasa malu untuk bertemu muka dengan In Lie Heng. Sekarang mendengar perkataan Boe
Kie di dalam hati ia mengakui, bahwa pernikahan itu bukan saja menebus dosa, tapi juga bisa
menghilangkan segala ganjelan antara Beng kauw dan Boe tong pay. Memikir begitu ia lantas
saja menyoja dan berkata, Bahwa Kauwcoe sudah sudi campur tangan untuk membereskan
soal ini merupakan bukti bahwa Kauwcoe sangat menyayangi kami. Untuk itu semua, terlebih
dahulu aku menghaturkan banyak terima kasih.
Malamnya Boe Kie mengumumkan kabar girang itu. Semua orang turut bersyukur dan
mereka menghaturkan selamat kepada In Lie Heng. Poet Hwie sendiri tidak berani menemui
orang dan bersembunyi di dalam kamarnya. Thio Sam Hong dan Jie Thay Giam yang merasa
kaget dan heran, belakangan turut bergirang. Waktu ditanya tentang tanggal pernikahannya,
In Lie Heng menjawab, Sesudah Toa soeko dan yang lain-lain pulang barulah kita
menetapkan tanggal itu.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 928
Pada keesokan harinya, bersama Yo Siauw dan In thian ceng, In Ya ong, Tiat koan toojin,
Cioe Tian, Siauw Ciauw dan yang lain-lain, Boe Kie mohon berpamitan dengan Thio Sam
Hong dan kedua pamannya untuk berangkat ke Hwaipak. Poet Hwie tidak mengikut sebab ia
masih perlu merawat In Lie Heng.
Dalam perjalanan itu rombongan Boe Kie menyaksikan penderitaan rakyat yang sangat hebat.
Daerah sepanjang pantai biasanya daerah yang kaya. Tapi apa yang dilihat mereka hanyalah
ladang-ladang yagn kosong kering dan kelaparan yang merajalela di mana-mana. Dengan
ringkas dapat dikatakan, bahwa kemiskinan rakyat sudah sampai pada puncaknya.
Boe Kie dan kawan-kawannya merasa sangat berduka, tapi merekapun tahu, bahwa dengan
adanya penderitaan itu kekuasaan Mongol di Tiongkok pasti tidak dapat dipertahankan dalam
waktu lama. Sekarang saja, orang-orang gagah di seluruh negeri sudah mulai bangkit untuk
mengusir kaum penjajah itu.
Pada suatu hari mereka tiba di Kay pay kie yang terletak tak jauh dari Ouw tiap kok. Selagi
enak berjalan, sekonyong2 mereka mendengar teriakan-teriakan dan belakangan ternyata
bahwa teriakan itu keluar dari dua pasukan yang sedang bertempur. Boe Kie dan kawan2nya
segera membedal kuda dan sesudah melewati sebuah hutan, mereka melihat kira-kira seribu
serdadu Mongol sedang mengepung sebuah tangsi yang di atasnya berkibar bendera
Bengkauw. Tangsi itu dipertahankan oleh anak buah yang berjumlah kecil yang perlahanlahan
mereka tak dapat mempertahankan diri lagi. Tapi biarpun dihujani anak panah, mereka
tetap tidak mau menyerah. Tentara Goan berteriak-teriak.
Pemberontak Mo kauw! Lekas menakluk!
Kalau menakluk, kalian mendapat ampun.
Apa kamu mau mampus semua?
Untuk beberapa saat, rombongan Boe Kie memperhatikan jalannya pertempuran.
Kauwcoe, apa kita sudah boleh menerjang musuh? tanya Coe Tian.
Baiklah! jawabnya. Lebih dahulu singkirkan pemimpin-pemimpin pasukan itu.
Di lain saat, Yo Siauw, In Thian Ceng, In Ya Ong, Tiat koan Toojin dan Cioe Tian sudah
menerjang musuh. Dua orang Peh hoe thio lantas saja roboh. Sesaat kemudian, Cian hoe thio
yang memimpin pasukan dibinasakan In Ya Ong. Karena kehilangan pemimpin, tentara Goan
lantas saja kalut. Dilain pihak, melihat datangnya bala bantuan, orang-orang yang membela
tangsi bersorak-sorai. Pintu tangsi terbuka dan seorang pria yang bertubuh tinggi besar dan
bersenjata tombak menerjang keluar. Dalam sekejap ia sudah merobohkan sejumlah serdadu
Goan.
Setiap kali tombak orang itu berkelebat, seorang serdadu Goan terjungkal. Melihat begitu,
tentara Goan menjadi jeri. Mereka lari serabutan untuk menyingkirkan diri dari orang itu yang
gagah dan angker bagaikan malaikat.
Para pemimpin Beng kauw dalam rombongan Boe Kie merasa kagum dan memuji orang
gagah itu. Tapi yang paling bergirang adalah Boe Kie sendiri karena ia sudah mengenali
bahwa orang itu bukan lain daripada Siang Gie Coen yang selalu diingatnya siang dan malam.
Hanya karena masih mesti bertempur, ia tak bisa segera menghampiri tuan penolong itu.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 929
Sebab digencet dari depan dan belakang, tentara Goan mendapat kerusakan besar. Kurang
lebih limaratus orang mati dan luka-luka. Sisanya tidak berani berperang terus dan lalu
melarikan diri.
Sesudah musuh kabur, sambil tertawa terbahak-bahak Siang Gie Coen berseru, Saudarasaudara
dari manakah yang sudah memberi bantuan? Siang Gie Coen menghaturkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.
Siang Toako! teriak Boe Kie. Aduh! Siang malam siauwtee memikiri Toako, ia berlari lari
dan memegang tangan kakak itu erat-erat.
Siang Gie Coen memberi hormat dengan membungkuk. Saudara Kauwcoe, katanya dengan
suara gemetar. Aku menjadi kakakmu dan juga menjadi orang sebawahanmu. Tak dapat aku
mengatakan, betapa besar rasa girangku.
Ternyata Siang Gie Coen memegang tugas Hee koa dalam Kie bok kie. Pertempuran hebat di
Kong beng teng yang berakhir dengan diangkatnya Boe Kie sebagai Kauwcoe sudah
diketahuinya dari Boen Cong Siong Ciang kie soe Kie bok kie. Sudah beberapa hari, dengan
sejumlah anggota Kie bok kie, ia berkemah disitu untuk menunggu kedatangan Boe Kie. Apa
mau, sepasukan tentara Goan menyerang. Karena musuh berjumlah lebih besar, ia berlagak
kalah dan memancing musuh untuk dibasmi.
Di luar dugaan rombongan Boe Kie muncul pada saat yang tepat dan ia segera menerjang ke
luar. Dalam Bengkauw, ia berkedudukan rendah sebagai orang bawahan, ia lantas memberi
hormat Yo Siauw, In Thian Ceng dan yang lain-lain. Melihat kegagahannya dan mengingat
bahwa saudara angkat Kauwcoe para pemimpin Beng kauw itu memperlakukannya sebagai
sahabat yang sederajat.
Siang Gie Coen segera memerintahkan orang menyediakan makanan untuk menjamu para
tamunya. Selagi makan minum, ia menceritakan keadaan dan apa yang dilakukannya di
daerah itu. Selama beberapa tahun, daerah Hwai lam dan Hwai pa (sebelah selatan dan utara
sungai Hwai ho) mengalami kekeringan, sehingga rakyat sangat menderita. Karena terpaksa,
ia mengumpulkan saudara-saudara Beng kauw dan melakukan pekerjaan tanpa modal. Tapi
dalam pekerjaan itu ia hanya merampok milik hartawan jahat atau pembesar rakus dan jika
ada kelebihan, kelebihan itu selalu digunakan untuk menolong rakyat. Beberapa kali tentara
Goan coba menyerang tangsi mereka tapi selalu dapat dipukul mundur.
Sesudah menginap semalaman, pada keesokan paginya, bersama pasukan Siang Gie Coen
rombongan Boe Kie meneruskan perjalalan. Mereka menganggap, bahwa sesudah mengalami
kekalahan, selama dua tiga bulan tentara Goan pasti tak akan berani menyerang lagi.
Beberapa hari kemudian mereka tiba di luar Ouw tiap kok. Mendengar kedatangan Kauwcoe
para anggota Bengkauw yang sudah tiba lebih dahulu lantas saja keluar menyambut. Ternyata
barisan Kie bok kie sudah membangun rumah-rumah kecil untuk tempat meneduhnya para
orang gagah. Wie It Siauw, Peng Eng Giok dan Swee Poet tek pun sudah berada di situ dan
mereka segera menemui Boe Kie.
Sesudah berkenalan dengan semua orang, Boe Kie segera memerintahkan disediakan barang
sembahyang dan lalu menyembayangi suami istri Ouw Ceng Goe dan Kie Siauw Hoe.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 930
Mengingat kejadian dahulu bukan main rasa terharunya. Mimpipun tak pernah mimpi, bahwa
hari ini ia bisa kembali seorang Kauwcoe dari satu agama yang sangat besar pengaruhnya
pada jaman itu.
Tiga hari kemudian tibalah harian Tiongcioe. Di tengah-tengah lapangan Ouw tiap kok yang
luas didirikan sebuah panggung tinggi dan di depan panggung dinyalakan api koen boen, yang
sangat besar.
Sesudah semua pemimpin Beng kauw berkumpul, Boe Kie segera naik ke atas panggung dan
dengan suara lantang mengumumkan bahwa Beng kauw sudah menghentikan permusuhan
dengan berbagai partai persilatan di wilayah Tionggoan dan bahwa sekarang Beng kauw
berusaha dengan sekuat tenaga utnu mengusir penjajah Goan dari tanah air. Sesudah itu, ia
membaca peraturan-peraturan agama yang bertujuan untuk menyingkirkan penjahat dan
menolong sesama manusia yang memerlukan pertolongan.
Pengumuman itu disambut oleh sorak sorai gegap gempita. Dalam suasana riang gembira dan
dengan semangat bergelora para hio coe dan yang lain-lain memasang hio dan bersumpah
untuk mentaati pesan Kauwcoe. Hari itu dian berkobar-kobar, wangi hio dapat diendus di
seluruh selat. Sesudah terpecah belah begitu lama, Beng Kauw sekarang bersatu kembali.
Semua orang mengakui, bahwa di dalam Beng Kauw belum pernah tercapai persatuan yang
sedemikian kokoh dan diantaranya banyak yang mengucurkan air mata kegirangan.
Sesudah itu Boe Kie membuat lain pengumuman yang berbunyi sebagai berikut:
Menurut kebiasaan agama kita, kita semua tidak makan makanan yang asalnya berjiwa. Tapi
dalam menghadapi kelaparan, manusia harus makan apapun juga yang bisa dimakan. Apa
pula hari ini kita harus bertekad untuk melakukan satu pekerjaan besar, yaitu mengusir Tat
coe (orang Mongol) dari tanah air kita. Kalau kita tetap tidak makan makanan berjiwa, maka
tenaga atau semangat kita akan berkurang dan kita sukar untuk menunaikan tugas tugas yang
berat itu. Maka itulah, mulai dari sekarang, kami mulai menghapuskan peraturan yang
melarang anggota-anggota makan makanan berjiwa dan minum arak. Sebagai manusia yang
hidup dalam dunia ini, kita harus mementingkan urusan besar. Soal makan adalah soal remeh
yang bisa diubah sesuai dengan keadaan.
Malam itu, dibawah sinar rembulan, beberapa ribu pemimpin Beng kauw makan minum
sepuas hati dan pesta baru berakhir setelah terang tanah.
Sesudah mengaso sampai kira-kira tengah hari, Boe Kie bangun dan mandi. Baru saja dia
selesai berpakaian, seorang anggota melaporkan bahwa Cioe Coan Ciang, Cie Tat dan
beberapa anggota lain dari Ang soei kie minta bertemu.
Boe Kie girang dan lalu keluar menyambut. Begitu melihat Boe Kie, Cioe Coan Ciang, Cie
Tat, Thong Ho, Teng Jie, Hoa In, Gouw Liang dan Gouw Tin yang menunggu di luar pintu,
lantas saja memberi hormat dan membungkuk.
Cepat-cepat Boe Kie membalas hormat. Di depan matanya lantas saja terbayang kejadian
pada hari itu, pada waktu Cie Tat menolong jiwanya. Dengan tangan kiri menuntun Coe Goan
Ciang dan tangan kanan menuntun Cie Tat, ia mengajak semua orang memasuk ke dalam.
Sesudah meminta maaf, Coe Goan Ciang dan kawan-kawannya baru berani duduk di kursi.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 931
Ternyata Coe Goan Ciang sudah tak menjadi pendeta lagi. Sesudah menerima perintah
Kauwcoe, buru-buru kami datang ke sini, katanya.
Di luar dugaan, di tengah jalan kami bertemu dengan kejadian yang luar biasa, sehingga kami
terlambat, dan untuk itu, kami memohon maaf.
Kejadian apa? tanya Boe Kie.
Pada bulan enam kami telah menerima perintah Kauwcoe, jawabnya. Kami merasa girang lalu
berdamai tenang barang antaran yang sebaiknya dibawa kami untuk memberi selamat kepada
Kauwcoe. Tapi Hwai pak daerah miskin dan tak ada barang berharga. Untung juga masih ada
banyak waktu dan sesudah berunding, kami mengambil keputusan untuk mencoba
peruntungan di propinsi Shoa tang. Sebab kuatir dikenali pembesar negeri, kami menyamar
sebagai kusir kereta keledai, dengan aku sendiri sebagai pemimpin rombongan. Hari itu kami
tiba di kota Kwie tek hoe dimana kereta kami disewa oleh beberapa saudagar yang ingin pergi
ke Ho tek, di Shoa tang. Selagi enak berjalan, tiba-tiba kami diuber oleh sejumlah orang yang
bersenjata dan kelihatannya garang sekali. Mereka mengusir saudagar2 itu dan kemudian
dengan sikap galak mengatakan bahwa kami harus mengangkut lain penumpang. Saudara Hoa
In yang beradat berangasan lantas saja mau turun tangan. Untung saja ia keburu dihalangi
oleh saudara Cie Tat yang buru-buru memberi isyarat dengan lirikan mata. Orang2 itu
mengirim kami dan sembilan buah kereta kami ke sebuah lembah, dimana sudah menunggu
beberapa belas kereta lain. Di atas tanah kelihatan berduduk sejumlah hweeshio.
Hweeshio? menegas Boe Kie.
Benar, jawabnya. Mereka kelihatannya sangat berduka cita, sebagian besar mereka berduduk
dengan menundukkan kepala. Tapi banyak di antaranya bukan sembarang orang. Ada yang
Tay yang hiatnya menonjol keluar, ada yang tubuhnya tinggi besar kokoh. Bisik-bisik saudara
Cie Tat mengatakan, bahwa pendeta2 itu memiliki ilmu silat yang sangat tinggi. Setibanya
kami, orang-orang galak itu memerintahkan semua hweeshio naik ke kereta dan menggiring
kami ke jurusan utara.
Jilid 51___________________
Aku merasa pasti, bahwa didalam hal ini terselip sesuatu yang luar biasa. Diam2 aku
memesan supaya semua saudara berwaspada dan harus menjaga supaya penyamaran kita tidak
diketahui. Disepanjang jalan kami memperhatikan gerak-gerik dan bicaranya orang2 yang
mengiring kami. Tapi mereka sangat berhati-hati dan dihadapan kami, mereka tak pernah
bicara sembarangan. Belakangan, dengan memberankan diri ditengah malam saudara Gouw
Liang coba memasang kuping diluar jendela kamar mereka. Sesudah menyatroni 4-5 malam,
barulah ia mendapat sedikit keterangan. Ternyata hweesio itu adalah pendeta2 berilmu dati
Siauw Lim Sie di siong san.
Biarpun sudah menduga dari semula, mendengar itu Boe Kie mengeluarkan seruan kaget.
Sesudah berdiam sejenak, Coe Goan Ciang melanjutkan penuturannya. Malam itu, sesudah
mengintip beberapa lama, saudara Gouw Liang mendengar suara seseorang. Hitung2 Coe Jin
benar2 lihai, semua jago dari 6 partai besar tak ada yang terlolos dari tangannya. Semenjak
dahulu, siapakah yang bisa berbuat seperti itu? seorang lagi menyambung. Masih ada lain hal
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 932
yang mengangumkan. Dengan sebatang anak panah, majikan kita berhasil memanah 2 ekor
tiauw. Dengan siasatnya yang sangat lihai, ia sudah menyeret iblis2 Mo Kauw ke dalam
lubang permusuhan. Kami lantas saja berunding. Kami berpendapat, bahwa karena agama kita
juga disebut2, kami harus menyelidiki hal ini sampai seterang2nya guna dilaporkan kepada
Kauwcoe.
Benar kata Boe Kie sambil menggangguk. Keputusan kalian tepat sekali.
Kami terus digiring ke jurusan utara, kata pula Coe Goan Ciang. Di sepanjang jalan kami
berlagak sebagai manusia tolol. Saudara Thong Ho dan saudara Teng Jie berlagak berkelahi
lantaran berebut 5 tahil perak. Mereka saling memukul membabi buta untuk menunjukan
mereka tidak mengerti ilmu silat. Orang2 galak itu tertawa terbahak2 dan mereka tak
memperhatikan kami lagi. Disamping itu kami memperlakukan sangat hormat kepada mereka.
Kami selalu memanggil mereka dengan panggilan looya (Tuan Besar). Saudara Gouw Tin
mengusulkan untuk menggunakan obat pulas guna menolong pendeta2 itu. Sesudah berdamai,
kami menolak usulnya. Kami berpendapat, bahwa terlebih dahulu kami harus menyelidiki
teka teki ini sampai didasarnya. Kamipun berpendapat, bahwa orang2 itu sangat berhati2 dan
memiliki kepandaian tinggi, sehingga sekali salah bertindak urusan besar bisa menjadi gagal.
Maka itu, kami tidak berani turun tangan. Waktu tiba dikota Ho kian hoe, kami bertemu
dengan 6 buah kereta lain yang juga membawa orang. Orang2 dalam kereta itu adalah orang2
biasa. Selagi makan, salah seorang pendeta menegur orang itu dengan berkata begini Song
Tayhiap, kaupun berada disini?
Boe Kie terkesiap. Song Thayhiap? ia menegas.
Bagaimana macamnya?
Dia bertubuh jangkung kurus, jawabnya. Usianya kira2 50 atau 60 tahun. Jenggotnya
bercabang 3, paras mukanya tampan dan anggun.
Tak salah lagi itulah Song Wan Kiauw! Boe Kie girang dan buru2 menanyakan macamnya
orang2 lain dalam rombongan itu. Dari keterangan Coe Gon Ciang, ia menarik kesimpulan
bahwa Jie Lian Cioe, Thio Song Kee dan Boh Seng Kok juga berada disitu. Apakah mereka
terluka? Apa dirantai? tanyanya pula.
Tidak jawab Coe Goan Ciang. Mereka tak dirantai dan kamipun tak melihat tanda2 luka.
Mereka berbicara dan main2 seperti orang yang sehat. Mereka hanya tak punya semangat dan
kalau berjalan tindakan mereka agak limbung. Mendengar perkataan pendeta Siauw Lim itu
Song Tayhiap hanya tertawa getir. Ia tidak menjawab. Hweesio itu ingin bicara lagi tapi
seorang penjaga keburu datang dan dengan kasar memisahkan mereka dalam jarak belasan li.
Kami tak pernah ketemu muka lagi dengan rombongan Song Tayhiap. Pada tanggal 3 bulan 7,
rombongan kami tiba di kota raja.
Ah! seru Boe Kie Kota raja! Kalau begitu yang turun angan kaisar Goan sendiri. Habis
bagaimana?
Pendeta2 Siauw Lim dikirim kesebuah rumah berhala yang sangat besar di See saja katanya
kamipun disuruh nginap di bio (kuil) itu.
Bio apa? tanya Boe Kie.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 933
Ketika tiba didepan kuil, aku mendogak dan mengawasi papan nama yang terpasang diluar
jawabnya Bio itu adalah Pan Hoat sie, karena mendongak, aku dicambuk oleh seorang
penjaga. Kami segera berdamai, kami menduga, bahwa untuk menutup mulut kami, kami
akan dibinasakan. Maka itu, kami mengambil keputusan untuk melarikan diri malam itu juga.
Sungguh berbahaya kata Boe Kie. Untung juga mereka tidak mengejar, sehingga kalian bisa
lari sampai disini dengan selamat.
Thonh Ho tertawa. Coe Taoko sudah bertindak terlebih dahulu untuk mencegah pengejaran
katanya. Selagi penjaga2pergi keluar cepat2 kami menyatroni tempat penjualan keledai dan
membekuk 7 penjual keledai. Sesudah menukar pakaian dengan mereka, kami mebunuh ke-7
orang itu kedalam bio. Kami mebacok2 muka mereka supaya tidak dikenali lagi. Kemudian
kami mebinasakan kusir2 kereta yang lain datang bersama2 kami menyebar uang perak di
lantai. Dengan begitu penjaga2 tentu akan menduga, bahwa ke-2 rombongan kusir kereta
saling bunuh sebab saling berebut uang. Ia sama sekali tak merasai kekejaman dari perbuatan
itu dan sambil cerita sambil tertawa2.
Boe Kie terkejut. Ia melirik Cie Tat yang kelihatannya mereasa tak tega, sedang paras Jie
menunjukkan paras jengah. Hanyalah Coe Goan Ciang yang bersikap tenang dengan paras
muka tak berubah. Dia kejam dan lihay kata Boe Kie dalam hati. Sesudah menentramkan hati,
ia berkata dengan suara tajam. Biar tipu toako bagus, tapi mulai sekarang kita tidak boleh
membunuh manusia yang tidak berdosa Dengan serentak Cu Goan Ciang dan kawan2nya
berbangkit dan berkata sambil membungkuk. Kami akan memperhatikan perintah Kauwcoe.
Kau berjasa besar dan sekarang kita sudah tahu dimana adanya rombongan Siauw Lim dan
Boe Tong, kata pula Boe Kie. Sesudah selesai mengatur gerakan untuk merobohkan kerajaan
Goan, kita akan segera ke kota raja untuk menolong rombongan kedua partai itu sesudah
beres urusan yang mengenai kepentingan umum barulah ia menyebutkan hal masak daging
kerbau di kelenteng Hong kak sie pada hari itu. Mengingat kejadian itu, semua orang tertawa
terkakak dan menepuk2 tangan.
Malam itu, Boe Kie mengadakan perhimpunan dengan segenap pemimpin Beng Kauw.
Mereka menyalakan api ungun dan memasang hio. Secara resmi maka telah diambil suatu
keputusan, bahwa seluruh bengkauw siap akan bergerak dengan serentak. Pasukan dan
segenap anggota Beng Kauw harus saling tolong menolong dalam meenggempur tentara
musuh dan merubuhkan kerajaan Goan.
Rencana gerakan Beng Kauw adalah sebagai berikut Kauwcoe Thio Boe Kie bersama Kong
Beng Coe soe Yo Siauw dan Ceng Ek Hok Ong Wie It Siauw memegang kekuasaan Cong
Tan (seluruhnya) dan menjadi Cong Swee (pemimpin ketentaraan yang tertinggi).
Pheh Bie Eng ong In Thian Ceng bersama seluruh anggota Pheh bie kie bergerak di daerah
Khong lam.
Coe Goan Ciang, Cit Tat, Thonh Ho, Teng Jie, Hoa in, Gauw Liang dan Gauw Tin, bersama
pasukan pasukan Siang Gie Coen, Kwee Coe Hian dan Soen Tek Cioe bergerak di Hoe Cioe
di Hwai Pak.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 934
Po Tay hweesio Swee Poet Tek denagn memimpin Han San Tong, Lauw Hok Thong, Touw
Coen Too, Lo Boen So, Seng Boen Yoe, Ong Hian Tiong dan Hau Kauw Jie bergerak di Eng
Cioe propinsi Ho Lam.
Pheng Eng Giok dengan memimpin Cie, Siu Hwie, Cee Cin Ong dan Beng Giok Tin bergerak
di Yauw Cioe, Wan Cioe, Sin Cioe dan lain2 kota di kang say.
Tiat Toan Toojin dengan memimpin Po Sam Ong dan Beng Hay Ma bergerak di daerah Siang
couw dan Keng siang.
Cioe Tian dengan memimpin Cie Ma Lie dan Tio Koen Yang bergerak di daerah Cioe siok
dan Hoang pay.
Leng Kiam bersama anggota Beng Kauw wilayah See Hek harus mencegat bara tentara
Mongol yang dikirim ke Tionggoan dari See Hek.
Ngo Hek kie dikuasai Cong Tan yang juga akan mengatur dan mengirim bala bantuan yang
perlu dibantu.
Itulah rencana pergerakan Beng Kauw yang menurut taksiran orang telah direncanakan oleh
Yo Siauw.
Pengumuman Boe Kie itu disambut dengan tepuk tangan dan sorak2 yang menggetarkan
seluruh Ouw tiap kok. Sesudah suasana agak mereda, Boe Kie berkata dengan suara nyaring.
Menurut perhitungan kalo kita hanya mengandalkan tenaga sendiri tak gampang kita bisa
merobohkan kerajaan Goan yang sudah menancapkan kaki selama seratus tahun. Maka itu,
kita harus berserikat dengan semua orang gagah di seluruh negeri dan dengan kerja sama yang
erat kokoh, semoga kita bisa mencapai tujuan yang besar ini. Disini waktu hampir separuh
tokoh2 rimba persilatan Tionggoan, telah ditawan dengan kerajaan Goan. Coang tan akan
berusaha sekeras tenaga untuk menolong mereka. Besok saudara2 harus puang ke masing2
tempat untuk mengatur dan mempersiapkan segala sesuatu. Begitu lekas mendapat
kesempatan, saudara2 boleh segera bergerak. Cong tan pun akan lekas berangkat ke kota raja.
Hari ini kita boleh makan minum sepuas hati. Di belakang hari entah kapan kita bisa bertemu
muka lagi. Kami mengharapkan saudara2 akan saling mencintai kawan seperjuangan dan
akan mengutamakan kepentingan umum. Janganlah saudara2 serakah untuk kepentingan
pribadi atau saling bunuh dengan kawan sendiri. Terhadap siapapun juga yang menyeleweng
Cong Tan tak akan memberi ampun.
Pernyataan dan nasehat itu disambut dengan teriakan2 bersemangat oleh para hadirin yang
berjanji akan mentaati pesan Kauwcoe mereka.
Sesudah itu diadakan upacara sumpah. Dengan meneteskan darah dan memasang hio semua
orang bersumpah untuk berserikat sehidup semati dan berjuang untuk melaksanakan rencana
serta mencapai tujuan mereka. Pada keesokan paginya, semua orang berpamitan pada
kauwcoe. Meskipun mereka terdiri dari orang2 gagah yang berhati baja, perpisahan itu
mengharukan banyak orang karena mereka yakin, bahwa didalam peperangan bakal jatuh
banyak korban sehingga belum tentu berapa banyak orang yang bisa ketemu muka lagi.
Perlahan2 mereka mulai keluar dari mulut Ouw Tiap Kok, dimana dinyalakan sebuah api
ungun yang sangat besar. Entah siapa yang memulai, tiba2 diselat itu berkumandang nyanyian
seperti berikut.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 935
Membakar ragaku,
Api nan suci.
Hidup apa senangnya.
Mati apa susahnya?
Semua orang lantas saja mengikuti dan suara nyanyian makin keras.
Membakar ragaku.
Api nan suci.
Hidup apa senangnya?
Mati apa susahnya?
Untuk kebaikan, menyingkirkan kejahatan.
Guna kegelimangan Beng Kauw.
Kesenangan dan kedukaan.
Semua berpulang kedalam tanah.
Kasihan manusia didalam dunia.
Banyak yang menderita!
Kasihan manusia didalam dunia
Banyak yang menderita!
Diantara suara nyanyian itu yang mengalun di seluruh selat, para pemimpin Beng Kauw yang
mengenakan pakaian serba putih meminta diri dari Kauwcoe mereka. Satu demi satu mereka
menghampiri Boe Kie membungkuk dan lalu berjalan keluar tanpa menengok lagi.
Boe Kie menerima pemberian hormat itu dengan rasa terharu. Mereka itu adalah orang2
gagah sejati. Selama 10 atau 20 tahun demi nusa dan bangsa, darah mereka akan mengucur di
bumi Tiongkok. Mengingat begitu tanpa merasa air matanyadi kedua pipinya.
Makin lama suara nyanyian makin jauh. Tak lama kemudian, Ouw tiap kok yang selama
beberapa hari penuh dengan manusia, pulang keasal sunyi dan tenang. Yang masih
ketinggalan hanya Boe Kie, Yo Siauw, Wie It Siauw, Coe Goan Ciang dan kawan2nya.
Sesudah menanyakan letak Ban hoat sie dan macamnya penjaga kelenteng itu Boe Kie
berkata kepada Coe Goan Ciang Coe taoko, dunia sedang menghadapi kekalutan dan kita
tidak boleh menyia-nyiakan setiap kesempatan. Kalian tak usah menemani kami lagi ke kota
raja. Sekarang saja kita berpisah
Baiklah jawabnya. Kami mengharapkan Kauwcoe akan segera berhasil dan kami semua
menunggu kabar baik sehabis berkata begitu dengan kawan2nya ia meninggalkan Ouw tiap
kok.
Mari kitapun harus berangkat kata Boe Kie sesudah rombongan Coe Goan Ciang berlalu.
Siauw Ciauw, karena kau membawa2 rantai, sebaiknya kau menunggu disini saja.
si nona tidak menolak, tapi ia mengantar terus menerus. Sesudah 3 li, 3 li lagi dan ia tetap tak
tega untuk berpisahan.
Siauw Ciauw kau sudah mengantar terlalu jauh kata Boe Kie. Ada kemungkinan kau kesasar
dan tidak bisa kembali ke Ouw tiap kok.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 936
Thio kauwcoe apakah kau akan bertemu dengan Tio Kuwnio di kota raja? tanya si nona.
Entahlah jawabnya.
Jika kau bertemu dengan dia, bolehkah ajukan satu permintaan untukku?
Boe Kie heran Permintaan apa? tanyanya.
Minta pinjam Ie Thian po kiam untuk memutuskan rantai. Sebegitu lama rantai ini masih
belum bisa diputuskan, sebegitu lama aku masih jadi orang perantara.
melihat sikap dan paras muka si nona Boe Kie merasa tak tega. Aku kuatir, ia tak sudi
meminjamkan pedang itu. Kita bisa minta supaya dia sendiri yang memutuskan rantai ini.
Boe Kie tertah. Siauw Ciauw, kalau maksud katanya. Kau hanya ingin mengikut kami. Yo Co
soe bagaimana pendapatmu? Apa boleh kita ajak padanya?
Yo Siauw menegrti jalan pikiran sang Kauwcoe. Dengan bertanya begitu, Boe Kie sebenarnya
ingin mengajak si nona. Maka itu, ia lantas saja menjawab Tak halangan jika Kuwcoe ingin
mengajak dia, diperjalanan ia bisa merawat Kauwcoe. Hanya rantai itu sangat menarik
perhatian. Begini saja, ia berlagak sakit dan bersembunyi di kereta. Didepan orang banyak, ia
tidak boleh sembarangan menonjolkan muka.
Siauw Ciauw girang bukan main. Terima kasih Kowcoe, terima kasih Yo Co soe katanya. Ia
menengok Wie it Siuaw dan menambahkan Terima kasih Wie Hot ong.
Wie It Siauw tertawa dan berkata Perlu apa kau menghaturkan terima kasih kepadaku? Hati2
kau, kalau penyakitku kumat lagi, aku bisa menghisap darahmu sambil berkata begitu, ia
menyeringai dan memperlihatkan 2 baris giginya yang putih.
Siauw Ciauw tahu, Wie It Ong sedang bergurau, tapi ia merasa seram. Ia mundur beberapa
tindak dan berkata Wie Hot ong, jgn menakut2i aku.
Demikianlah, dengan menggunakan 3 ekor kuda dan sebuah kereta, Boe Kie berempat
menuju ke kota raja. Perjalanan itu dilakukan tanpa menemui halangan dan pada suatu hari,
tibalah mereka di Taytouw (sekarang peking). Ibukota dari kerajaan Goan.
Sebagai tempat berdiamnya kaisar, ota itu tentu saja lain daripada yang lain. Wakil2 berbagai
negeri dan suku2 bangsa berkumpul disitu. Begitu masuk di pintu kota. Boe Kie berempat
langsung menuju ke See shia (kota sebelah barat) dan mencari sebuah rumah penginapan yang
besar. Yo siauw membawa lagak sebagai seorang hartawan. Ia minta 3 kamar kelas 1 dan
memberi persen secara loyal kepada pelayan, yang tentu saja berlaku sangat hormat dalam
pelayannya. Sesudah minum the, Yo Siauw memanggil pelayan itu dan mengajaknya
beromong2 tentang keadaan di kota raja. Ia mengatakan ia suka sekali meninjau tempat2 yang
mempunyai nilai kebudayaan dan sejarah. Dimana kami bisa melihat lihat kelenteng2 tua
yang tersohor? tanyanya.
Sesudah menyebutkan beberapa nama, si pelayan menyebutkan Ban hoat sioe. Ban hoat soie
sangat besar katanya Didalam kelenteng itu terdapat 3 patung budha yang sangat besar, yang
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 937
terbuat daripada tembaga. Diseluruh negeri tidak ada lain patung yang sebesar itu. Sebenarnya
kalian mau meninjau bio tersebut, hanya sayang kalian terlambat. Semenjak setengah tahun
yang lalu, kelenteng itu digunakan sebagai tempat tinggal para Hoed ya(pendeta) dari See
hoan (daerah barat). Sekarang rakyat tidak lagi berani datang kesitu.
Biarpun ada Hoang Ceng, halangan apa kalo kita melihat2 bio itu? kata Yo Siauw.
Si pelayan menggeleng2kan kepalanya. Sesudah menegok kesana kesini, ia berbisik Tuan
baru saja datang kesini dan tak tahu keadaan yang sebenarnya. Bukan aku banyak mulut, para
Hoed ya Soe hoan itu galak luar biasa. Mereka sering memukul dan membunuh orang.
Mereka dilindungi Hong siang (Kaisar), sehingga tak satu manusiapun yang berani menepuk
lalat di kepala harimau. Rakyat biasa tak berani datang lagi di kelenteng itu.
Bahwa para pendeta Soe Hoan sering berlaku sewenang2 terhadap rakyat sudah lama
diketahui Yo Siauw. Ia hanya tak menduga, bahwa pendeta2 itu berani berbuat sesuka hati di
kota raja. Mendengar keterangan si pelayan ia tidak berkata suatu apa lagi.
Sesudah makan malam, Boe Kie, Yo Siauw dan Wie It Siauw bersemedi untuk mengaso dan
mengumpulkan tenaga kira2 tengah malam mereka membuka jendela dan lalu menuju ke arah
barat.
Ban Hoat Sie berloteng 4 dan di belakang kelenteng terdiri sebuah menara yang bertingkat 9.
dengan menggunakan ilmu ringan badan, dalam sekejap mereka sudah berada didepan
kelenteng.
Sesudah memberi isyarat dengan gerakan tangan, mereka mengambil jalan mutar dan pergi ke
sebelah kiri. Mereka ingin melompat naik ke atas menara guna menyelidiki keadaan didalam
kelenteng. Diluar dugaan dari jarak kira2 30 tombak mendadak mereka melihat bayangan2
manusia bergerak2 di menara itu. Ternyata disetiap tingkat terdapat penjagaan dan dibawah
menarapun berkumpul kurang lebih 20 penjaga.
Melihat begitu mereka kaget tercampur girang. Mereka yakin bahwa dengan adanya
penjagaan yang keras itu, tokoh2 Siauw lim, Boe tong dan yang lain2 partai pasti
dipenjarakan dalam menara itu. Mereka mngirit waktu dan tak usah menyelidiki di tempat
lain.
Tapi merekapun mengerti, bahwa tak gampang mereka memberi pertolongan. Orang2 seperti
Koeng Boen, Koeng Tie, Song Wan Kiauw dan lainnya adalah ahli silat kelas utama tapi
mereka tertawan dan tidak berdaya. Ini membuktikan bahwa di pihak musuh terdapat banyak
orang pandai yang tidak boleh dibuat gegabah.
Sebelum berangkat ke Bang hoet sie, Boe Kie bertiga sudah berdamai dan menyetujui untuk
bertindak dengan sangat berhati2. maka itu, sesudah mengawasi menara tersebut beberapa
lama mereka segera bertindak mundur.
Tiba2 ditingkat keenam muncul penerangan yang terang benderang. Dari sebelah kejauhan
Boe Kie melihat gerakan 8-9 orang yang tangannya memegang obor. Dari tingkat ke-6,
orang2 itu turun ke tingkat ke-5, turun lagi ke tingkat ke-4, terus turun sampai ke bawah dan
akhirnya keluar dari pintu menara dan menuju ke arah kelenteng. Yo Siauw mengelapkan
tangan dan lalu menguntit dengan hati2.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 938
Pekarangan belakang Ban hoat sie penuh dengan pohon2 besar yang berusia tua. Boe kie
bertinga bersembunyi di belakang pohon2 itu dan kalau angin meniup barulah mereka berani
bergerak maju. Ban hoat sie penuh dengan orang pandai dan mereka sedikitpun tidak berani
berlaku ceroboh. Ilmu ringan badan mereka sudah mencapai tingkat tinggi, tapi mereka masih
merasa khawatir, kalau2 diketahui orang. Maka itu, mereka baru berani bergerak berbareng
tiupan angin, diantara berkereseknya daun2. dengan cara begitu, mereka maju kurang lebih 20
tombak.
Dengan bantuan sinar obor, mereka melihat beberapa belas lelaki yang mengenakan jubah
kuning dan memegang senjata, mengiring seorang kakek yang menggunakan jubah panjang.
Satu waktu, kakek itu menengok ke belakangdan Boe Kie terkesinap karena ia itu bukan lain
daripada Thie kim Sianseng Ho Thay Ciong, Cang boe boen jie Koen Loen pay.
Tak lama kemudian, orang2 itu masuk di pintu belakang Ban hoat sie. Sesudah menunggu
beberapa saat, melihat disekitar itu tidak ditaruh penjaga. Boe Kie bertiga turut masuk ke
dalam.
Ban hoat sie terdiri dari sejumlah bangunan besar kecil dan sejumlah besar kamar2. untung
juga begitu masuk, Boe Kie bertiga melihat penerangan luar biasa di Toa thian (ruangan
besar, tempat sembayang utama) Mereka merasa pasti bahwa Ho Thay Ciong di bawa ke
ruangan ini. Indap2 mereka mendekati. Boe Kie mengintip di jendela sedang Yo Siauw dan
Wie It Siauw menjaga di kiri kanan. Sebagai orang yang berkepandaian tinggi, mereka
bernyali besar. Tapi dalam sarang harimau jantung mereka memukul keras.
Celah jendela sangat kecil dan Boe Kie hanya bisa melihat bagian sebelah bawah tubuh Ho
Thay Ciong. Lain2 orang yang berada dalam ruangan itu tidak bisa dilihat olehnya.
Sekonyong2 ia mendegar suara Ho Thay Ciong Aku sudah ditipu dan jatuh ke dalam
tanganmu. Mau bunuh, boleh bunuh! Kamu tak usah mengharap aku sudi menjadi anjingnya
kaisarmu. Biarpun kau membujuk 3 tahun atau 5 tahun lagi, kau hanya membuang2 tenaga.
Boe Kie manggut2kan kepalanya.
Walupun Ho Thay Ciong bukan seorang koen coe, tapi dalam menghadapi urusan penting,
ternyata ia bisa mempertahankan keanggunannya sebagai seorang Ciang boen pikirnya.
Kalau kau mau terus keras kepala, Cioe jin pun takkan memaksa, kata seorang dengan suara
dingin. Apa kau sudah tahu peraturan disini?
Meskipun kau memutuskan sepuluh jari tanganku, aku tetap takkan menakluk, kata Ho Thay
Ciong.
Baiklah. Kata orang itu Sekali lagi aku ingin memberitahukan peraturan kami. Apabila kau
bisa memenangkan ketiga orang ini, kami akan selekas mungkin akan melepaskan kamu.
Kalau kau kalah, kami akan memutuskan jari tanganmu dan kemudian mengurung kau lagi
selama 1 bulan. Sesudah itu, kami akan menanyakan pula, kalau kau sudah berubah pikiran
dan suka menakluk pada Hong siang.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 939
2 jari tanganku sudah putus kata Ho Thay Ciong Putus sebelah lagi tak menjadi soal. Ambil
pedang!
Orang itu tertawa dingin. Kalau semua jari tanganmu sudah putus, biarpun kau mau
menakluk, kami takkan menerima. Perlu apa menerima orang yang sudah tak berguna lagi?
Serahkan pedang padanya! Mokopas, kau majulah terlebih dahulu.
Baik. Jawab seorang yang suaranya kasar.
Dengan menggunakan sinkang, Boe Kie meniup celah jendela yang lantas terbuka lebar. Ia
melihat Ho Thay Ciong yang memegang pedang kayu yang ujungnya dibungkus kain. Yang
berdiri didepannya adalah seorang tinggi besar yang memegang sepasang golok baja. Tapi Ho
Thay Ciong sedikitpun tak merasa keder dan sambil mengibaskan pedang kayu, ia membentak
Hayolah! seraya berkata begitu, ia membacok salah satu pukulan lihai dari Koen Loen Kiam
hoat.
Mokopas berkelit dan balas menyerang. Jika bertubuh besar, gerakannya cukup gesit dan
setiap serangannya ditujukan kepada badan Ho Thay Ciong yang berbahaya.
Sesudah memperhatikan beberapa jurus, Boe Kie berkata didalam hati Mengapa tindakan Ho
sianseng kosong dan nafasnya tersengal2? Ia kelihatan sudah tak punya tenaga dalam.
Semenjak memiliki Kioe yang Sin kang dan Kian koen Tay lo ie Sim hoat, Boe Kie dapat
memahami berbagai ilmu silat yang terdapat dalam dunia persilatan. Selama beberapa bulan
yang paling belakang, ia telah menerima banyak petunjuk dari Thio Sam Hong, sehingga
kepandaiannya tambah tinggi. Kini, makin lama ia menonton pertandingan antara Ho Thay
Ciong dan pendeta See hoan itu, makin ia merasa bahwa dibalik pertempuran itu terselip suatu
latar belakang. Kiam hoat Ho Thay Ciong tetap lihai akan tetapi ia tidak memiliki lagi
Lweekang dan tenaganya bersaman dengan tenaga orang biasa yang tidak mengerti ilmu silat.
Dilain pihak kepandaian Hoan ceng itu kalah jauh dari Ho Ciangboen. Beberapa kali ia
menyerang dengan hebat. Tapi setiap serangannya dapat dipunahkan. Sesudah bertanding
kira2 50 jurus tiba2 Ho Thay Ciong membentak. Kena pedang kayu yang menyambar ke
timur mendadak dan membelok ke barat dan mapir tepat di iga pendeta See hoan itu. Jika
pedang itu pedang baja atau jika Ho Thay Ciong masih mempunyai Lweekang pendeta itu
sudah pasti sudah binasa. Tapi sekarang bacokan itu, hanya mengakibatkan sedikit rasa sakit.
Mokopas, mundur kau! bentak orang yang suaranya dingin. Uawei sekarang giliranmu!
Boe Kie mengawasi orang yang memberi perintah itu. Muka orang yang berjenggot putih,
seolah2 tertutup oleh selapis asap hitam dan dia bukan lain daripada salah seorang dari Hian
beng Jie lo. Ia berdiri sambil menggendong tangan dan kedua matanya dirapatkan, seolah2 dia
tidak memperdulikan apa yang terjadi dalam ruangan itu.
Tiba2 Boe Kie melihat sepasang kaki diatas sebuah meja kate yang dialaskan dengan sutra
sulam. Kedua kaki itu memakai sepatu kuning dan diatas setiap sepatu tertera dengan sebutir
mutiara yang berkeredapan. Jantung Boe Kie memukul keras. Ia mengenali, bahwa sepasang
kaki itu yang bulat dan bagus sekali bentuknya adalah kaki nona Tio Beng. Dalam pertemuan
di Boe tong san, ia menghadapi nona itu sebagai seorang musuh. Tapi sekarang entah
mengapa hatinya berdebar2 dan paras mukanya berubah merah.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 940
Kaki Tio Beng bergerak. Ia rupanya sedang memperhatikan jalannya pertempuran.
Berselang kira2 seminuman the, mendadak Ho Thay Ciong membentak lagi. Kena! ia berhasil
merobohkan jago kedua.
Uawol mundur! bentak Hian beng Loojia. Helin Pohu maju.
Ketika itu, nafas Ho Thay Ciong udah tersengal. Sesudah merobohkan 2 orang lawan,
tenaganya mulai abis. Sesaat kemudian, pertempuran ke-3 dimulai. Helin Pohu menggunakan
senjata berat, yaitu sebatang toya baja dan ia bertenaga sangat besar. Angin pukulan toya
menyambar nyambar dengan hebatnya, sehingga semua lilin yang menerangi ruangan itu
berkedip2, sebentar gelap, sebentar terang. Baru saja belasan jurus, pedang kayu sudah
terpukul patah dan sambil menghela nafas Ho Thay Ciong melemparkan pedang buntungnya
di lantai.
Thie Kiam Sian seng, apa sekarang kau tidak suka menakluk? tanya Hian beng Loe jin.
Tidak! jawabnya dengan angkuh. Aku bukan saja tidak menakluk, tapi juga tidak menyerah
kalah. Kalau aku masih memiliki tenaga dalam, Hoan ceng itu sama sekali bukan
tandinganku.
Putuskan jari manis tangan kirinya! bentak Hian beng Loo jin. Sesudah itu kirim pulang ke
menara!
boe Kie menengok dan mengawasi kedua kawannya. Yo Siauw menggeleng2kan kepala,
sebagai tanda bahwa ia tidak menyetujui penyerbuan yang bakal menggagalkan seluruh
rencana mereka.
Sesaat kemudian terdengar suara dibacoknya jari tangan dan suara orang yang membalut luka,
Ho Thay Ciong bener2 jago, sedikitpun ia tidak mengeluarkan suara. Sesudah itu sejumlah
pengawal baju kuning kembali keluar dari pintu belakang dan mengantar Ho Thay Ciong
balik ke menara. Dengan menyembunyikan diri di sudut tembok, Boe Kie bertiga melihat
paras muka si kakek yang pucat bagaikan kertas dan kedua matanya yang seolah2
mengeluarkan api.
Sekonyong2 didalam ruangan terdengar suara wanita yang nyaring.
Loo thung kek, sungguh lihai Kiam hoat Koen loen pay. Ia membacok Mokopas dengan
pukulan ini, membabat seperti ini disebelah kiri dan memutar begini di sebelah kanan. Orang
yang bicara bukan lain daripada Tio Beng. Sambil bicara dengan dilayani oleh Mokopas, ia
bersilat menggunakan pedang kayu, menurutr pukulan2 yang tadi digunakan oleh Ho Thay
Ciong.
Orang yang dipanggil Loo Thung Kek adalah Hian beng Loo jin, si kakek muka hitam yang
lantas saja memberi pujian.
Coe jin berotak sangat cerdas. Pukulan2 itu tidaj beda dengan aslinya.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 941
Tio Beng berlatih berulang2. setiap kali ia membacok iga Mokopas dengan menggunakan
tenaga. Sehingga, biarpun pedang itu pedang kayu si pendeta soe hoa harus merasai kesakitan
hebat, sebab harus menerima pukulan berulang2 ditempat yang sama. Tapi walaupun
berjengit2. Mokopas sama sekali tidak memperlihatkan rasa jengkel. Sesudah memahami
beberapa pukulan, Tio Beng lalu memanggil Unwol dan berlatih dengan pendeta itu dalam
pukulan2 Ho Thay Ciong yang tadi merobohkan si pendeta.
Melihat begitu Boe Kie segera mengerti latar belakang kejadian itu. Dengan suatu tipu Tio
Beng telah memenjarakan tokoh2 berbagai partai di Ban Hoat Sie dan menekan Lweekang
mereka dengan menggunakan obat. Dengan cara itu ia mencoba ahli2 silat tersebut menekluk
kepada kerajaan Goan. Karena tujuan yang pertama tidak berhasil, maka ia memerintahkan
orang2nya bertanding dengan tokoh2 itu. Sedang ia sendiri memperhatikan jalannya
pertandingan untuk mencuri pukulan2 yang paling lihay dari berbagai partai. Dari sini
dapatlah dilihat, bahwa nona yang cantik itu telah menjalankan tipu daya.
Sekarang Tio Beng berlatih dengan Helin Po hu. Sesudah beberapa lama ia kelihatan
bersangsi dalam beberapa jurus yang terakhir. Ia menengok dan bertanya. Lok Thung kek, apa
begini?
Si kakek muka hitam terkejut dan sambil berpaling ke sebelah kiri, ia berkata Saudara Ho, apa
kau lihat tegas pukulan2 itu?
Tio Beng tersenyum Kauw soehoe katanya. Aku mohon petunjukmu.
Seorang Tauw too (pendeta ) yang berambut putih lantas saja bertindak keluar. Dia bongkok
dan pincang, sedang mukanya penuh dengan bacokan golok, sehingga hampir tidak dapat
dikenali. Disamping itu, ia bertubuh tinggi besar, sehingga biarpun bongkok, ia tidak lebih
kate daripada Lok Thung Kek. Tanpa mengeluarkan sepatah kata, ia mengambil pedang kayu
daro tangan Tio Beng dan segera menyerang Helin Pohu dengan pukulan2 Koen Lun Kim
hoat. Gerak2annya adalah sedemikian lincah, sehingga ia seolah2 sudah mempelajari ilmu
pedang itu selama puluhan tahun.
Seperti Ho Thay Ciong, Kauw Tauw too tidak menggunakan tenaga dalam, sedang Helin
Pohu menyerang dengan sekuat tenaga. Sesudah bertanding beberapa saat. Sambil
membentak Helin Pohu menyabet dengan toyanya. Sebagian lilin padam karena angin
pukulan itu. Itulah pukulan yang mematahkan pedang Ho Thay Ciong. Menghadapi sabetan
dahsyat itu Kauw Tauw too memperlihatkan kegesitannya. Bagaikan walet yang terbang
diatas air, pedangnya berkelebat, menempel di badan toya dan menapas ke depan,
menghantam tangan Helin Pohu yang lantas kesemutan. Trang! toya itu jatuh dilantai. Muka
Helin Pohu berubah merah. Ia tahu bahwa jika pedang itu pedang baja, jari2 tangannya tentu
sudah terbabat putus, Aku menyerah kalah! katanya sambil membungkuk dan lalu menjemput
toyanya.
Dengan kedua tangan Kauw Tauw too segera memulangkan pedang kayu kepada Tio Beng.
Kauw Soehoe kata si nona sambil tersenyum Apakah pukulan yang terakhir juga Koen loen
Kiam hoat?
si pendeta manggutkan kepalanya.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 942
Apa Ho Thay Ciong tak mampu menggunakan pukulan itu? tanya Tio Beng.
Dia menggangguk lagi.
Kauw soehoe coba ajar aku lagi memohon si nona.
Pendeta itu lantas saja melayani Tio Beng dengan tangan kosong. Biarpun ia Bongkok dan
pincang, gerakannya gesit luar biasa, sehingga Tio Beng tidak bisa melayaninya. Tapi meski
begitu, berkat kecerdasannya, si nona bisa juga meniru ferakan setiap pukulan. Sesudah
beberapa gebrakan, dalam satu gerakan yang cepat dan indah, si tauw too memutar badan
sambil mendorong dengan ke-2 tangannya. Kemudia ia berdiri tegak dan tidak bergerak lagi.
Tio Beng terkejut.
Sungguh lihay pukulan itu! puji Boe Kie didalam hati.
Sesudah memikir sejenak, nona Tio mendusin. Apa! serunya Kauw soehoe, jika kau
memegang toya, toya itu tentu sudah menghantam lenganku. Dengan cara apa pukulan itu
bisa dipunahkan?
Kauw tauw too segera membuat suatu gerakan seperti orang merampas toya dan berbareng
kaki kirinya menendang. Gerakan itu yang dibuat dalam kecepatan luar biasa, bukan pukulan
Koen loen Pay.
Kauw soehoe, perlahan sedikit! kata Tio Beng sambil tertawa.
Tenaga dalammu tak cukup, tak dapat kau meniru gerakan itu kata Boe Kie didalam hati.
Kouw Tauw too mwnggoyang2kan tangannya, sebagai tanda bahwa Tio Beng yang belum
mempunyai cukup Lweekang tak akan bisa menggunakan pukulan itu. Sesudah itu, tanpa
meladeni si nona lagi, dengan terpincang2 ia kembali ke tempatnya.
Kepandaian Tauw too itu mungkin tidak berada di sebelah bawah Hian beng Jie lo pikit Boe
Kie. Biarpun lweekangnya belum diketahui seberapa tingginya. Tapi ia bukan lawan enteng.
Mengapa ia tak pernah bicara? Apa ia gagu? Tak mungkin gagu, sebab ia tak tuli. Tio
kauwnio kelihatannya sangat menghormati dia. Dia pasti bukan sembarang orang.
Melihat si bongkok tidak meladeninya. Tio Beng tidak menjadi gusar. Ia hanya tersenyum dan
kemudian berkata Panggil Tong Boen Liang!
Tak lama kemudiam Tong boen liang digiring masuk dan kembali Long thung kek menyuruh
3 orang untuk melayani tetua Kong Tong pay itu. Tong Boen Liang yang tak mau jatuh
dibawah angin karena senjata yang tidak seimbang minta bertanding dengan tangan kosong.
Ia berhasil merobohkan 2 orang lawan, tapi kalah dalam pertandingan yang ke-3. seperti Ho
Thay Ciong salah satu jati tangannya segera dikutungkan. Sesudah Tong Boen Liang
meninggalkan ruangan itu, dengan dibantu oleh Long Thung Kek sendiri, Tio Beng segera
berlatih dalam pukulan2 Kong Tong pay.
Didalam hati Boe Kie memuji kelihayan Tio Beng. Nona itu rupa2nya mengerti, bahwa
tenaga dalamnya tak cukup dan untuk memiliki lweekang yang tinggi, ia harus berlatih dalam
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 943
jangka waktu yang lama. Maka itu, ia mengambil jalan yang lebih pendek. Untuk menambal
kekurangan dalam lweekang, ia memetik bagian2 yang paling bagus dari berbagai ilmu silat
dalam dunia persilatan.
Sesudah berlatih beberapa lama, Tio Beng berkata Panggil Biat Coat Loo nie!
Sudah 5 hari Biat Coat mogok makan jawab seorang pengawal baju kuning.
Sampai hari ini dia msih keras kepala.
Biar dia mati kelaparan! kata si nona sambil tersenyum. Kalau begitu, panggillah Cioe Ci
Jiak!
Semenjak kembali dari Boe Tong, dari kakek gurunya, Boe Kie sudah mengerti segala
kejadian semenjak ia berpisahan dengan Thay soehoe itu. Ia tahu, bahwa Cioe Ci (Tit) Jiak
adalah si gadis yang dulu ditolong Thio Sam Hong ditengah sungai Han soei. Pada waktu itu,
mereka berdua masih kecil. Tapi kecintaan, atau sedikitnya keramah tamahan, si nona tak
dapat dilupakan olehnya. Di Kong beng teng atas perintah Biat Coat, Cie Jiak pernah
menikam dia. Tapi ia sedikit tidak pernah merasa sakit hati. Sekarang mendengar perintah Tio
Beng, tiba2 jantung memukul keras.
Tak lama kemudian, sejumlah pengawal baju kuning mengawal nona Cioe untuk masuk
kurungan itu. Boe Kie mendapat kenyataan, bahwa si nona banyak lebih kurus, tapi
kecantikannya tetap tak berubah. Ia bertindak masuk dengan sikap tenang, seolah2 ia tidak
memikiri lagi soal hidup atau mati.
Lok Thung Kek segera menanyakan apa Cioe Ci Jiak suka menakluk, tapi si nona tak
menjawab dan hanya menggelengkan kepala. Baru saja kakek itu mau memerintahkan orang
sebawahannya turun ke gelanggang, tiba2 Tio Beng berkata. Aku sungguh merasa kagum,
bahwa dalam usia yang masih begitu muda kau telah menjadi salah seorang murid terpenting
dari Go Bie Pay. Kudengar kau sangat disayang oleh Biat Coat Soethay dan telah mendapat
ilmu yang paling tinggi dari gurumu. Apa begitu?
Ilmu silat guruku sangat luas dan dalam jawabnya. Mana bisa orang gampang2 mewarisi
ilmunya yang paling tinggi?
Tio Beng tertawa. Menurut peraturan disini asal saja orang bisa menangkan 3 orangku, ia
akan segera diantar keluar tanpa diganggu selembar rambutpun katanya. Mengapa gurumu
begitu sombong dan sungkan memperlihatkan ilmu silatnya kepada kami?
Dalam menghadapi kebinasaan, guruku sungkan dihina sahut nona Cioe Mana boleh
Ciangboen Go Bie pay mencari keselamatan dari orang2 sebawahanmu? Kau benar! Guruku
memang tak memandang sebelah mata kepada manusia2 rendah yang jahat dan kejam.
Memang benar soehoe tak sudi bertanding dengan manusia2 seperti kau dan anjing2mu!
walaupun disemprot dengan perkataan2 tajam, Tio Beng kelihatan tidak menjadi gusar. Ia
bahkan masih tertawa. Bagaimana dengan Cioe Kauwnio sendiri? tanyanya.
Aku seorang muda, belum mempunyai pendirian sendiri jawabnya. Aku hanya turut apa yang
dikatakan oleh guruku.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 944
Gurumu juga melarang kau bertanding dengan kami, bukan? tanya pula Tio Beng. Mengapa
begitu?
Cioe Jiak tersenyum dingin. Biarpun Kiam hoat Goe bie pay tidak bisa dinamakan sebagai
ilmu pedang yang sangat tinggi, sedikitnya kiam hoat kami adalah ilmu dari sebuah partai
lurus bersih di wilayah Tionggoan. Maka itu, kami tentu saja menjaga supaya ilmu itu tidak
sampai dicuri oleh segala manusia yang tidak mengenal malu.
Tio Beng terkejut. Ia tidak pernah menduga bahwa maksudnya telah ditebak jitu oleh Biat
Coat Soethay. Mendengar sindiran yang sangat pedas, darahnya meluap juga. Sret! ia
menghunus Ie Thian kiam. Gurumu telah mencaci kami sebagai manusia yang tidak mengenal
malu katanya. Baiklah! Sekaranf aku ingin menanya pedang Ie Thian kiam ini terang2 sebuah
mustika milik keluargaku. Mengapa partaimu, partai Goe Bie Pay telah mencurinya?
Semenjak dahulu orang mengenal Ie Thian kiam dan To Liong To sebagai senjata2 mustika
milik rimba persilatan daerah Tionggoan. Jawabnya dengan suara tawar. Aku belum pernah
mendengar, bahwa pedang itu mempunyai sangkut paut dengan seorang perempuan Hoan
pang (orang asing dari See hoan).
Paras muka Tio Beng lantas saja berubah merah padam. Ha! bentaknya. Apa benar kau tidak
mau bertanding? Nona Cioe menggeleng2kan kepala.
Menurut peraturan disini, orang yang kalah bertanding atau yang tidak mau bertanding harus
diputuskan salah satu jari tangannya kata Tio Beng Rupa2nya kau beradat sombong karena
menggangulkan mukamu yang sangat cantik. Aku sekarang tak mau memutuskan jari
tanganmu ia menunjuk Kauw Tauw too dan berkata pula. Aku akan membuat mukamu seperti
muka suhu itu. Aku akan membuat beberapa puluh goresan pedang diatas mukamu. Kumau
lihat apakah kau masih bisa mempertahankan kesombonganmu.
Sehabis berkata begitu, ia mengibaskan tangannya. 2 pengawal baju kuning lantas saja
melompat dan mencekel ke-2 lengan Cioe Jiak erat2.
Tio Beng tertawa mengejek. Untuk menggores muka, orang tidak perlu memiliki Kiam hoat
Go bie pay katanya. Apa kau kira aku tidak mengubah kau menjadi perempuan muka jelek
karena ilmu silatku tak keruan macamnya?
Kedua mata nona Cioe mengembang air dan tubuhnya bergemetaran. Untung Ie thian kiam
hanya terpisah beberapa dim dari pipinya. Dengan sekali mendorong tangannya si iblis bisa
membuat mukanya menyerupai muka tauw too itu.
Tio Beng tertawa Kau takut tidak? tanyanya.
Sekarang Cioe Ci Jiak tidak bisa mempertahankan keteguhannya lagi. Ia menggangguk dan
menjawab dengan suara parau Takut.
Bagus! kata nona Tio. Apa itu berarti, bahwa kau menakluk?
Tidak! jawabnya. Lebih baik kau bunuh aku saja.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 945
Tio Beng tertawa nyaring. Aku belum pernah membunuh orang. Katanya. Aku hanya ingin
menggores kulit dan sedikit dagingmu.
Tiba2 sinar putih berkelebat. Tio Beng benar2 menyabetkan Ie thian kiam ke muka nona
Cioe. Pada detik yang sangat berbahaya, sebelum ujung pedang menyentuh kulit, tiba2
terdengar suara Trang! sebuah benda melayang dan Ie thian kiam terpukul miring. Hampir
berbareng jendela hancur, seorang melompat masuk dan 2 pengawal yang mencekal Cioe Ci
Jiak roboh dilantai. Semua kejadian itu terjadi dalam sekejap mata. Dilain detik tangan kiri
orang itu melindungi nona Cioe dengan memeluk pinggang si nona, sedang tangan kanannya
mengadu dengan Long Thung Kek. Plak! keduanya terhuyung2 setindak. Ternyata orang yang
menolong bukan lain Boe Kie.
Menyerbunya Boe Kie seolah2 halilintar ditengah hari bolong. Dalam ruangan itu berkumpul
jago2 yang sangat lihai, tapi tak urung mereka terkesiap. Bahkan Hian beng ji loe (2 kakek
yang memiliki Hian beng sin kiang) yang memiliki kepandaian paling tinggi tak keburu
menghalangi Boe Kie. Tapi biar bagaimanapun Long Tung Kek bertindak cepat. Begitu
mendengar pecahan jendela, ia lantas melompat ke depan Tio Beng untuk melindungi
majikannya dan berbareng menyambut pukulan Boe Kie. Diluar dugaannya bentrokan
tangannya membuatnya terhuyung. Buru2 ia mengempos semangat, tapi ia kaget sebab ia
merasa sekujur badannya panas, seperti orang masuk ke dalam dapur. Mengapa begitu?
Karena pada waktu beradu tangan, Kioe yang cin keng dari Be Kie menerobos masuk
kedalam badannya. Sebagaimana diketahui, Lweekang Long Thung Kek adalah Lweekang
yang sangat dingin. Kioe yang Cin kie adalah hawa yang bersifat Soen yang (panas murni).
Maka itu, masuknya Kioe yang cin kie suda mengakibatkan bentrokan antara panas dan
dingin didalam tubuhnya.
Melihat keadaan Long Thung Kek, Hian beng Jie lo yang satunya lagi yang bernama Ho Pit
Ong cepat2 menghampiri dan mencekal tangan Long Thung Kek. Dengan tenaga kedua orang
itu barulah Kioe yang cin kie dapat ditindih.
Pada detik itu, orang yang merasai keneruntungan yang paling besar adalah Cioe Cie Jiak.
Dalam menghadapi bahaya besar, ia tidak pernah mimpi, bahwa ia akan mendapat
pertolongan dan yang menolong adalah Boe Kie sendiri. Dengan jantung memukul keras ia
mendapat tahu, bahwa pinggangnya dipeluk Boe Kie. Semenjak pertemuan di Kong beng
teng, siang malam ia belum pernah melupakan pemuda itu.
Maka itulah, biarpun menghadapi bahaya besar, biarpun ia berada ditengah2 ratusan golok, ia
merasa beruntung dan tidak memperdulikan apapun juga.
Sementara itu melihat kauwcoe mereka menyerbu, Yo Siauw dan wie It Siauw-pun segera
melompat masuk dan berdiri di belakang Boe Kie. Orang2nya Tio Beng yang semula kaget
sekarang sudah tenang kemabli lantaran mereka tahu, bahwa yang datang hanyalah 3 orang
musuh. Dari tanda yang diberikan oleh pengawal, mereka tahu bahwa diluar ruangan itu tidak
terdapat lain musuh. Mereka lantas saja menjaga semua pintu dan menunggu perintah sang
majikan.
Nona Tio tidak bergusar. Ia mengawasi Boe Kie dan kemudian mengawasi 2 benda kuning
berkeredapan yang menggeletak di lantai. Ternyata, waktu ia mau menggores muka Cioe Cie
Jiak. Boe Kie sudah menimpuk dengan serupa benda dan sebab Ie thian Kiam tajam luar biasa
maka benda itu terbacok menjadi 2 potong. Sekarang ia tahu, bahwa benda itu adalah kotak
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 946
emas yang ia berikan kepada Boe Kie. Kau rupa2nya membenci sangat kotak itu katanya
dengan suara pelan.
Melihat sorot mata Tio Beng yang penuh rasa menyesal, Boe Kie kaget dan heran. Aku tidak
membawa senjata rahasia katanya dengan suara lemah lembut. Dalam keadaan kesusu, aku
sudah menggunakan kotak itu. Harap Tio kauwnio tidak menjadi gusar.
Kedua mata si nona mendadak mengeluarkan sinar terang. Apakah kau selalu membawa
kotak itu? tanyanya.
Ya jawabnya. Melihat Tio Beng terus mengawasi dirinya, dengan paras muka merah cepat2
Boe Kie melepaskan pelukannya pada pinggang Cie Jiak.
Nona Tio menghela nafas dan berkata. Aku tak tahu bahwa Cioe Cie Jiak adalah..adalah
sahabatmu. kalau kutahu tentu tidak berbuat begitu terhadapnya. Kalau begitu kalian adalah ia
tidak meneruskan perkataannya dan menengok ke jurusan lain.
Cioe Kauwnio tidak.bukan..apa2 kata Boe Kie Hanya hanya.
Tanpa mengeluarkan sepatah kata Tio Beng mengawasi pula 2 potong kertas itu. Sinar
matanya menunjuk, bahwa ia ingin bicara banyak tapi mulutnya terkancing.
Melihat begitu Cioe Ci Jiak kaget. Dengan jantung memukul keras ia berkata didalam hati
Ah! Tak dinytana iblis perempuan itu mencintainya.
Tapi Boe Kie tidak memikir sampai disitu. Ia hanya merasa, bahwa ia sudah berbuat salah. Isi
kotak itu sudah mengobati Jie Thay Giam dam In Lie Heng. Sebagai pembalasan budi, ia
menggunakannya sebagai senjata rahasia, sehingga kotak itu terbagi 2. inilah ketelaluan,
pikirnya. Ia segera menjemput ke-2 potong kotak itu dari atas lantai dan berkata dengan suara
meminta maaf. Aku akan meminta seorang tukang yang pandai untuk menyambungnya lagi.
Apa benar? menegas si nona dengan suara girang.
Boe Kie manggutkan kepala. Ia merasa heran mengapa nona Tio begitu girang. Tapi ia tak
mau memikir panjang panjang. Ia hanya menganggap bahwa wanita muda itu sering
menunjukan sikap yang aneh2. ia segera memasukkan kedua potongan itu kedalam sakunya.
Nah, sekarang kau pergilah! kata Tio Beng.
Alis Boe Kie berkerut. Ia datang dengan tujuan untuk menolong para pamannya dan lain2.
sebelum mereka tertolong ia tidak bisa pergi. Tapi dilain pihak, musuh mempunyai banyak
sekali orang pandai dan dengan hanya bertiga, ia tidak bisa berbuat banyak. Tio kauwnio,
perlu apa kau menangkap Toasopeh dan yang lain2nya tanyanya.
Nona Tio tertawa, Maksudku sebenarnya baik sekali jawabnya. Aku mengundang mereka
supaya mereka suka mengeluarkan tenaga untuk kerajaan supaya kita bersama2 bisa
mencicipi kesenangan dan kemewahan. Diluar dugaan mereka sangat keras kepala. Maka itu,
aku tidak bisa berbuat lain daripada coba membujuk mereka dengan perlahan2.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 947
Boe Kie mengeluarkan suara dihidung dan lalu mendekati Cioe Cie Jiak. Biarpun dikurung
oleh musuh2 yang berkepandaian sangat tinggi, sikapnya tenang dan wajar. Tadi ketika ia
menjemput kedua potong kotak emas, ia bergerak seolah2 di ruangan itu tak ada manusianya.
Sekarang, setelah menyapu seluruh ruangan dengan matanya, ia berkata Baiklah! Kalau
begitu, kami ingin berpamitan. Ia memegang tangan Cioe Cie Jiak, memutar badan dan lalu
bertindak keluar.
Tahan! bentak Tio Beng. Jika kau inin pergi sendiri, aku tak nanti menghalang-halangi. Tapi
dengan mengajak Cioe kauwnio tanpa memberitahukan aku, kau sungguh tidak memandang
sebelah mata kepadaku.
Benar aku melanggar adat kesopanan kata Boe Kie sambil menghentikan tindakannya lalu
memutar tubuh. Tio kauwnio, aku meminta kau melepaskan Cioe Kauwnio dan
mempermisikannya untuk mengikut aku.
Tio Beng tidak menjawab. Ia memberi isyarat kepada Hian beng Jie lo dengan lirikan mata.
Ho Pit Ong maju beberapa tindak dan berkata Thio kauwcoe, kau datang lantas datang, mau
pergi lantas pergi. Mau menolong orang lantas menolong. Kau pikirlah! Dengan perbuatan
itu, dimana kami harus menaruh muka? Apabila kau tidak memperlihatkan kepandaianmu
kami semua tentu merasa sangat penasaran.
Mendengar suara si kakek, darah Boe Kie lantas saja meluap. Tua bangka kurang ajar!
cacinya dahulu, diwaktu aku masih kecil, kau sudah membekuk aku, sehingga hampir2 jiwaku
melayang. Hari ini, kau masih ada muka bicara begitu dihadapanku. Sambutlah! seraya
berkata begitu, ia menghantam Ho Pit Ong.
Lok Tung Kek yang tadi sudah berkenalan dengan kelihayan Boe Kie, mengerti bahwa
dengan seorang diri, kawan itu bukan tandingan pemuda itu. Bagaikan kilat ia melompat dan
memukul. Boe Kie tidak membatalkan serangannya tangan kanannya terus menghantam Ho
Pit Ong sedang tangan kirinya menangkis pukulan Lok Thung Kek. Dalam gebrakan ini
Tenaga tulen melawan tenaga tulen. Berbarengan dengan bentrokan empat lengan, tubuh
ketiga orang itu bergoyang2.
Pada beberapa bulan berselang, dalam pertemuan di Boe tong san, 2 tangan Hian beng Jie lo
melayani ke-2 tangan Boe Kie, sedang 2 tangan mereka yang lain menghantam tubuh pemuda
itu. Sekarang mereka ingin mengulangi siasat itu. 2 tangan mereka yang masih merdeka
dengan berbareng menghantam Boe Kie.
Tapi sesudah dibokong satu kali. Siang2 ia sudah memikiri cara bagaimana untuk
memunahkannya. Demikianlah, selagi ke-2 tangan musuh menyambar, tiba2 ia menyikut
dengan menggunakan Kian koen Tay lo ie Sin Kang. Plak! tangan kiri Ho Pit Ong memukul
tangan kanan Lok Thung Kek. Kedua kakek itu memukul dengan ciang hiat yang sama,
dengan tenaga yang sama pula. Sambil mengeluarkan seruan tertahan, mereka merasakan
kesakitan hebat. Tak kepalang rasa herannya. Mereka sama sekali tidak mengerti, mengapa
mereka saling pukul dengan teman sendiri. Ternyata, biarpun berkepandaian tinggi, Hian
beng jie lo belum mengenal Kian koen Tay lo ie.
Dilain saat, dengan gusar mereka menyerang bagaikan hujan dan angin. Dalam serangan itu,
mereka bekerja sama erat sekali, yang satu menyerang, yang satu membela diri. Tapi Boe Kie
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 948
terus menggunakan Tay loe ie sin kang, sehingga beberapa kali ke-2 lawannya saling gebuk
dengan kawan sendiri.
Hian beng Jie lo saling mengawasi dengan mata membelalak dan muka pucat. Sementara itu,
Boe Kie mengubah cara berkelahinya. Kini ia menyerang, dengan hawa yang panas murni.
Diserang begitu ke-2 kakek itu yang mempunyai Lweekang dingin jadi setengah mati.
Boe Kie terus mendesak tanpa mengenal ampun. Makin lama pukulan2nya makin cepat dan
erat. Dalam pertemuan ini, ia mengenali, bahwa diantara Hian beng Jie lo, Ho Pat Ong lah
yang telah memukulnya dengan Hian Beng sin ciang pada 20 tahun berselang. Ia ingat cara
bagaimana pukulan itu sudah mengakibatkan penderitaan hebat bagi dirinya dan hampir saja
ia kehilangan jiwa. Ia adalah seorang yang selalu bersedia untuk mengampuni semua
manusia. Tetapi sekarang, darahnya mendidih. Terhadap Lok Thung Kek, ia masih berlaku
murah hati, tapi terhadap Ho Pit Ong ia tak sungkan2 lagi.
Sesudah bertempur kira2 20 jurus muka Ho Pit Ong yang semula hijau berubah menjadi
merah. Tiba2 Boe Kie menghantam dengan telapak tangannya. Buru2 ia menangkis dengan
tangan kiri, sedang tangan kanan mereka itu dapat digunakan lagi untuk balas menyerang
Plak!...Plak! kedua tangan dengan saling susul mampir di pundak Long Thung Kek sedang
tangan Boe Kie terus menyambar tanpa bisa ditangkis atau dikelit lagi. Buk! dadanya terpukul
keras. Untung juga pada detik terakhir Boe Kie merubah pikiran dan sungkan mengambil jiwa
musuh. Sehingga pada saat yang memutuskan, ia mengurangi tenaganya. Tapi biarpun begitu,
Ho Pit Ong segera memuntahkan darah, dari merah mukanya berubah menjadi ungu dan
badannya bergoyang2. kalau Boe Kie mengirim pukulan susulan kakek itu tentu segera tamat
riwayatnya. Sementara itu sebab kena 2 pukulan kawan sendiri. Lok Thung Kek berjengit dan
seraya menggigit gigi ia terhuyung beberapa tindak.
Hian Beng Jie lo adalah jago2 utama dibawah perintah Tio Beng. Bahwa belum cukup 30
jurus mereka sudah terluka berat, adalah kejadian yang sungguh2 mengejutkan semua orang.
Terhitung Yo Siauw dan Wie It Siauw sendiri.
Mengejutkan karena pada waktu bergebrak dengan Hian beng Jie lo di Boe Tong San
kepandaian Boe Kie belum setinggi sekarang. Tak disangka dalam tempo beberapa bulan saja,
ia sudah maju begitu pesat.
Sebab musabab dari kemajuan itu ialah sambil mengobati Jie Thay Giam dan In Lie Heng
selama beberapa bulan Boe Kie banyak menerima pelajaran dari Thio Sam Hong. Kioe yang
sin kang, Kian koen thay lo ie dan Thay kek koen telah bergabung menjadi satu sehingga
dapat dikatakan, Boe Kie telah mencapai tingkat tertinggi dalam ilmu silat. Sesudah memikir
sejenak, Yo Siauw mengerti sebab musabab itu. Mereka kagum terhadap guru besar itu dan
mengagumi juga kauwcoe mereka.
Sesudah menderita kekalahan dalam pertandingan tangan kosong sambil membentak keras,
dengan berbareng hian beng jie lo mengeluarkan senjata mereka. Lok Thung Kek memegang
sebatang tongkat pendek bercagak menyerupai tanduk menjangan, warna hitam, entah dibuat
dari logam apa. Ho Pit Ong mencekal sepasang pit(senjata seperti pena Tionggoan) warna
putih terang, seperti krystal, yang ujungnya lancip seperti patuk burung Ho. Mereka sudah
lama mengikuti Tio Beng tapi malah nona itu sendiri tidak pernah melihat mereka
menggunakan senjata.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 949
Dimana saat satu sinar hitam dan 2 sinar putih segera mengepung Boe Kie. Pemuda itu tak
bersenjata, tapi sedikitpun ia tak merasa keder. Ia justru ingin menjajal kepandaiannya. Ia
ingin mengetahui apakah dengan tangan kosong ia bisa melayani ke-2 musuh yang lihay itu.
Dalam kegusarannya, Hian beng jie lo menggunakan senjata yang jarang sekali mereka
gunakan. Selama hidup mereka sangat mengandalkan senjata itu yang dapat digunakan untuk
menyerang musuh dengan pukulan2 aneh. Nama mereka atau lebih tepat nama julukan
mereka telah didapatkan dari senjata itu. Lok kak Toan thung dan Ho swee Siang pit (Tongkat
pendek yang menyerupai tanduk menjangan dan sepasang pit yang menyerupai patuk burung
ho) dan sebagai ringkas mereka menggunakan nama Lok Thung Kek (si pit burung ho).
Dengan memusatkan seluruh perhatian dan semangatnya, Boe Kie melayani ke-2 musuh itu.
Untuk menyelamatkan diri dari serangan2 musuh luar biasa ia menggunakan ilmu ringan
badan yang paling tinggi. Tapi untuk sementara waktu, ia belum benar2 memahami pukulan2
kedua kakek itu yang benar2 aneh. Dengan demikian biarpun ia berkepandaian cukup untuk
membela diri, ia tak bisa mendapat kemenangan dalam waktu cepat.
Sementara itu, begitu Boe Kie bertempur melawan hian beng jie lo, Tio Beng menepuk
tangan 3 kali dan 3 orang lantas saja menerjang Yo Siauw, 4 orang meyerang Wie It Siauw,
sedang 2 orang membekuk Cioe Cie Jiak. Dalam sekejap Yo Siauw mwlukai lawan dengan
pedangnya. Wie It Siauw merubuhkan 2 orang dengan pukulan Bian Ciang. Tapi jumlah
musuh terlalu banyak. Roboh satu maju 2. Boe Kie yang sedang dikepung tak bisa
memberikan pertolongan. Andaikata mereka bertiga ingin melarikan diri, mereka masih bisa
berbuat begitu. Tapi kalau mau mengajak Cioe Cie Jiak mereka takkan bisa melakukan itu.
Jilid 52_________________
Makin lama keadaan pihak Boe Kie jadi makin jelek. Mereka bingung dan makin bingung,
mereka makin terdesak.
Sekonyong2 Tio Beng membentak. Semua berhenti!
Hampir berbareng, semua jagonya nona Tio melompat keluar dari gelanggang.
Yo Siauw segera memasukkan pedangnya kedalam sarung, sedang Wie It Siauw
memulangkan golok yg dirampasnya kepada pemiliknya. Sesudah itu sambil tertawa
terbahak2 mereka berdiri dibelakang Boe Kie. Orang2 sebawahan Tio Beng yg berkepandaian
tinggi Kouw Tauw Too dan yang lain2 banyak yg belum turun ke gelangang. Apabila mereka
menyerbu, Boe Kie bertiga pasti takkan bisa mempertahankan diri. Bahwa dalam menghadapi
bahaya kedua pemimpin Bengkauw itu masih bisa tertawa sudah membangkitkan rasa kagum
dalam hatinya semua orang. Sementara itu dengan rasa kuatir Boe Kie melihat seorang pria yg
menudingkan sebatang pisau ke punggung Cioe cie Jiak.
Thio kongcu, sam wie (ketiga tuan) pergilah, kata nona Cioe. Aku merasa sangat berterima
kasih akan maksud sam wie yg mulia.
Thio Kongcu, kata Tio Beng sambil tersenyum. Aku sungguh merasa kasihan terhadap nona
yg begitu cantik. Apakah Cioe Kouwnio gadis idam2an mu?
Paras muka Boe Kie lantas saja berubah merah. Cioe Kouwnie dan aku sudah saling
mengenal sejak kecil katanya. Diwaktu kecial aku telah dipukul oleh manusia itu, ia
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 950
menuding Hi Pin Ong, Dengan Hian beng Sin ciang. Racun dingin masuk kedalam tubuhku
dan aku hampir tak bisa bergerak. Pada waktu itu Cioe Kouwnio telah merawat aku menyuapi
makan kemulutku dan memberi minum kepadaku. Budi yang besar itu sukar sekali bisa
dilupakan olehku.
Kalau begitu, kalian adalah kawan sedari kecil, kata Tio Beng. Bukankah kau ingin
mengangkat dia sebagai kauwcoe Hoejim (Nyonya kauwcoe) dari Beng Kauw?
Muka Boe Kie jadi terlebih merah. Sebelum musuh dapat diusir, tak bisa aku menikah!
katanya.
Tio Beng lantas saja gusar, Apa benar2 kau mau menumpas aku? tanyanya.
Boe Kie menggelengkan kepalanya. Sampai sekarang aku masih belum tahu asal usul kauw
Nio, katanya. Meskipun kita telah kebentrok berapa kali bukan aku, tp kauwnio yg cari
urusan. Apabila kouwnio sudi melepaskan para pamanku dan tokoh2 berbagai partai, aku
akan merasa sangat berterima kasih dan sedikitpun tidak berani bermusuhan lagi dengan
kouwnio. Apapula kouwnio boleh memerintahkan aku melakukan tiga rupa pekerjaan.
Kouwnio boleh menyebutkannya dan aku pasti akan melakukannya sedapat mungkin.
Tio Beng tertawa, Ah! Kau belum lupa? katanya. Ia berpaling kepada Cioe Cie Jiak dan
berkata pula. Jika benar Cioe kouwnio bukan gadis idamanmu, bukan saudari seperguruanmu
bukan tunangamyu, maka di goresnya muka yg cantik itu sama sekali tiada sangkut pautnya
dengan kau.
Sehabis berkata begitu, ia melirik. Hampir berbareng Lok Thung Kek dan Ho Pit Ong
melompat kedepat Cioe Cie Jiak dengan masing2 mencekal senjata, sedang salah seorang
pengawal menudingkan pisau pada muka Coe.
Thio kong coe, kata pula Tio Beng. Lebih baik kau berterus terang kepadaku.
Selagi Tio Beng bicara, Wie It Siauw membuka telapak tangannya dan meludahinya beberapa
kali, akan kemudian menggosok gosok telapak tangan yg penuh ludah itu di sela sepatunya.
Semua orang merasa heran. Mereka tak bisa menebak apa maksud Wie Hok Ong.
Sekonyong2 Ceng Ek Hong Ong tertawa terbahak bahak dan belum habis ia tertawa tubuhnya
berkelebat bagaikan kilat. Hampir berbareng Tio Beng kedua pipi nya di usap orang dan
dilain detik Wie It Siauw sudah berdiri lagi di tempat semula dengan tangan memegang dua
batang golok pendek. Tak seorangpun melihat, dari pinggang siapa ia mencabut kedua senjata
itu.
Nona Tio terkesiap, ia tak berani meraba pipinya dan lalu mengeluarkan sehelai sapu tangan
untuk menyusutnya. Sapu tangan itu bergelepotan suatu cairan2 lendir yg tercampur tanah.
Ludah Wie Hok Ong! Bahwa gusar, paras muka si nona berubah menjadi meah padam.
Mengingat mukanya dilabur ludah hampir2 ia muntah.
Tio Kouwnio! bentak Wit It Siang dengan suara lantang. Kalau kau mau merusak muka Cioe
Kouwnio, aku tentu tudak bisa mencegah. Nama Thio Kauwcoe kami dikenal ditengah lautan
dan sebagai pemuda berkepandaian tinggi dan tampat, tak sukar untuk mencari gadis2 cantik
untuk dijadikan istri dan empat gundik. Pada hakekatnya, ia tak memikir Cioe Kounio. Tapi
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 951
kau manusia kejam luar biasa dan aku, si orang she Wie, tidak bisa membiarkan dengan
begitu saja. Tio Kouwnio, kau dengarlah! Jika hari ini kau menggores muka Cioe Kouwnio
satu kali, aku akan membalas budi dengan dua kali lipat, aku akan menggores mukamu dua
kali, aku akan membayar dengan empat goresan. Apabila kau memutuskan satu jari
tangannya, aku akan memutuskan satu dua jari tangan2mu. Si orang she Wie tidak pernah
berdusta. Apa yg diaktanya pasti akan dilakukannya. Ceng Ek Hok Ong belum pernah
menjilat lagi ludah yg sudah dibuangi. Mungkin kau bisa menjaga diri selama setengah atau
satu tahun, tapi kau pasti tak akan mampu berwaspada terus menerus dalam delapan sembilan
tahun atau sepuluh tahun. Mungkin untuk menyelamatkan diri kau akan menyruh anjing2mu
untuk membinasakan aku. Tapi aku percaya tak seorangpun didalam dunia ini yg bisa
mengubar dirinya Ceng Ek Hong Ong. Nah selamat tinggal!. Berbareng dengan terdengarnya
perkataan tinggal badan Wie It Siauw menghilang dari ruangan itu. Kecepatan bergeraknya
Wie Hok Ong sungguh2 menakjubkan, semua orang yakin bahwa ancaman yg dikeluarkan
dengan suara tenang bukan gertak sambal.
Muka Tio Beng sebentar pucat, sebentar merah. Ia mengerti, bahwa kalau tadi Wie It Siauw
mengusap mukanya menyeluruh dengan sebatang pisau, muka yg cantik itu sudah mulai cacat
iapun yakin bahwa sesuai dengan ancaman itu, ia tak akan bisa menjaga diri terus menerus.
Dalam ruangan itu, org yg berilmu silat paling tinggi adalah Boe Kie. Tapi Boe Kie pun tidak
ungkulan melawan Wie It Siauw dalam ilmu ringan badan. Dalam perlombaan jarak jauh
berkat Lweekangnya ia akan memperoleh kemenangan. Tp dalam jarak dekat ia tak usah
berharap bisa menyandek Wie Hok Ong. Pada jaman itu, dalam seluruh rimba persilatan, Wie
It Siauw lah yg paling memiliki ilmu mengentengkan badan yg paling tinggi.
Sesaat kemudian, sambil membungkuk Boe Kie berkata, Tio Kauwnio, kalau begitu sekarang
saja kami minta diri. Dengan menuntun tangan Yo Siauw, ia meninggalkan ruangan itu. Ia
tahu bahwa sesudah mendapat ancaman, Tio Beng pasti tidak berani main gila terhadap Cioe
Cie Jiak.
Dengan raas malu dan gusar nona Tio mengawasi mereka, tapi ita tidak berani
memerintahkan orang2nya untuk mencegat kedua pimpinan Beng Kauw itu.
Setibanya dirumah penginapan, Wie It Siauw sudah menunggu, Wie Hok Ong, kata Boe Kie
sambil tertawa, hari ini kau memberi pelajaran lepat kepat kepada mereka. Mereka sekarang
mengerti, bahwa Beng Kauw tidak boleh dibuat gegabah.
Wie It Siauw tertawa nyaring, Aku tanggung tiga hari tiga malam nona cantik itu tidak enak
tidur, katanya.
Makin dia tidak enak tidur, makin sukar kita menolong orang, kata Yo Siauw.
Yo Co Soe bagaimana pikiranmu? tanya Boe Kie. Apakah kau mempunyai daya yang baik
untuk menolong mereka?
Alis Yo Siauw berkerut. Memang sukar, jawabnya. Kita hanya bertiga, apapula kedatangan
kita sudah diketahui oleh musuh.
Boe Kie merasa jangah. Akulah yang bersalah, katanya dengan suara meminta maat. Sebab
melihat Cioe Kauwnio menghadap bahaya aku tidak bisa untuk melakukan dan menahan hati,
sehingga akhirnya aku merusak urusan besar.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 952
Kauw coe tidak bersalah, bantah Yo Siauw. Dalam keadaan begitu, kamipun tidak bisa tidak
turun tangan. Bahwa dengan seorang diri, Kauw coe sudah mengalahkan Hian Beng Jie Lo,
adalah kejadian yg sangat baik untuk pihak kita. Sesudah beromong2 beberapa lama lagi,
mereka segera pergi mengaso di masing2 kamarnya.
Pada esok harinya Boe Kie tersadar dari tidurnya. Begitu membuka mata ia melihat jendela
terpentang lebar dan seorang berdiri didepan jendela sedang mengawasinya. Dengan kaget ia
melompat bangun. Orang itu mukanya penuh tanda bacokan golok, bukan lain daripada Kouw
Tauw Too. Boe Kie makin kaget, Kouw Tauw Too terus mengawasinya, tapi ia kelihatan
tidak mengandung maksud jelek. Boe Kie merasa seolah2 kepalanya diguyur air dingin.
Bagaimana aku bisa pulas begitu nyenyak?, katanya didalam hati. Musuh sudah berada diluar
jendela dan aku masih belum tahu. Dilain saat ia berteriak, Yo ce soe! Wie Hok ong! Mereka
yg tidur dikamar sebelah, lantas saja menyahut. Hati Boe Kie agak lega sedikitnya ia tahu,
bahwa kedua kawannya tidak dicelakai musuh.
Sementara itu, Kauw Tauw Too sudah menyingkir. Bagaikan kilat Boe Kie melompat keluar
jendela dan terus mengubar. Yo Siauw dan Wie It Siauw menyusul dari belakang. Setibanya
diluar mereka tidak melihat musuh lain, sedang si pendeta kabur ke arah utara. Seraya
memberi isyarat dengan ulapan tanga, mereka mengejar.
Meskipun pincang, pendeta itu bisa lari cepat sekali. Waktu itu fajar baru menyingsing dan
jalanan masih sepi. Tapi lama kemudian, mereka sudah keluar dari pintu utara dan Kouw
Tauw too membelok kejalanan kecil. Sesudah lari tujuh delapan li lagi, mereka tiba disebuah
bukit batu dan si pendeta menghentikan tindakannya. Sesudah mengibas2kan tangannya
sebagai tanda supaya Yo Siauw and Wie It Siauw mundur, ia memberi hormat. Apa
maksudnya? tanyanya didalam hati. Tempat ini tiada manusianya dan kalau sampai
bertempur, dengan seorang diri, dia pasti kalah. Kelihatannya dia tidak mengandung maksud
jahat.
Selagi Boe Kie memikir begitu, seraya mengeluarkan suara ah ah uh uh si gagu sudah
menerjang. Dia menyerang dengan memandang sepuluh jeriji tangan kiri merupakan Houw
Jiauw (kuku harimau), tangan kannya berbentuk Liong Jiauw (cakar naga) sepuluh jari
tangannya bengkok seperti gretan baja dan serangannya hebat luar biasa.
Dengan mengibaskan tangan kiri, Boe Kie memunahkan serangan lawan. Bagaiman maksud
Siang jin? tanyanya. Sesudah bicara, kita masih mempunyai banyak waktu untuk bertempur.
Tapi si pendeta tidak meladeni dan terus menyerang. Tangan kirinya semula merupakan
Hauw Jiauw berubah menjadi Eng Jiauw (cakar elang) sedang tangan kanannya berubah
menjadi Hauw Jiauw.
Apa benar2 Sian jin mau bertanding juga? tanya Boe Kie seraya berkelit.
Si gagu tetap tidak menjawab. Kedua tangannya berubah lagi Eng Jiauw menjadi Say ciang
(telapak tangan singa), Houw Jiauw menjadi Ho uwee (patuk burung Ho), sedang
pukulannyapun turut berubah. Demikianlah, dalam tiga gebrakan ia sudah menyerang dengan
enam rupa pukulan.
Boe Kie tidak berani berayal lagi dan segara melayani dengan Thay kek koen. Ia bergerak
bagaikan mengalirnya air dan setiap pukulannya, baik membela diri maupun menyerang,
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 953
merupakan lingkaran Thay kek. Dalam pihak, Kauw tauw too menyerang dengan tipu2 yg
beraneka ragam. Ia menggunakan ilmu silat yg aneh2 menggabung silat sesat dengan silat dari
partai lurus bersih. Tapi Boe Kie sendiri tetap melayani dengan Thay Kek Koen. Sesudah
bertempur kurang lebih tujuh puluh jurus, sambil membentak keras. Kouw Tauw Too,
meninju dari jurusan Tiong Kiong. Bagaikan kilat, dengan gerakan Jie hong Sie pit, Boe Kie
memuji tinju yang menyambar dan berbareng dengan pukulan Tan Pian, telapak tangan
kanannya meneput punggung si pendeta yg bongkok. Tepukan itu mampir tepat pada
sasarannya, tapi Boe Kie tidak menggunakan Lwee Kang dan begitu telapak tangannya
menyentuh punggung ia segera menarik pulang.
Si pendeta melompat kebelakang dan mengawasi Boe Kie dengan sorot mata berterima kasih.
Ia mengerti bahwa dalam tepukan tadi, pemuda itu telah menaruh belas kasihan. Sesaat
kemudian, ia menggapai Yo Siauw dan dengan gerakan tangan mengutarakan keinginannya
untuk meminjam pedang. Yo Siauw membuka ikatan tali pedang dan bersama sama
sarungnya, ia menyerahkan senjata itu kepada si pendeta.
Boe Kie heran, Mengapa Co Soe meminjam senjata kepada musuh? tanyanya dalam hati.
Sementara itu, sesudah menghunus pedang Kouw Tauw too memberi isyarat supaya Boe Kie
meminjam pedang Wie It Siauw. Tapi pemuda itu menggelengkan kepala dan lalu
menggambil sarung pedang dari tangan si pendeta. Sesudah itu, sambil melintangkan sarung
pedang di depan dada ia membuat gerakan Ceng chioe (mengundang). Kouw Tauw too tidak
berlaku sungkan2 lagi dan lalu membuka serangan. Setelah menyaksikan cara bagimana
pendeta itu mengajar ilmu pedang kepada Tio Beng, Boe Kie tahu, bahwa dia memiliki Kiam
hoat yg sangat tinggi. Maka itu, ia segera melayani dengan Thay kek Kiam hoat. Seperti juga
dalam pertandingan tangan kosong, Kouw tauw too menyerang dengan rupa2 pukulan yg
dikirim secara berantai yg satu belum habis yg lain sudah menyusul. Sesudah bertanding
beberapa lama, Boe Kie merasa kagum sekali.
Kalau aku ketemu dia pada setengah tahun berselang, di dalam kiam hoat belum tentu aku
dapat menandinginya, katanya didalam hati. Di bandingkan dengan Giok Bin Sin Kiam Tong
Hong Peng ilmu pedang yg masih lebih tinggi setingkat. Memikir begitu, didalam hatinya
lantas muncul rasa sayang kepada pendeta itu.
Sesudah lewat beberapa jurus lagi, Kauw Tauw Too menyerang dengan ilmu Loan Pie Hong
(angin puyuh) dan pedangnya menyambar nyambar bagaikan berlaksa ular. Boe Kie
menyambut setiap serangan dengan memusatkan seluruh semangat dan perhatiannya.
Mendadak, mendadak saja dengan kecepatan yg tak mungkin dilukiskan ia membalik sarung
pedang sehingga mulutnya menghadap keluar dan memapaki pedang si pendeta yg
menyambar! Srok! Pedang itu masuk kesarungnya. Hampir berbareng, kedua menyambar dan
menyentuk pergelangan tangan si pendeta dan kemudia, sambil tersenyum melompat mundur.
Kalau mau, dengan menggunakan sedikit tenaga, ia sudah dapat merampas pedang si pendeta.
Cara yg digunakannya itu berbahaya dan indah luar biasa.
Diluar dugaan, selagi ia melompat mundur, sebelum kakinya menginjak tanah, Kouw Tauw
too sudah melemparkan pedangnya dan menghantam dengan telapak tangan. Dari sambaran
angin, ia tahu bahwa pukulan itu disertai lweekang yg dahsyat. Karena ingin menjajal
kekuatan tenaga dalam pendeta itu, ia segera menyambut dengan tangan kanannya dan
kemudian barulah kedua kakinya hinggap ditanah.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 954
Kouw Tauw Too tidak berhenti sampai disitu dan terus mengirim pukulan2 hebat. Boe Kie
segera mengeluarkan ilmu Kian Koen Tay Lo Ie yg paling tingig dna dengan ilmu tersebut, ia
mengumpulkan tenaga pukulan2 itu. Kemudian sambil membentak keras, ia balas memukul.
Pukulan it seolah2 air banjir yg memecahkan bendungan. Tenaga kira2 dua puluh pukulan
Kouw Tauw too yg terkumpul menjadi satu, dilepaskan secara mendadak. Di dalam dunia
belum pernah ada tenaga pukulan sehebat itu. Jika pukulan itu menimpa tubuh manusia, maka
daging dan tulang pasti bisa hancur luluh.
Sesaat itu kedua telapak tangan menempel dan Kouw Tauw too tidak bisa meloloskan diri
lagi. Tiba2 tangan kiri Boe Kie menjambret dada si pendeta dan melemparkannya keatas,
sehingga tubuh yg tinggi besar itu terbang ke angkasa. Hampir berbareng terdengar suara
keras dan batu2 terbang berhamburan. Pukulan yg sangat dahsyat itu menimpa batu.
Yo Siauw dan Wie It Siauw mengeluarkan teriakan kaget. Semula mereka menduga, bahwa
dalam pertandingan Lwee Kang antara Kauw Coe dan Kouw Tauw Too, keputusan siapa
menang siapa kalah baru bisa didapat sedikitinya dalam waktu seminuman the. Diluar
taksiran, detik yg menentukan tercapai dalam waktu yg begitu cepat.
Sesaat kemudian, dengan keringat membasahi telapak tangannya, Kouw Tauw too sudah
hinggap pula di tanah dengan selamat. Begitu lekas kedua kakinya menyentuh tanah, dengan
kedua tangannya ia membuat gerakan seperti api yg berkobar2 dan sesudah itu, sambil
menaruh tangannya diatas dada dan berlulut ia berkata Siauwjin (aku yg rendah).
Kong Beng Yo soe Hoan Yauw, menghadap Kauwcoe. Siauwjin menghaturkan banyak terima
kasih kepada Kauwcoe yg sudah menaruh belas kasihan, dan meminta maaf untuk segala
kekurang ajaranku.
Bukan main kagetnya Boe Kie. Mimpipun ia tak pernah mimpi, bahwa si gagu Kouw Tauw
too bukan saja bisa bicara, tapi jg Kong beng Yoe Soe dari Beng Kauw yg sudah menghilang
selama banyak tahun. Buru2 ia membangunkannya dan berkata, Hoan Yoe Soe, antara orang
sendiri janganlah menggunakan terlalu banyak peradatan.
Waktu tiba di bukit batu itu, Yo Siauw dan Wie It Siauw sebenarnya sudah menduga duga.
Hanya karena tubuh dan muka Hoan Yauw berubah terlalu banyak, maka mereka belum
berani memastikan. Sesudah Hoan Yauw memperlihatkan ilmu silatnya, dugaan mereka jadi
makin keras. Sekarang dengan serentak mereka mendekat dan mencekal tangan kawan itu
erat2. sambil mengawasi Hoan Yauw dengan air mata berlinang2, Yo Siauw berkata, Saudara
Hoa, siang malam kakakmu memikiri kau.
Hoan Yauw memeluknya. Ia menangis segak2 dan berkata, Taoko kita harus berterima kasih
kepada Tuhan yg sudha mengirim seorang kauwcoe yg berkepandaian tinggi dan bijaksana
kepada kita. Kitapun harus berterima kasih, bahwa hari ini kita bisa bertemu muka lagi.
Saudara, mengapa kau jadi begini? tanya Yo Siauw.
Jika aku tidak merusak muka dan tubuh sendiri, cara bagimana kudapat mengabuli Seng
Koen? jawabnya.
Mendenger keterangan itu, Boe Kie bertiga kaget bercampur duka. Mereka sekarang tahu,
bahwa Hoan Yauw sudah mencaci diri sendiri untuk bisa masuk kedalam kalangan musuh.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 955
Saudara, kau sangat menderita, kata Yo Siauw dengan suara parau.
Dahulu, dalam kalangan Kang Ouw, Yo Siauw dan Hoan Yauw dikenal sebagai Siauw Yauw
Jie Sian (Siauw dan Yauw dua dewa) dan julukan itu didapat karena mereka berdua memiliki
muka yg sangat tampan. Dari sini dapatlah dibayangkan bahwa dengan mencacati muka
sendiri, Hoan Yauw telah membuat suatu pengorbanan yg sangat besar. Wie It Siauw yg
beradat aneh sebenarnya tidak begitu akur dengan Hoan Youw. Tapi sekarang ia turut
berduka dan sambil berlutut ia berkata, Hoan Yoe soe, hari ini Wie It Siauw benar2 takluk
kepadamu.
Hoan Yauw segera balas berlutut. Ilmu ringan badan Wie Hog ong tiada bandingannya dalam
dunia, katanya. Makin tau kau kian lihai. Semalam Kauw Touw too bertambah pengalaman.
Yo Siauw menengok kesekitarnya dan berkata, Tempat ini tidak jauh dari kota dan musuh
banyak mempunyai mata. Lebih baik kita pergi kelembah sebelah depan. Semua menyetujui
dan mereka lantas saja berangkat. Sesudah berlari2 belasan li, mereka tiba dibelakang sebuah
bukit kecil, darimana mereka bisa memandang beberapa li jauhnya, sehingga mereka tak usah
kuatir pembicaraan mereka di dengar orang. Mereka lalu duduk ditanah dan mendengari cerita
Hoan Yauw.
Sebagaimana diketahui, sesudah Yo Po Thian menghilang dengan mendadak Peng Kauw
terpecah belah sebab para pemimpinnya berebut kedudukan Kauwcoe. Hoan Yauw sendiri
percaya Yo Po Thian belum meninggal dunia, maka seorang diri ia menjelajah dunia Kang
ouw untuk mencari pemimpin itu. Dalam beberapa tahun ia masih jg belum berhasil.
Belakangan ia menduga mungkin sekali Yo Po Thian dicelakai orang2 Kay pang. Diam2 dia
membekuk beberapa tokoh partai si pengemis dan menyiksanya untuk mengorek keterangan.
Tapi tindakan inipun tidak berhasil. Ia bukan saja gagal, tapi tanpa sebab juga sudah
mempersakiti banyak anggot Kaypang. Ketika itu, permusuhan kalangan Beng Kauw makin
menghebat. Dalam agama tersebut, ia mempunyai kedudukan yg sangat tinggi. Apabila ia
mau tampil kemuka dan turut serta dalam perebutan kedudukan Kauwcoe, ia pasti akan
mendapat banyak pengikut. Akhirnya dia mengundurkan diri dari dunia pergaulan dan
menjadi pendeta yg memelihara rambut (tauw too).
Tapi manusia tidak bisa melawan maunya nasib. Suatu kejadian yg sangat kebetulan telah
terjadi. Pada suatu hari, selagi lewat dikaki gunung Thay heng san, ia ditimpa hujan dan lalu
meneduh di sebuah kelenteng rusak. Tanpa di sengaja ia mendengar pembicaraan dua orang
yg satu Seng Koen, yg lain seorang pendeta. Belakangan baru itu tahu, bahwa pendeta itu
adalah Kong kian Tay soe, kepala dari empat pendeta suci dari kuil Siauw Lim sie.
Di Kong beng teng, Hoan Yauw pernah bertemu dengan Seng Koen dan ia tahu, bahwa orang
itu adalah adik seperguruan Yo Kauwcoe. Sesudah mereka selesai bicara, ia sebenarnya ingin
segera menemuinya. Diluar dugaan, baru saja mendengar beberapa patah perkataan, dia sudah
kaget tak kepalang. Dengan berlutut di lantai, Seng Koen meminta belas kasihan Kong kian
Tay soe. Dia menceritakan, cara bagaimana waktu mabuk arak, dia telah memperkosa anak
dari muridnya sendiri, yaitu Cia Soen, dan cara bagimana dia belakangan membunuh rumah
tangga murid itu. Diapun menuturkan bahwa untuk membalas sakit hati, Cia Soen telah
mencarinya diberbagai tempat, tapi dia tak berani muncul untuk menemui murid itu.
Akhirnya, dengan menggunakan namanya, Cia Soen membunuh banyak jago Rimba
Persilatan guna memaksa dia keluar.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 956
Kejadian itu telah diketahui Boe Kie. Tapi mendengar berita Hoan Yauw, ia kembali gusar
tercampur duka.
Selanjutnya Hoan Yauw menuturkan, bahwa sambil menangis Seng Koen memohon supaya
Kong kia Tay soe suka menerima sebagai murid. Dia juga memohon, supaya dengan belas
kasihan sang Budha, pendeta itu suka mendamaikan permusuhannya dengan Cia Soen.
Siancay, siancay! kata Kong kian Tay soe, Lautan kesengsaraan tiada batasnya, memalingkan
kepala, melihat daratan, menaruh golok, menjadi Budha. Manakala kau sungguh2 merasa
menyesal, pintu Sang Budha. Manakala kau sungguh2 merasa menyesal, pintu sang Budha
terbuka lebar dan kau takkan dibiarkan berdiri diluar pintu. Sehabis berkata begitu, ia
mencukur rambut Seng Koen dan menerima sebagai murid. Disamping itu, ia pun berjanji
akan berusaha mendamaikan permusuhan hebat antara Seng Koen dan Cia Soen.
Mendengar sampai disitu, Boe Kie segera memutar cara bagaimana Cia Soen membinasakan
Kong kian Tay soe dengan pukulan hebat. Kong kian sudah rela menerima pukulan dengan
harapan bisa membereskan sakit hati itu. Diluar dugaan, Seng Koen sudah memperdayai
gurunya. Pada waktu itu Kong kian mau melepaskan napas yg penghabisan, ia tidak muncul
untuk menemui Cia Soen.
Yo Siauw menyambung dengan menceritakan cara bagaimana Seng Koen menyerang Kong
bent teng dan cara bagaimana dalam pertempuran melawau In Thian Ceng dan In Yan Ong, ia
akhirnya binasa.
Hoan Yauw merangkap kedua tangannya dan berkata berulang2. Omitohud! Siancay, siancay!
Dengan hati duka, Yo Siauw mengawasi kawan itu yg dahulu terkenal sebagai seorang pria yg
berparas tampan.
Dengan Kim mo Say ong, perhitunganku sangat baik, kata pula Hoan Youw.
Akupun mendengar, bahwa seluruh keluarganya telah dibinasakan orang. Aku hanya tak
pernah menduga bahwa pembunuh itu adalah gurunya sendiri. Sesudah hujan berhenti mereka
keluar dari kelenteng itu dan aku mengikuti dari belakang. Kutahu mereka berkepandaian
tinggi dan hanya berani menguntit dari kejauhan. Tapi kong kian tidak bisa diakali. Ia tahu
bahwa dirinya dikuntit orang. Sambil berjalan ia berkata2 seorang diri, ia mengatakan bahwa
seorang murid Budha harus mempunyai hati kasihan. Mendengar begitu, aku tidak berani
mengikuti lagi.
Berselang kira2 setahun kudengar Kong kian Tay soe meninggal dunia. Aku merasa curiga
dan menduga, bahwa wafatnya pendeta itu tentu mempunyai sangkut paut dengan Seng Koen.
Diam2 kupergi ke Siauw Lim Sie untuk menyelidiki. Tapi aku tidak berani masuk kedalam
kuil dan hanya bergerak disekitar gunung Siong San, benar saja. Langit tidak menyianyiakan
usaha manusia yg sungguh2. secara kebetulan aku mendengar pembicaraan antara Seng Koen
dan seorang utusan kaisar. Utusan kaisar itu bukan lain daripada Lok Thian Kek. Mereka
berdua berkepandaian terlalu tinggi dan aku merasa tidak unggulan. Aku tidak berani datang
telalu dekat. Dari kejauhan, aku hanya dapat menangkap sepatah dua patah. Perkataan yg
didengar jelas oelhku hanyalah, Kong Beng teng harus dimusnahkan Sekarang kutahu bahwa
agama kita tengah menghadai bencana dan aku tidak bisa berpeluk tangan lagi. Aku lantas
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 957
saja menguntit Lok tong kek sampai di kota raja. Manusia itu aku tak berani ganggu. Dia
berkepandaian terlalu tinggi. Yg lainnya kupandang remeh akhirnya sesudah menyelidiki
lama juga, aku mendapat tahu bahwa jagao2 Rimba persilatan itu adalah orang2
sebawahannya Jie Lam Ong Khakan Temur.
Jie Lam Ong Khakan Temur adalah seorang anggota keluarga kaisar. Ia berpangkat Thay kat
Thay wie dan berkuasa atas semua tentara kerajaan diseluruh negeri. Ia seorang pintar dan
gagah, menteri utama dari kaisar Goen. Dia lah yg sudah menindas pemberontakan rakyat di
Kang hoay. Sudah lama Boe Kie dan para pemimpin beng kauw mendengar nama besarnya.
Sekarang, mendengar Lok Thung Kek dan lain2 jago rimba persilatan menjadi orang bawahan
pembesar itu, biarpun tidak terlalu kaget sedikit banyak Boe Kie terkejut juga (Jie Lam Ong =
Raja muda Jie Lam)
Tapi siapakah adanya Tio Kouwnio? tanya Yo Siauw.
Coba taoko tebak, kata Hoan Yauw.
Apa nona itu bukan putrinya Khakan Temur? tanya pula Yo Siauw.
Hoan Yaow menepuk2 tangannya. Benar, katanya. Sekali menebak taoko menebak jitu. Jie
Lam Ong mempunyai seorang putera yg bernama Kuh Kuh Temur dan seorang puteri yg
bernama Ming Ming Temur. Nama itu nama Mongol, kedua anak itu gemar ilmu silat dan
mereka punya kepandaian yg cukup tinggi. Disamping itu merekapun suka berpakaian seperti
orang Han dan menggunakan bahasa Han. Belakangan masing2 menggunakan jg nama Han,
Kuh Kuh Temur memilih nama Ong Popo dan Ming Ming memilih nama Tio Beng.
Perkataan Tio Beng hampir bersamaan dengan Siauw beng dan Siauw beng Koen coe (putri
Siauw Beng) gelaran si nona.
Wie It Siauw tertawa, Kakak beradik itu sangat aneh, katanya. Yang satu she Ong, satu lagi
she Tio. Kejadian itu tak akan terjadi dalam kalangan orang Han.
She ato nama keluarga mereka ialah Temur, menerangkan Hoan Yauw. Menurut kebiasaan
orang asing, nama keluarga ditaruh disebelah belakang.
Dari muka dan potongan badan, Tio Kouw nio seorang wanita cantik, kata Yo Siauw. Hanya
sayang, wataknya terlalu kejam.
Baru sekarang Boe Kie tahu asal usul Tio Beng. Sebenarnya siang2 ia sudah menduga bahwa
nona itu seorang putri yg berasal dari turunan keluarga kaisar. Ia hanya tidak pernah
menaksir, bahwa nona Tio putrinya raja muda Jie Lam Ong yg memegang kekuasaan atas
semua tentara kerajaan. Beberapa kali ia selalu jatuh dibawah angin.
Dalam ilmu silat nona Tio memang masih kalah jauh, tapi dalam menggunakan tipu, ia
banyak lebih unggul drpd dirinya sendiri. Mengingat itu semua didalam hati Boe Kie merasa
jengah.
Dalam penyelidikan selanjutnya aku mengetahui bahwa Jie Lam Ong ingin membasmi semua
partai persilatan yg terdalam dalam dunia Kangouw, kata pula Hoan Yauw. Ia telah menerima
baik rencana Seng Koen. Sebagai tindakan pertama, ia inin menumpas agama kita. Dalam
menimbang2 keadaan itu, aku berpendapat bahwa dengan terpecah belahnya kalangan kita
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 958
sendiri dan tangguhnya musuh, bahaya yg sedang dihadapi benar2 hebat. Untuk menolong
jalan satu2nya adalah masuk kedalam Ong Hoe dan coba menyelidiki rencana raja itu.
Sesudah tahu rencana mereka, baru aku bertindak dengan mengimbangi keadaan. Selain itu,t
ak ada jalan lain lagi. Tapi aku sudah pernah bertemu muka dengan Soen Koen, sehingga
untuk mencegah bocornya rahasia aku mesti membunuh manusia itu.
Benar, kata Wie It Siauw.
Tapi manusia itu sangat licin dan ilmu silat nya pun sangat tinggi, kata pula Hoan Yauw. Tiga
kali aku mencoba membokong dia, tiga kali aku gagal. Dalam usaha yg ketiga, aku berhasil
menikamnya dengan pedang, tapi aku sendiri kena pukulan telapak tangannya. Untung juga
aku berhasil melarikan diri tanpa dikenali. Tapi aku terluka berat dan sesudah berobat setahun
lebih, barulah kesehatanku pulih kembali. Waktu itu rencana Jie Lam Ong sudah mendekati
penyelesaiannya dan untuk bencana agama kita sudah diambang pintu. Aku jadi nekad, aku
merusak muka sendiri, aku mematahkan tulang betisku dan menyamar sebagai seorang gagu
dan bongkok aku pergi ke negeri Watzu.
Negeri Watzu? menegas Wie It Siauw. Negeri itu jauhnya berlaksa li. Perlu apa Hoan Yoe
pergi ke situ?
Sebelum Hoan Yauw menjawab, Yo Siauw sudah mendahului. Saudara, sunggu bagus tipumu
itu! Yo heng, perginya saudara Hoan ke negeri itu sungguh tepat. Dinegeri itu, ia pasti akan
diundang untuk bekerja kepada pembesar2 Mongol. Sebagaimana kau tahu, Jie Lam Ong
sedang mencari orang2 pandai. Untuk mengambil hatinya raja muda itu, pembesar2 Watzu
pasti akan mengirim saudara Hoan ke kota raja. Dengan muka dan badan yg sudah berubah
dan dengan berlagak gagu, biarpun Seng Koen lihati, dia pasti tidak akan bisa mengenali.
Wie It Siauw menghela napas. Yo kauwcoe telah menempatkan Siauw Yauw Jie Sian
disebelah atas keempat Hoat Ong dan sekarang aku mengakui bahwa mata Yo Kauw coe
benar2 tajam, katanya. Tipu selihai itu pasti takkan bisa dipikir oleh Eng ong, Hok ong dan
lain2 ong.
Wie heng banyak terima kasih untuk pujian mu yg tinggi, kata Hoan Yauw. Ia berhenti
sejenak dan kemudian berkata lagi dengan suara perlahan, Kauw coe, aku sekarang ingin
menerima hukuman.
Mengapa Hoan Yoe soe berkata begitu? tanya Boe Kie.
Hoan Yauw berbangkit dan sambil membungkuk, ia menjawab, Aku telah berbuat kedosaan
besar sebab sudah membunuh saudara2 dari agama kita. Sesuai dengan dugaan Yo Co Soe, di
Watzy aku sengaja membunuh singa dan membinasakan harimau, sehingga namaku lantas
saja terkenal. Pembesar2 disitu lalu mengirim aku kepada Jie Lam Ong. Guna memperkuat
kepercayaan raja muda itu atas diriku, aku membunuh tiga orang hio coe dari agama kita.
Alis Boe Kie berkerut. Ia tidak lantas menjawab. Didalam hati ia beranggapan, bahwa
tindakan Hoan Yauw sangat luar biasa dan agak kejam. Ia rela mengorbankan muka dan kaki
sendiri dan belakangan membunuh kawan sendiri. Beng Kauw dinamakan orang sebagai
agama sesat, agama siluman, pikirnya. Dilihat begini, sampai kapan Beng Kauw bisa mencuci
kata2 sesat dan siluman itu?
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 959
Melihat sikap Boe Kie, tiba2 Houw Yauw menghunus pedang Yo Siauw. Dengan skali
berkelebat, pedang itu sudah memutuskan tiga jari tangan kirinya, Boe Kie terkejut dan
merampas senjata itu, Hoan Yoe soe. Mengapa.. mengapa kau berbuat begitu tanyanya
dengan mata membelak.
Membunug saudara2 dalam agama kita adalah kedosaan besar, jawabnya. Karena urusan
besar belum selesai, Hoan Yauw belum berani membunuh diri. Sekarang Hoan Yauw lebih
dahulu memutuskan tiga jeriji dan nanti dia kaan mempersembahkan kepalanya kepada
Kauwcoe.
Aku sudah mengampuni kesalahan Hoan Yoe soe, kata Boe Kie. Mengapa kau berbuat begitu.
Sekarang kita menghadapi tugas yg sangat berat. Kuharap Hoan Yoe Soe tidak menyebut2
lagi urusan ini. Sehabis berkata begitu ia mengeluarkan obat luka, menyobek ujung bajunya
dan membalut luka Hoan Yauw. Didalam hati ia merasa sangat tidak enak. Ia tahu bahw Hoan
Yauw bukan gertak sambel. Apa yg dikatakannya dapat dilakukannya. Mungkin mereka
dihari di kemudian ia akan membunuh diri. Mengingat segala penderitaannya demi
skepentingan Beng Kauw, Boe Kie terasa sangat terharu dan tiba2 ia menekuk sebelah
lututnya, Hoan yoe soe sebagai orang yg berjasa besar untuk agama kita, terimalah hormatku,
katanya dengan suara parau. Apabila kau melukai lagi dirimu, itu berarti kau menganggap aku
sebagai manusia yg tak punya guna dan tidak pantas untuk menjadi kauwcoe dari agama kita.
Kalau kau menikam dirimu satu kali, aku akan menikam diriku dua kali.
Melihat Kauw coe mereka berlulut, dengan air mata bercucuran Hoan Yauw, Yo Siauw dan
Wie It Siauw segera turut berlutut.
Saudara Hoan, kata Yo Siauw sambil menyusut airmatanya. Kau tidak boleh mengulangi
perbuatan itu. Bangun robohnya agama kita hanya mengandalkan kauw coe seorang. Kauw
coe telah mengeluarkan perintah dan kau tidak boleh melanggar perintah itu.
Dalam pertandingan hari ini aku sudah merasa takluk terhadap kauw coe, kata Hoan Yauw,
Kouw Tauw too mempunyai adat yg sangat aneh dan aku memohon belas kasihan Kauwcoe.
Dengan kedua tangan, Boe Kie membangunkan Hoan Yauw. Sesudah terjadinya kejadian ini,
ia dan Hoan Yauw menjadi sahabat yg saling mencintai.
Sesudah itu, Hoan Yauw segara menceritakan pengalaman dalam gedung Jie Lam ong.
Pada jaman itu kaisar Goan yg bodoh diikuti oleh mentri2 dorna sehingga, karena tindakan2
nya yg seweang2 negeri jadi kalut dan rakyat memberontak. Untung besar kerajaan Goan
masih mempunyai Jie Lam ong yg gagah dan bijaksana. Tanpa mengenal capai, raja muda itu
membawa tentara kesana sini untuk menindas berbagai pemberontakan. Tapi negeri tetap
tidak menjadi aman, disana sudah kalut lagi. Dalam kerepotannya, raja muda terpaksa
menunda rencana untuk membasmi partai2 persilatan.
Selama beberapa tahnun kedua anaknya sudah menjadi besar. Kuh kuh Temur alias Ong Po
Po mengikuti ayahandanya dalam tentara, sedang Ming Ming Temur (Tio Beng) memimpin
rombongan jago2 silat untuk menumpas partai2 rimba persilatan. Jago2 itu terdiri dari ahli2
silat Mongol, Han dan See Hek dan diantara terdapat juga sejumlah pendeta See hoan.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 960
Gerakan enam partai besar untuk menyerang Kong beng teng membuka kesempatan baik bagi
Tio Beng. Atas usul Seng Koen, ia membawa semua jagonya untuk membasmi enam partai
itu dan Beng Kauw dengan sekaligus. Kejadian di Leng Lioe Choeng dan lain2 adalah
sebagian dari rencana itu.
Karena sedang bertugas diseberang lautan untuk menyelidiki tempat sembunyinya Cia Soen
maka Hoan Yauw tidak turut serta dalam rombongan Tio Beng yg pergi ke See Hek.
Belakangan baru ia tahu bahwa ia menggunakan racun Sip Hiang Joan Kinsan (obat bubuk
berbau harum yg membuat lemasnya tubuh manusia) yg dipersembahkan oleh pendeta See
hoan. Tio Beng telah menangkap jago2 enam partai besar yg mau pulang dari Kong Beng
Teng. Racun itu asin spt garam dan wangi bagaikan sayur yg segar. Dengan mencampurnya
didalam makanan, nona Tio berhasil menjaring semua kurban. Biarpun masih bisa bergerak
dan berjalan seperti biasa orang2 yg kena racun itu lemas badannya dan habis semua tenaga
lweekangnya. Hanya waktu meracuni Hwa pay, kaki tangan Tio Beng kurang berhati2 dan
rahasia bocor. Satu pertempuran lantas saja terjadi. Tapi Hwa san pay tak tahan melawan
jago2 seperti Hian Beng Jie Lo, Sin cian Pat Hiong, Atoa, A jie, A sam dan yg lain2 sehingga
sesudah beberapa belas orang binasa mereka semua kena dibekuk jg.
Penangkapan atas diri para pendeta dikuil Siauw Lim sie jg dilakukan dengan tipu daya itu.
Tapi kuil Siauw Lim sie biasanya dijaga keras, sehingga tidak gampang orang bisa turun
tangan. Menaruh racun dikuil tersebut berbeda jauh dengan menaruh racun di rumah2
pengindapan untuk menangkap orang2 yg sedang bepergian.
Aku tahu bahwa tugas menaruh racun dalam kuil itu sebenarnya jatuh kedalam tangan Seng
Koen, kata Hoan Yauw. Dengan kedudukannya sebgai murid Kong Kian Tay soe, dengan
mudah ia akan bisa menjalankan peranannya. Tapi ia keburu mati dalam pertempuran di Kong
Beng Teng. Aku merasa sangat heran. Siapa yg meracuni pendeta2 Siauw Lim Sie? Waktu itu
aku baru saja kembali dari luar lautan dan menyusul rombongan yg mau membekuk pendeta2
Siauw Lim Sie. Aku kepingin sekali menyelidiki, tapi sebab sudah berlagak gagu, tentu saja
aku tidak bisa menanyakan mereka. Apapula Siauw Lim pay sering menghina agama kita and
untuk berterus terang, aku merasa senang sekali, jika pendeta2 itu merasai sedikit penderitaan.
Kauwcoe, mungkin kau tak setuju dengan pendetaku itu. Ha ha!
Saudara, bukankah penggeseran patung Tat mo dilakukan oleh kau? tanya Yo Siauw.
Hoan Yauw tertawa, Ya, jawabnya. Ditulisnya huruf2 itu adalah atas perintah Koencoen
(putri seorang pangeran) untuk menumplek semua kedosaan atas pundak agama kita.
Belakangan, sesudah mereka semua berlalu, diam2 aku kembali dan memutar patung itu.
Matanya kawan2 ternyata tajam sekali dan bisa melihat kejadian itu. Saudara Yo, apakah
waktu itu kau mempunyai dugaan, bahwa pekerjaan tersebut dilakukan olehku?
Aku hanya tahu, bahwa pihak musuh terdapat seorang berkepandaian tinggi yg diam2
dilindungi agama kita, jawabnya. Aku tidak perna mimpi, bahwa pelindung kita saudara
sendiri! keempat pemimpin Beng Kauw itu tertawa terbahak2.
Kepada Hoan Yauw, Yo Siauw segera memberitahukan bahwa Beng Kauw sudah mengakhiri
permusuhan dengan partai2 persilatan dan dengan bekerja sama, akan berusaha merobohkan
kerajaan Goan. Maka itu, Yo Siauw Beng Kauw merasa berkewajiban untuk menolong
tokoh2 dari keenam partai itu.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 961
Musuh berjumlah besar, kita kecil, kata Hoan Yauw. Dengan hanya mengandalkan tenaga
empat orang, kita takkan berhasil. Jalan satu2nya kita harus berusaha untuk mendapatkan obat
pemunah Sip hiang Joan kin san dan memberikannya kepada hweshio, niekow dan hidung
kerbau bau itu. Sesudah tenaga dalamnya pulih kembali, beramai2 kita bisa menghandatam
Tat coe dan kabur dari kota raja ini.
Selama belasan tahun, Hoan Yauw tak pernah berbicara, sehingga sekarang lidahnya agak
kaku dan suara yg dikeluarkannya tak begitu tegas. Disamping itu, berhubung adanya
permusuhan antara Beng Kauw dan partai2 Rimba Persilatan, dalam mengeluarkan kata2 ia
tak sungkan lagi. Mendengar suara yg pelat (pelo) dan perkataan bau, Yo Siauw merasa geli
tercampur kuatir. Ia memberi isyarat dengan lirikan mata, tapi Hoan Yauw tidak meladeni.
Tapi Boe Kie sendiri tidak menjadi kecil hati. Pendapat Hoan Yoe soe memang benar,
katanya. Tapi cara bagaimana kita bisa mendapatkan obat pemunah itu?
Sebab aku berlagak gagu, maka biarpun koencoe menghormati aku, ia belum pernah
mengajak aku dalam merundingkan soal2 penting, jawabnya. Selain begitu, aku datang dari
lain negeri dan dapatlah dimengerti, jika ia menganggap diriku sebagai orang kepercayaan.
Maka itu, sampai sekarang aku belum tahu bagaimana macamnya obat pemudah Sip hiang
Joan kin san. Aku hanya mengetahui, bahwa karena obat itu obat yg sangat penting, koencoe
sudah berlaku sangat hati2. Kalau tak salah, racun dan obat dipegang oleh Hoan beng Jie lo
yang satu memegang racun, yg lain memegang obat. Bukan saja begitu, pada waktu2 tertentu,
bahkan diadakan tukar menukar dalam pemegangannya. Misalnya, kalau bulan ini Lok Thung
Kek menguasai racun, lalu bulan ia menguasai obat pemunah.
Yo Siauw menghela napas, Wanita itu sungguh pintar, katanya. Tanggung2 lelaki tak akan
bisa menandingi dia. Apa dia tidak percaya habis kepada Hian beng Jie lo?
Pertama memang begitu dan kedua untuk menjaga secara lebih hati2, kata Hoan Yauw. Kita
sekarang ingin mencuri obat pemunah. Dengan tindakan Koencoe itu kita tak tahu siapa
memegangnya. Lok Thung Kek atau Ho Pit Ong. Disamping itu, kudengar antara racun dan
obat tidak perbedaan bau dan warna, sehingga, andaikata kita berhasil mencurinya, kita masih
belum bisa memutuskan, apa kita mendapatkan obat atau racun. Sip hiang joan kin san
mengandung serupa bahaya yg tidak diketahui oleh banyak orang. Kalau orang kena racun itu
pertama kali, otot2 dan tulang2nya tak bertenaga lagi, tenaga dalam lagi, tenaga dalamnya
hilang semua. Tapi kalau dia kena untuk kedua kalinya biar bagaimana sedikitpun maka aliran
darahnya akan berbalik dan dia akan mati tanpa bisa ditolong lagi.
Wie It Siauw meleletkan lidahnya, Kalau begitu, kita tidak boleh salah, katanya.
Memang begitu, kata Hoan Yauw. Tapi aku mempunyai satu jalan yg baik. Tanpa
memperdulikan obat dan racun, kita curi saja apa yg disimpan oleh Hian Beng Sie Lo.
Sesudah itu kita memberikannya kepada seorang Hwa san pay atau Khing tong pay yg
kedudukan nya tidak begitu penting. Bubuk yg membinasakan sudah pasti adalah bubuk
racun. Dengan begitu kita lantas tahum yg mana racun yg mana obat. Kauwcoe, bagaimana
pendapatmu?
Boe Kie mengerti bahwa Hoan Yauw masih memiliki sifat2 sesat. Tapi ia hanya tertawa dan
berkata, Aku tidak begitu setuju. Terdapat kemungkinan bahwa yg dicuri kita racun
semuanya.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 962
Yo Siauw menepuk lututnya. Kauw coe kau benar, sesudah kita mengacau mungkin sekali
karena berkuatir kauwcoe menyimpan sendiri obat pemunah. Menurut pemikiraku yg paling
penting kita harus menyelidiki siapa yg memegang obat itu. Sesudah tahu pasti barulah kita
mengatur daya upaya untuk mencurinya. Sesudah mengasah otak beberapa saat, ia berkata
pula, Saudara Hoan, apakah yg paling disukai Hian beng Jie Lo?
Lok Thung kek suka paras cantik. Ho Pit Ong suka arak, jawabnya.
Kauwcoe, kata Yo Siauw kepada Boe Kie. Apakah ada racun yg menghilangkan manusia
seperti Sip hiang joan kin san?
Boe Kie tersenyum, Tidak sukar untuk membuat seseorang menghilangkan tenaga, jawabnya.
Tapi jika racun itu masuk kedalam perut seorang yg berkepandain tinggi, belum cukup
setengah jam, tenaganya sudah habis. Membuat racun yg selihai Sip hiang joan kin san, aku
rasanya tak mampu.
Setengah jam sudah cukup, kata Yo Siauw. Aku telah memikirkan suatu daya, tapi apa dapat
digunakan atu tidak terserah atas pertimbangan Kauwcoe. Saudara Hoan cobalah kau
mengundang Ho Pit Ong untuk meminum arak dan didalam arak kau menaruh racun yg
dibuat oleh Kauwcoe. Kau mendahului bikin ribut berlagak gusar dan mengatakan, bahwa kau
sudah diracuni oleh Ho Pit ong dengan Sip Hiang Joan kin san. Menurut dugaanku dengan
siasat itu, kita bisa segera mengetahui siapa yg menyimpan obat pemunah. Dengan
mengimbangi keadaan, kita bisa lantas merampasnya.
Boe Kie manggut2kan kepalanya. Apa daya itu bisa berhasil tergantung atas sifat dan watak
Ho Pit ong, katanya. Hoan yoe soe, bagaimana pendapatmu?
Kurasa tipu Yo Taoko boleh dijalankan, jawabnya. Ho Pit Ong berangsan dan kejam, tapi ia
tidak selihai Lok thun kek yg jahat dan banyak akalnya. Asal saja obat pemuda itu berada
pada Ho Pit Ong, biarpun tidak berkepandaian tinggi, mungkin aku masih melayaninya.
Tapi bagaimana kalau obat itu disimpan oleh Lok Thang Kek? tanya Yo Siauw.
Alis Hoan Yauw berkerut, Ya, itulah sukar, sahutnya. Sehabisa berkata begitu bangun berdiri
dan berjalan mundar mandir sambil menundukkan kepala. Berselang beberapa lama, tiba2 ia
menepuk kedua tangannya, Hanya ada satu jalan, katanya Lok Thung kok sangat pintar.
Kalau kita menggunakan tipu, sangat mungkin ia tidak kena ditipu. Jalan satu2nya kita
mencengkram kelemahannya dan kemudian menggertak dia. Tindakan ini memang
berbahaya. Tapi menurut pikiranku, selain ini tak ada jalan lain lagi.
Apa maksud saudara Hoan? tanya Yo Siauw. Cara bagaimana kita bisa mencengkram
kelemahan tua bangka itu?
Pada musim semi tahun ini, Jie Lam ong telah mengambil seorang selir (gundik),
menerangkan Hoan Yauw. Untuk merayakannya, ia mengundang kami, beberapa orang,
dalam semua perjamuan ditaman bunga. Jie Lam ong mengagulkan selir itu sebagai seorang
wanita yg sangat cantik dan untuk membuktikannya ia memerintahkan gundik baru itu
menemui kami dan menuang arak. Kulihat mata bangsat Lok Thung kek mengawasi nyonya
muda itu tak henti2nya.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 963
Habis bagaimana? tanya Wie It Siauw.
Tak apa2, jawabnya. Andai kata situa bangka mempunyai nyali sebesar langit, dia tentu tidak
berani main gila kepada selir Jie Lam ong.
Tapi ada hubungan apakah antara mata bangsat si tua bangka dan kelemahannya yg mau di
cengkram olehmu? tanya pula Wie It Siauw.
Dengan sedikit usaha kita dapat berbuat begitu, sahutnya sambil tersenyum. Dalam hal ini kita
memerlukan bantuan Wie heng. Dengan menggunakan ilmu mengentengkan badan yg tiada
bandingannya kau culik selir itu dan menaruhnya di ranjang si tua bangka. Andaikata dia
dapat mempertahankan diri dan tidak berani mengganggu nyonya itu, dia tetap tidak akan bisa
membersihkan diri, sebab wanita itu terbukti berada dalam kamarnya. Aku akan menorobos
masuk kekamanya dengan tiba2 memaksa dia mengeluarkan obat pemunah. Kurasa dia pasti
akan menurut.
Yo Siauw dan Wie It menepuk nepuk tangan. Mereka sangat menyetujui tipu kawan itu. Boe
Kie sendiri mendongkol tercampur geli. Ia ingat bahwa atas maunya nasib, ia sekarang
menjadi pemimpin serombongan manusia yg cara2nya sering menyeleweng dari kepantasan
dan tiada bedanya dengan sepak terjang kawanan Tio Beng. Tapi ia ingat juga bahwa tipu2
kelompok Tio Beng bertujuan busuk, sedang siasat Hoan Yauw pada hakekatnya bermaksud
baik, yaitu untuk menolong tokoh2 keenam partai persilatan. Memang jg demikian pikirnya
untuk melawan racun orang harus menggunakan racun. Memikir begitu, ia lantas saja tertawa
dan berkata, Hanya saja tipu Hoan Yoe soe harus menyeret juga nama baiknya selir Jie Lam
ong.
Hoan Yauw tertawa, Aku akan mendobrak pintu kamar si tua bangka terlebih cepat supaya
biarpun mau dia tak akan keburu menodai kehormatan nyonya itu, katanya.
Sesudah tercapai persetujuan tipu daya, mereka segera merundingkan tindakan selanjutnya.
Akhirnya ditetapkan, bahwa begitu lekas obat pemunah dapat dirampas, Hoan Yauw akan
pergi kemenara untuk memberikannya kepada jago2 keenam partai, sedang Boe Kie dan Yo
Siauw menjaga diluar menara. Sehabis menunaikan tugas eprtama, Hoan Yauw harus
membakar Bat Hoat sie dan Boe Kie bersama Wie It Siauw akan membakar rumah2 rakyat
disekitar kelenteng tersebut. Dalam kekacauan, rombongan keenam partai yg sudah pulih
tenaga dalamnya, akan segera menerjang keluar. Yo Siauw mendapat tugas untuk membeli
kuda dan kereta yg hrs menunggu diluar pintu See shia. Semua orang harus menerjang keluar
dari pintu See shia dan lari berpencarang dengan menggunakan kuda2 dan kereta2 itu.
Akhirnya mereka harus berkumpul di Ciang peng.
Dalam rencana itu, ada sesuatu yg tidak disetujui Boe Kie, yaitu pembakaran rumah2 rakyat.
Kauwcoe, kata Yo Siauw dengan suara membujuk, Dalam setiap urusan kita tidak bisa
mengharap kesempurnaan. Kita ingin menolong jago2 itu, supaya dikemudia hari kita bisa
mengusir Tat coe. Tujuan ini demi nusa dan bangsa, demi keselamatan beribu laksa umat
manusia dikolong langit. Jika hari ini kita membakar sejumlah rumah rakyat, tindakan itu
sudah diambil karena terpaksa.
Sesudah mencapai persetujuan bulat, masing2 lantas mulai bekerja. Yo Siauw pergi kepasar
untuk membeli kuda dan Boe Kie membuat racun yg kemudian diserahkan kepada Hoan
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 964
Yauw oleh Wie It Siauw. Dalam membuat racun itu Boe Kie sengaja menaruh tiga macam
wewangian, supaya arak yg tercampur racun berbau harum. Wie It Siauw membeli selembar
karung dan begitu lekas siang terganti dengan malam, ia segera menyatroni gedung Jie Lam
ong.
Untuk menjaga tawanan, Hian beng Jie lo Hoan Yauw dan lain2 jago mengindap di Ban Hoat
sie, Tio Beng sendiri berdia dama gedung raja muda dan hanya diwaktu malam, jika mau
berlatih ilmu silat, ia datang ke kelenteng itu.
Hoan Yauw kembali kekamarnya dengan rasa bahagia. Ia ingin cara bagaimana selama
duapuluh tahun lebih, Beng Kauw terpecah belah. Hari ini, atas berkah Tuhan agama tersebut
mempunyai harapan untuk menjadi makmur kembali, sehingga pengorbanannya bukan hanya
pengorbanan cuma2. ia berdia sebuah kamar dideretan kamar2 sebelah barat, sedang Hian
bang Jie Lo mengindap dikamar dekat menara dipekarangan belakang. Sebab merasa jari akan
kelohaian kedua kakek itu dan kuatir rahasianya bocor, ia jarang bergaul dengan Hian beng jie
lo dan mengambil kamar yg jauh dari mereka. Tapi sekarang ia mendapat tugas untuk
mengajak Ho Pit ong minum arak. Ia sekarang harus mendekati kakek itu. Sambil memutar
otak, ia mengawasi pekarangan belakang. Matahari sudah mulai menyelam kebarat dan
sinarnya yg menyoroti genteng kaca menara sudah mulai guram. Sesudah mengasah otak
beberapa lama, ia belum jg mendapat jalan untuk mendekati Ho Pit ong. Sambil
mengegadong tangan perlahan2 ia berjalan kebelakang perkarangan. Mendadak hidungnya
mengendus bau daging yg keluar dari sebuah kamar diseberang kamar Hian beng jie lo. Itulah
kamarnya Soeu sam Hwie dan Lie sie Coei, dua anggota Sin cia pat eiong. Tiba2 dalam
otaknya berkelebat serupa ingatan. Ia menghampiri kamar itu dan menolak pintu. Hampir
berbareng bau daging menyambar hidung, Lie Sie Coei sedang berjongkok dilantai dan
mengipas api di dapur tanah. Diatas dapur itu terdapat sebuat kuali yg airnya bergolak2 dan
mengeluarkan bau yg sangat harum. Soen sam hwie sendiri sedang menggambil piring
mangkok dan tidak bisa salah lagi, mereka tengah bersiap2 untuk makan minum.
Melihat masuknya Koun tauw too, paras kedua orang itu berubah pucat. Mengapa? Karena yg
dimasak mereka adalah daging anjing dan makan daging anjing dalam sebuat kelenteng
hweeshio merupakan pelanggaran hebat. Kalau dipergoki orang lain masih tak apa. Tapi
kouw tauw too bukan saja seorang pendeta tapi jg berkepandaian yang tinggi. Bagaimana
kalau dia tidak mau mengerti?
Diluar dugaan mereka, kouw tauw too tidak menjadi gusar. Ia menghampiri dapur, membuka
tutup kuali dan mengendus ngendus dengan hidungnya. Sekonyong2 ia memasukkan tangan
kedalam kuali tanpa memperdulikan panasnya air menjemput sepotong daging dan lalu
mengunyahnya secara rakus. Dalam sekejap daging itu sudah ditelan habis. Dalam sekejap
daging itu sudah ditelan habis. Soen sam hwie dan lie sie coei girang tak kepalang. Kauw tay
soe duduklah! Duduklah! kata Soen sam hwie. Kami merasa sangat girang, bahwa Tay soe
pun suka makan daging anjing.
Tapi kouw tauw too tidak mau duduk di kursi. Sesudah mengambil sepotong daging dan
memasukkan kedalam mulut, ia turut berjongkok disamping dapur. Soen sam hwie buru2
menuangkan semangkok arak yg lalu diangsurkan kepada si Touw too. Tapi baru menenguk
Kouw tauw too segera menyemburkannya dilantai, sedang tangan kirinya mengipas ngipas
hidung, seperti juga ia mau mengatakan, bahwa arak itu tidak wangi dan tidak enak rasanya,
sesudah itu ia berlalu dengan tindakan lebar, tapi tak lama kemudian ia kembali dengan
tangan menentang sebuyung arak. Tapi melihat si pendeta pergi dengan sikap marah Soe Sam
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 965
Hwie dan Lie sie cioe sangat berkuatir. Sekarang mereka sangat girang. Bagus! seru Lie cie
coe. Arak kami memang sangat jelek. Sungguh syukur Tay soe mempunyai arak yg mahal.
Mereka segera mengatur piring mangkok meja dan dengan sikat hormat mengundang Kouw
tauw too untuk duduk di kursi pertama. Dalam kalangan para jago2nya Tio Beng, Kouw tauw
too termasuk jago kelas utama. Dengan melayani secara hormat Soen Sam Hwie dan Lie Sie
Coei mengharap supaya dalam gembiranya si pendeta akan turunkan satu dua pukulan
istimewa kepada mereka.
Kouw Tauw too membuka tutup buyung dan menuang isinya kedalam tiga mangkok. Arak itu
berwarna kuning keemas2an, seperti madu tawon dan baunya yg menyambar hidung harum
dan segar. Sungguh bagus arak ini! seru Tie Sie Coei.
Sambil menjalankan peranannya, didalam hati Hoan Yauw bersangsi. Ia tidak tahu, apa Hian
Beng Jie Lo berada dirumah. Apabila kedua kakek itu sedang berpergian, maka usahanya kali
ini akan sia2. dengan pikiran tak tentram ia menjemput mangkok araknya dan menaruhnya di
kuah daging yg sedang bergolak2. begitu panas, arak itu jadi semakin wangi. Soen Sam Hwie
dan Lie Sie Coei yg sudah keluar iler, ingin segera mencegak arak dingin, tp di cegah oleh
Kouw Tauw Too yg dengan gerakan tangan, meminta mereka memanaskan dahulu arak itu,
menurut contohnya. Demikianlah dengan bergantian mereka memanaskan arak dikuah
daging. Hoang Yauw menghitung pasti, bahwa jika Ho Pit Ong berda di Bau Hoat sie ia tentu
akan dapat mencium bau arak itu dan akan datang kesitu.
Benar saja, tak lama kemudian pintu kamar diseberang tiba2 terbuka dan hampir berbareng
terdengar seruan Ho Pit Ong. Aduh! Wangi sungguh arak itu. Huh, huh! Tanpa sungkan2 ia
menolak pintu dna terus menolak pintu masuk kedalam. Melihat Kouw Tauw too turut serta
dalam pesta itu, ia agak terkejut, Kouw Taysoe aku tak nyana kaupun menyukai makanan itu,
katanya.
Soen Sam Hwie dan Lie Sie Coei buru2 berbangkit, Ho Kong kong, kebetulan sekali, kata
Soen Sam Hwie. Mari kita minum, arak ini arak Kouw taysoe. Tak gampang orang bisa
minum arak seenak itu.
Ho Pit Ong segera berduduk dihadapan Kouw Tauw too dan mereka berdua segera makan
minum sepuas hati, sedang kedua tuan rumah menjadi semacam pelayan. Tak lama kemudian
mereka sudah mulai sinting.
Sekarang tiba waktunya untuk aku tutun tangan, pikir Hoan Yauw. Memikir begitu ia segera
mengisi mangkoknya sendiri sampai arak meluber. Sesudah itu ia mengembalikan buyung
keatas meja, tapi cara menaruhnya berbeda dari tadi. Kali ini buyung arak ditaruh miring.
Miringnya buyung berart Hoan Yauw sudah turun tangan.
Dalam menjalankan tipunya, Hoan Yauw bertindak secara cermat dan hati2. ia menggiling
ramuan racun yg dibuat Boe Kie menjadi bubuk. Kemudia ia membuat sebuah lubang ditutup
buyung yg terbuat dari kayu dan memasukkan bubuk racun kedalam lubang itu. Tutup buyung
lalu dibungkus dengan kekainan, sehingga dengan demikian selama buyung ditaruh beridir,
arak yg didalamnya tetap merupakan arak biasa. Tapi sebegitu lekas buyung di taruh miring,
sebagian arak akan segera membasahi kain penyaring dan racunnya lantas tercampur ke
dalam arak. Dasar buyung itu berbentuk bulat sehingga baik ditaruh berdiri, maupun ditaruh
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 966
miring tidak begitu menarik perhati. Apapula setelah minum begitu banyak, ketiga orang itu
sudah sinting dan mereka lebih2 tidak bisa melihat perubahan itu.
Melihat mangkuk Ho Pit Ong sudah kosong, Hoan Yauw segera mencabut tutup buyung dan
mengerahkannya kepada sih kakek. Ho Pit Ong menyambuti dan lalu mengisi mangkoknya.
Sesudah itu, ia menambahkan arak dimangkok Soen Sam Hwi dan Lie Sie Coei yg sudah
separuh kosong. Ia tidak bisa menambah di mangkok Hoan Yauw yg masih penuh.
Mari! mengajak Ho Pit Ong.
Dengan serentak mereka mengangkat mengkok masing2 dan mengeringkan isinya. Kecuali
Hoan Yauw, ketiga orang itu sudah minum arak beracun. Soen sam Hwie dan Lie Sie Coei yg
lweekangnya tidak begitu kuat, lantas saja merasa lemas. Sie tee perutku tak enak, bisik Soen
Sam Hwie.
Aku.,.. akupun begitu, kata Lie Sie Cui. Apa kena racun?
Sesaat itu Ho Pit Ong sudah mulai merasa tidak enak. Buru2 ia mengerahkan tenaga dalam,
tapi hawanya tidak mau naik keatas. Parasa mukanya lantas saja berubah pucat.
Jilid 53___________________
Tiba-tiba Hoan Yauw bangkit dan mencengkram dada Ho Pit Ong sambil mengeluarkan suara
ah ah uh uh. Matanya mendelik dan ia kelihatannya sangat gusar.
Kouw Tay-soe, mengapa kau? Tanya Soen Sam Hwie.
Hoan Yauw mencelup arak dengan jari tangannya dan menulis huruf Sip hiang Joan kin san di
atas meja.
Soen Sam Hwie dan Lie Sie Coei tahu bahwa racun dan obat pemunah Sip hiang Joan kin san
dikuasai Hian beng Jie lo. Mereka saling melirik dan sambil membungkuk, Soen Sam Hwie
berkata, Ho Kong kong, kami berdua sedikit pun belum pernah berdosa terhadap Kong kong.
Kami mohon Kong kong suka menaruh belas kasihan. Mereka berkata begitu sebab menduga
si kakek memang mau mencelakai Kouw Tauw-too dan secara kebetulan mereka turut minum
arak beracun.
Bukan main herannya Ho Pit Ong. Bulan ini Sip hiang Joan kin san memang dipegang
olehnya sendiri, disembunyikan dalam salah sebuah pit yang berbentuk patuk burung ho.
Kedua senjata itu belum pernah berpisah dari badannya sehingga tak mungkin orang bisa
mencuri racun tanpa diketahui olehnya. Tapi waktu mengerahkan hawa, ia tidak bisa
mengeluarkan tenaga seperti juga kena Sip hiang Joan kin san.
Racun yang dibuat Boe Kie biarpun sangat keras sebenarnya berbeda jauh dari Sip hiang Joan
kin san dan perasaan tidak enak yang dirasakan oleh korban juga berbeda. Ho Pit Ong hanya
tahu bahwa racun Sip hiang memusnahkan tenaga dalam. Karena belum pernah mencobanya,
ia tentu saja tidak tahu perbedaan antara racun Sip hiang dan racun buatan Boe Kie. Melihat
kegusaran Kouw Touw too dan mendengar ratapan Soen Sam Hwie serta Lie Sie Coei, ia
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 967
tidak ragu lagi bahwa mereka semua dan ia sendiri sudah kena racun Sip hiang. Kouw Taysoe,
kau bersabarlah, katanya. Kita adalah sahabat. Mana bisa jadi aku ingin mencelakai
kalian? Akupun kena racun itu. Badanku lemas dan tidak bertenaga. Tapi siapa yang sudah
main gila? Aku sunguh merasa heran.
Kouw Tauw-too mencelup lagi arak dengan jari tangannya dan menulis lekas keluarkan obat
pemunah di atas meja.
Ho Pit Ong mengangguk. Benar, katanya. Lebih dahulu kita makan obat. Sesudah itu kita cari
penjahatnya. Tapi obat disimpan oleh Lok heng. Kouw Tay-soe, mari kita pergi kepadanya.
Hoan Yauw merasa sangat girang. Ia tidak mengira tipuan Yo Siauw berjalan begitu lancar.
Dengan tangan kiri ia sengaja memegang pergelangan tangan kanan Ho Pit Ong dan ia
berjalan dengan langkah limbung.
Beberapa saat kemudian mereka sudah sampai di gedung itu. Kamar samping yang di sebelah
selatan adalah kamar Ho Pit Ong, sedang kamar di sebelah utara kamarnya Lok Thung Kek.
Pintu kamar itu tertutup rapat.
Lok heng! teriak Ho Pit Ong, Lok heng!
Dari dalam kamar terdengar sahutan Lok Thung Kek.
Ho Pit Ong mendorong pintu tapi pintu terkunci. Lok heng! panggilnya, Lekas buka pintu!
Ada urusan penting.
Urusan apa? Tanya Lok Thung Kek. Aku sedang berlatih ilmu silat. Jangan mengganggu.
Ho Pit Ong dan Lok Thung Kek adalah saudara seperguruan. Kepandaian pun kira-kira
berimbang. Tapi karena Lok Thung Kek seorang kakek yang lebih tua dan juga karena dia
lebih berakal budi, maka Ho Pit Ong selalu menghormatinya. Mendengar jawaban sang kakek
yang kurang enak ia tidak berani memanggil lagi.
Hoan Yauw bingung. Dalam tipuan ini, sang waktu memainkan peranan penting. Kalau harus
menunggu sampai tenaga racun berkurang, rahasianya akan bocor. Maka itu tanpa
memperdulikan segala cara ia segera mendobrak daun pintu dengan pundaknya dan pintu
lantas saja terbentang. Hamper berbarengan terdengar jeritan seorang wanita.
Mendengar suara terpentalnya pintu, Lok Thung Kek yang sedang berdiir di depan ranjang
segera menengok. Paras mukanya lantas saja berubah pucat, kaget bercampur malu. Di tengah
ranjang tergeletak seorang wanita yang tubuhnya terbungkus dengan selembar kasur tipis dan
kasur itu dibebat dengan seutas tambang. Apa yang bisa dilihat adalah rambutnya terurai.
Wanita itu mengawasi Ho Pit Ong dan Hoan Yauw dengan mata membelalak dan paras
mukanya menunjukkan ketakutan besar. Hoan Yauw lantas saja mengenali bahwa dia itu
tidak lain adalah Han kie (selir seorang raja muda she Han). Hok Ong benar-benar hebat,
katanya di dalam hati. Seorang diri ia masuk ke dalam Ong hoe (gedung raja muda) dan
dengan begitu cepat ia sudah berhasil menculik Han-kie. Wie It Siauw berhasil sebab
meskipun di dalam Ong hoe terdapat banyak sekali pengawal, yang diperhatikan dan
dilindungi hanyalah Jie lam ong, Sie coe (putra seorang pangeran) dan Koen coe. Raja muda
itu mempunyai banyak selir dan seorangpun tak pernah menduga bahwa seorang selir bakal
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 968
diculik. Selain itu gerak gerik Wie Hok Ong juga cepat luar biasa dan tanpa penjagaan
istimewa, dengan mudah ia sudah bisa menculik Han-kie. Tapi menaruh wanita cantik itu di
ranjang Lok Thung Kek lebih sukar daripada menculiknya. Sesudah menunggu beberapa lama
barulah di kakek kelihatan keluar dari kamarnya dan dengan menggunakan kesempatan itu, ia
melompat masuk dan meletakkan tubuh Han kie di pembaringan.
Waktu kembali ke kamarnya melihat sosok tubuh wanita, Lok Thung kaget tak kepalang.
Bagaikan kilat ia melompat ke atas genteng tapi Wie It Siauw sudah pergi jauh.
Penyelidikannya di sekitar rumah itu tidak memberi hasil. Buru-buru ia balik ke kamar dan ia
jadi lebih kaget lagi.
Hari itu dalam perjamuan di taman bunga, melihat kecantikan Han-kie, semangat Lok Thung
terbang. Ia pulang dengan perasaan duka dan menyesal. Ia merasa menyesal mengapa tidak
lebih dulu ia bertemu dengan si cantik. Tapi sesudah Han-kie menjadi selir Jie lam ong, biar
bagaimanapun juga ia tidak berani mengganggu. Belakangan ia mendapat seseorang baru
yang cukup cantik sehingga perlahan-lahan ia dapat melupakan Han-kie.
Mimpipun ia tak pernah bahwa Han-kie bisa mendadak berada di pembaringannya. Ia kaget
bercampur heran. Sesudah berpikir sejenak ia menduga bahwa perbuatan itu dilakukan oleh
murid kenalannya yang bernama Yoe liong soe. Murid itu rupanya sudah bisa menebak isi
hatinya dan diam-diam sudah menculik si cantik sambil menyeringai ia mengawasi Han kie
dan mengajukan beberapa pertanyaan tapi wanita itu tidak bisa menjawab. Ia sadar bahwa
jalan darah Han kie telah ditotok.
Baru saja mengangsurkan tangannya untuk membuka jalan darah tiba-tiba Ho Pit Ong
mengetuk pintu dan Kauw Tauw-too mendobraknya. Itulah kejadian yang tidak terduga. Ia
tidak bisa menyangkal lagi. Tiba-tiba dalam otaknya berkelabat sebuah ingatan. Ia menduga
bahwa kedatangan Kauw Tauw-too adalah atas perintah Jie lam ong yang sudah tahu
penculikan itu untuk menangkapnya.
Dalam keadaan begitu, jalan satu-satunya adalah kabur. Bagaikan kilat tangan kanannya
mengulurkan tongkat tanduk menjangan, tangan kirinya mendukung Han kie dan ia segera
bergerak untuk melompat keluar dari jendela.
Ho Pit Ong terkejut, Lok Soeko! teriaknya, Lekas keluarkan obat pemunah!
Apa? tegas sang kakak.
Entah bagaimana Siauw tee dan Kouw Tay-soe kena racun Sip hiang Joan kin san,
jawabnya.
Apa katamu? ia tegaskan lagi.
Ho Pit Ong mengulangi keterangannya.
Bukankah Sip hiang Joan kin san dipegang olehmu? tanya Lok Thung Kek dengan suara
heran.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 969
Siauw tee pun merasa sangat heran, sahutnya. Kami empat orang, tadi makan dan minum.
Secara mendadak, kami semua kena racun. Lok Soeko keluarkanlah obat pemunah. Sesudah
makan obat itu, kita boleh bicara lagi.
Hati Lok Thung Kek jadi lega. Ia segera menaruh Han kie di pembaringan dan menyuruhnya
menghadap ke tembok. Ho Pit Ong yang tahu kesukaan kakaknya, tidak merasa heran melihat
adanya seorang wanita dalam kamar sang kakak. Dalam kebingungannya ia tidak
memperhatikan siapa adanya wanita itu. Tapi biar bagaimanapun dalam keadaan biasa, tak
tentu ia bisa segera mengenali. Hari itu, dalam perjamuan di taman bunga, yang
diperhatikannya bukan si cantik, tapi makanan dan arak yang istimewa.
Sesudah menaruh Han kie, Lok Thung Kek berkata, Kouw Tay-soe, tunggulah di kamar
saudara Ho, aku akan datang membawa obat. Seraya berkata begitu, ia mendorong tubuh
kedua orang itu. Badan Ho Pit Ong bergoyang-goyang hampir ia jatuh. Hoan Yauw pun
berlagak sempoyongan. Tapi ada sesuatu yang tidak pernah diperhitungkan oleh pemimpin
Beng-kauw itu. Ia memiliki Lweekang yang sangat tinggi dan waktu didorong secara wajar, di
luar keinginannya, dari dalam tubuhnya lantas keluar semacam tenaga untuk melawan
dorongan itu. Sebagai seorang ahli silat kelas satu, Lok Thung Kek lantas saja merasakan
perbedaan antara dua dorongannya. Karena kuatir salah, ia mendorong lagi, kali ini dengan
menggunakan tenaga. Ho Pit Ong dan Kouw Tauw-too jatuh dengan berbarengan. Tapi Lok
Thung Kek lantas mendapat kepastian bahwa adik seperguruannya benar-benar jatuh sebab
tenaga dalamnya kosong sedang Kouw Tauw-too hanya berlagak jatuh.
Kouw Tay-soe, maaf, katanya sambil mengangsurkan tangannya mau membangunkan Hoan
Yauw. Begitu tangan menyentuh tangan, ia segera memijit Hwee-cong hiat dan Thong-tie hiat
di pergelangan tangan Kauw Tauw too.
Tapi Hoan Yauw cukup hebat. Ia segera tahu bahwa rahasianya sudah diketahui. Dengan
cepat ia menotok Hoen-boen hiat di punggung Ho Pit Ong supaya dalam tiga jam ia tak dapat
bergerak. Setelah Ho Pit Ong tak berdaya, ia tidak usah kuatir lagi sebab paling banyak ia
harus melayani Lok Thung Kek seorang diri.
Huh-huh! ia tertawa dingin, Lok Thung Kek, kau mau hidup atau mati. Sungguh besar
nyalimu! Selir Ong-ya kau berani culik.
Hian beng Jie lo tertegun. Selama belasan tahun mereka menganggap Kouw Touw too
seorang gagu. Lok Thung Kek sudah lama mencurigainya tapi ia belum pernah berpikir
bahwa Hoan Yauw bukan seorang gagu. Ia mengerti bahwa ia sekarang berada dalam keadaan
sangat berbahaya.
Baru sekarang kutahu bahwa Kouw Tay-soe bukan seorang gagu, katanya. Perlu apa kau
memperdayai orang selama belasan tahun?
Aku berlagak gagu atas perintah Ong-ya, jawabnya. Sebab tahu hatimu bercabang, ia
memerintahkan aku untuk mengamat-amati gerak gerikmu.
Keterangan itu sebenarnya agak mustahil tapi Lok Thung Kek yang telah kebingungan tak
bisa lagi menggunakan otaknya yang cerdas. Ia terkesiap dan badannya lemas. Apakah Ongya
memerintahkan kau untuk menangkapku? tanyanya. Huh huh! Biarpun kau berkepandaian
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 970
tinggi, belum tentu kau bisa menangkap Lok Thung Kek. Seraya berkata begitu, ia mengambil
tongkatnya, siap sedia untuk bertempur.
Hoan Yauw tertawa. Lok Sianseng, katanya dengan suara mengejek. Andaikata ilmu silat
Kouw Tauw-too tidak bisa menandingi kau, itu tak seberapa. Kalau kau mau merobohkan
aku, paling sedikit kau harus berkelahi dalam seratus atau dua ratus jurus. Memang tidak
terlalu sukar untuk kau kalahkan aku. Tapi jangan harap kau bisa membawa lari Han kie dan
menolong soeteemu.
Lok Thung Kek mengawasi adik seperguruannya dengan sorot mata berduka. Sedari muda ia
belajar silat bersama-sama dan puluhan tahun ia belum pernah terpisahkan. Mereka berdua
tidak menikah dan di dalam dunia ini, tiada orang yang lebih dicintainya seperti adik
seperguruan itu. Maka itu, biar bagaimanapun juga ia tidak akan bisa melarikan diri seorang
diri dengan meninggalkan Ho Pit Ong.
Melihat hati si kakek tergerak, Hoan Yauw segera memanggil Soen Sam Hwie dan Lie Sie
Coei. Sesudah menutup pintu kamar, ia berkata, Lok Sianseng, urusan ini belum keluar.
Kouw Tauw-too bersedia untuk melindungi kau.
Bagaikan kilat Hoan Yauw lalu menotok Ah hiat (hiat gagu) dan Joan ma hiat (hiat yang
membuat badan lemas) Soen Sam Hwie dan Lie Sie Coei. Sesudah itu ia berkata dengan
perlahan, Kau sendiri tentu tidak akan membocorkan rahasia ini, sedang soeteemu pasti tak
akan mau mencelakai kau. Kouw Tauw-too berlagak gagu dan ia akan tetap berlagak gagu.
Kedua sahabat itupun tak menjadi rintangan, Kouw Tauw-too akan menotok Sie hiatnya
untuk menutup mulutnya, Soen Sam Hwie dan Lie Sie Coei kaget tak kepalang. Ia tak nyana
bahwa urusan makan daging anjing akan berbuntut begitu hebat. Mereka ingin minta
dikasihani tapi mereka tidak bisa untuk diajak bicara sama sekali. Sambil menunjuk pada Han
kie Hoan Yauw lalu berkata pula. Mengenai wanita cantik itu, loo lap ingin mengusulkan dua
jalan. Pertama mencuci tangan bersih-bersih. Kita membawa dia dan kedua sahabat itu ke
tempat sepi dan membunuh mereka. Aku akan melaporkan kepada Ong-ya bahwa Han-kie
main gila dengan Lie Sie Coei yang tampan dan mereka mencoba melarikan diri. Tapi mereka
berpapasan dengan Kouw Tauw-too yang dalam kegusarannya sudah membunuh mereka.
Kalau mau, boleh kita mengampuni jiwa Soen Sam Hwie. Jalan kedua kau membawa lari
Han-kie dan coba sembunyikan di tempat aman. Apa kau berhasil atau tidak bukan urusanku.
Tanpa merasa Lok Thung Kek berpaling dan mengawasi Han-kie. Si cantik balas mengawasi
dan sorot matanya memohon. Ia mengerti bahwa Han-kie ingin mengambil jalan kedua.
Melihat kecantikan wanita itu, ia merasa tak tega untuk membunuhnya.
Terima kasih untuk maksudmu yang baik, katanya. Tapi apakah yang kau ingin dilakukan
olehku? Ia tahu bahwa Kouw Tauw-too mampunyai sesuatu untuk diajukan kepadanya. Tanpa
mengharap balasan budi, si pendeta pasti tak gampang mau menyudahi urusan ini.
Permintaanku sangat sederhana, jawab Hoan Yauw. Ciang poen-jin, Go Bie-pay, Biat Coat
Soethay adalah istriku sedang si nona she Cioe adalah anak kami berdua. Aku ingin minta
obat pemunah Sip hiang Joan kin san untuk menolong mereka supaya mereka bisa melarikan
diri. Di hadapan Kauwcoe aku yang bertanggungjawab. Apabila aku melibatkan kau, biarlah
semua anggota Kouw Tauw-too dan Biat Coat Soethay menjadi manusia hina dina yang
binasa secara mengerikan dan tidak bisa terlahir lagi ke dunia.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 971
Hoan Yauw sudah memperhitungkan bahwa sebagai orang yang suka bercinta, Lok Thung
Kek tentu akan percaya jika ia mengarang cerita yang berdasarkan percintaan. Ia sangat sekali
membenci Biat Coat Soethay sebab sudah mendengar keterangan Yo Siauw bahwa pendeta
wanita itu telah membinasakan banyak anggota Beng-kauw. Itulah sebabnya mengapa ia tidak
merasa segan untuk mengarang cerita yang tidak-tidak, yang menodai nama baik Biat Coat.
Mengenai sumpah, ia sama sekali tak menghiraukan sumpah. Dalam hal ini, orang harus ingat
bahwa Hoan Yauw masih memiliki sifat-sifat yang sesat dan ia dapat melakukan perbuatan
yang biasanya tak akan diperbuat oleh tokoh-tokoh Rimba Persilatan.
Mendengar keterangan itu, Lok Thung Kek terkejut tapi sesaat kemudian ia tersenyum.
Perbuatan yang diakui Kouw Tauw-too dianggapnya sebagai perbuatan lumrah. Biarpun
berbahaya, ianggap menukar obat pemunah dengan wanita cantik ada harganya juga. Kalau
begitu, menculik selir Ong-ya dan menaruhnya di dalam kamarku juga perbuatan Kouw Taysoe
bukan? tanyanya.
Kau memberi aku obat, aku membalasnya dengan Han-kie, jawabnya. Mulai dari sekarang
kita bersahabat untuk selama-lamanya.
Lok Thung Kek girang. Mendadak ia mendapat satu ingatan dan bertanya, Tapi cara
bagaimana soeteeku bisa kena Sip hiang Joan kin san? Dari mana kau mendapatkan racun itu?
Gampang sekali, jawabnya. Racun itu disimpan oleh soeteemu dan soeteemu suka minum
arak. Sesudah dia mabuk, apa kau kira Kouw Tauw-too masih tidak bisa mencuri racun itu?
Sekarang Lok Thung Kek tak ragu lagi, Baiklah. Kouw Tay-soe, katanya. Kami berdua akan
mengikat sahabat denganmu. Aku tidak akan menjual kau tapi kuharap kau jangan memasang
jebakan lain yang sehebat ini.
Hoan Yauw tertawa. Sambil menunjuk Han-kie ia berkata, Lain kali kalau ada wanita secantik
dia, kuharap Lok Sianseng suka memasang jaring supaya aku terjaring di dalam jaring
bahagia.
Mereka tertawa terbahak-bahak tapi masing-masing mempunyai perhitungan sendiri-sendiri.
Diam-diam Lok Thung Kek memikirkan daya untuk menyembunyikan Han-kie dan sesudah
itu ia akan berusaha untuk membinasakan si Tauw-too jahat.
Dilain pihak, Hoan Yauw tahu bahwa biarpun sekarang Lok Thung Kek tunduk tapi begitu
dia telah menyembunyikan Han-kie di tempat yang aman, Hian beng Jie lo tentu akan
membuat perhitungan dengannya. Tapi pada waktu itu, rombongan keenam partai sudah
tertolong dan ia sendiri sudah menyingkir ke tempat lain.
Sementara itu Lok Thung Kek sedang mengkhayal, ia tidak segera mengeluarkan obat
pemunah. Hoan Yauw tidak mau mendesak terlalu keras sebab bila ia berbuat begitu si kakek
tentu akan curiga. Ia duduk dan berkata, Lok heng, mengapa kau tidak segera membuka jalan
darah Han-kie? Ayolah! Untuk merayakan keberuntunganmu, kita boleh minum beberapa
cawan arak. Di bawah sinar lampu, ada arak, nona cantik apalagi yang mau dicari oleh
seorang manusia yang hidup dalam dunia ini?
Selagi Hoan Yauw bicara, si kakek mengasah otaknya. Ban hoat sie tempat yang ramai,
kelamaan Han-kie berada dalam kamar akan berbahaya. Ia segera mengeluarkan tongkatnya
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 972
dan mencabut salah satu cabang tanduk menjangan. Ia mengambil cawan dan menuang sedikit
bubuk obat ke dalam cawan itu, Kouw Tay-soe, katanya, Tipumu sangat hebat dan aku
menyerah kalah. Ambillah obat ini.
Hoan Yauw menggelengkan kepalanya. Begitu sedikit? katanya. Mana bisa cukup?
Obat ini lebih dari cukup, kata Lok Thung Kek. Jangankan dua orang enam tujuh orang masih
bisa ditolong.
Mengapa kau begitu pelit? kata Hoan Yauw, Apa halangannya jika kau beri lebih banyak?
Untuk berterus terang, aku kuatir diperdayai olehmu karena kau sangat licin dan cerdik.
Karena penolakan itu, Lok Thung Kek curiga. Kouw Tay-soe, apakah mau ditolong olehmu
tidak hanya Biat Coat dan putrimu? tanyanya.
Baru saja Hoan Yauw mau memberi keterangan, di luar rumah sudah terdengar suara ramairamai
dan langkah kaki tujuh delapan orang. Tapak kakinya terlihat di sini, kata seorang.
Apakah mungkin Han-kie dibawa ke Ban hoat sie?
Muka Lok Thung Kek berubah pucat. Ia segera memasukkan cangkir obat ke dalam sakunya.
Ia menduga bahwa Kouw Tauw-too sudah menyiapkan orang dan begitu ia menyerahkan obat
itu, si pendeta akan turun tangan.
Hoan Yauw menggoyang-goyangkan tangannya. Ia lalu mengambil selembar seprai
menyelimuti seluruh tubuh Han-kie dan menutup kelambu.
Lok Sianseng! Apa Lok Sianseng ada? demikian terdengar suara seruan orang.
Hoan Yauw menunjuk mulutnya. Dengan isyarat itu ia mau mengatakan bahwa karena ia
dikenal sebagai orang gagu, ia tidak bisa memberi jawaban dan biarlah Lok Thung Kek yang
menjawab.
Ada apa? bentak si kakek.
Seorang selir Ong-ya diculik orang, jawabnya. Tapak kaki penculik diikuti sampai di sini.
Lok Thung Kek menatap muka Hoan Yauw dengan sorot mata gusar. Hoan Yauw tersenyum
dan dengan gerakan-gerakan tangan, ia menyilakan Lok Thung Kek mengusir orang-orang
itu.
Jangan bikin ribut di sini! bentak Lok Thung Kek. Cari ke tempat lain! Ia seorang
berkepandaian tinggi dan berkedudukan tinggi dan sangat disegani. Orang-orang itu tidak
berani bersuara lagi dan lalu berpencar untuk menggeledah berbagai pelosok kelenteng Ban
hoat sie.
Lok Thung Kek mengerti bahwa sesudah terjadi kejadian itu, Ban hoat sie akan dijaga keras
dan usaha membawa Han-kie keluar kelenteng hampir tidak bisa dilakukan lagi. Alisnya
berkerut dan kedua matanya mengawasi Hoan Yauw dengan sorot benci.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 973
Tiba-tiba, Hoan Yauw teringat sesuatu. Lok heng, bisiknya, Di Ban hoat sie terdapat sebuah
tempat yang aman untuk sementara waktu menyembunyikan kesayanganmu. Satu dua hari
kemudian sesudah penjagaan agak kendor, kita bisa berusaha lain.
Paling aman dalam kamarmu sendiri! kata si kakek dengan gusar.
Hoan Yauw tertawa. Apa Lok heng rela menyerahkan wanita yang begitu cantik kepadaku?
tanyanya dengna nada mengejek.
Di mana tempat itu? bentak si kakek.
Hoan Yauw tersenyum dan menuding puncak menara.
Sebagai orang yang cerdas, Lok Thung Kek lantas saja bisa melihat tepatnya usul itu. Ia
mengacungkan jempol dan memuji. Bagus!
Sebagaimana diketahui, menara itu merupakan penjara untuk rombongan keenam partai.
Secara kebetulan Cong koan (pengurus) penjara adalah Yoe liong coe, murid kepala si kakek.
Orang bisa mencurigai tempat lain tapi orang pasti tak akan mimpi bahwa selir Ong-ya
disembunyikan di puncak menara yang terjaga ketat.
Orang-orang itu sudah pergi ke tempat lain, bisik Hoan Yauw. Kita harus segera bertindak
tidak boleh menunda lagi. Ia segera mengikat empat sudut seprai sehingga tubuh han-kie
merupakan bungkusan besar. Ia mengangkat bungkusan itu dan mengangsurnya kepada Lok
Thung Kek.
Hoan Yauw mengerti, Mau menolong orang harus menolong sampai akhir, katanya, Biarlah!
Aku akan menolong kau dan kau menyerahkan obat kepadaku.
Seraya berkata begitu, ia mengangkat bungkusan itu menaruhnya di atas pundak. Kau harus
menjaga baik-baik, bisiknya. Kalau ada yang coba menahan, binasakan saja.
Lok Thung Kek menggutkan kepala dan segera keluar lebih dahulu. Hoan Yauw turut keluar
dan sesudah merapatkan pintu sambil manggul Han-kie, ia berjalan ke arah menara.
Waktu itu kira-kira sudah jam sembilan malam. Kecuali sejumlah pengawal yang menjaga di
luar menara, dalam pekarangan kelenteng tidak terdapat manusia lain. Melihat Kouw Tauwtoo
dan Lok Thung Kek, para pengawal segera memberi hormat dengan membungkuk dan
membuka jalan.
Sebelum tiba di pintu, Yoe liong coe mendapat berita dari bawahannya, sudah keluar
menyambut dan berkata dengan suara girang, Soehoe! Mari masuk!
Lok Thung Kek mengangguk dan bersama Kouw Tauw-too, ia segera menuju ke pintu.
Mendadak pintu menara terbuka dan dari dalam keluar seorang yang tidak lain adalah Tio
Beng!
Lok Thung Kek terkesiap. Ia tak pernah menduga secara kebetulan majikannya berada dalam
menara.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 974
Sambil menengok ke Yoe liong coe, Tio Beng berkata sambil tertawa, Gurumu mempunyai
seorang murid yang sangat baik. Karena hanya ingat menyambut guru, kau tidak
memperdulikan aku lagi.
Yoe liong coe membungkuk. Siauwjin tak tahu kedatangan Koen-coe, katanya. Untuk
kelalaian itu, mohon Koen-coe sudi memaafkan.
Penjagaanmu sangat memuaskan, kata si nona. Kurasa Beng-kauw takkan gampang bisa turun
tangan.
Sesudah Boe Kie mengacau, Tio Beng yang tidak tahu bahwa yang datang ke kota raja hanya
tiga orang, merasa kuatir Beng-kauw akan menyatroni lagi dengan rombongan besar. Maka
itu, Tio Beng segera datang sendiri ke menara untuk memeriksa penjagaan. Ia merasa sangat
puas karena penjagaan terlalu rapi dan di setiap lantai ditaruh dua orang yang berkepandaian
tinggi. Ia menengok pada Kouw Tauw-too dan tersenyum, Kouw Tauw-too, katanya, Aku
justru sedang mencari kau.
Kouw Tauw-too manggut-manggutkan kepalanya.
Aku mau minta kau mengantar aku ke satu tempat, kata si nona pula.
Hoan Yauw mengeluh di dalam hati. Ia sudah berhasil menipu Lok Thung Kek dan obat
pemunah sudah berada di depan mata. Siapa sangka, Tio Beng datang mengacau? Ia mau
menolak tapi dalam peranan sebagai orang gagu ia tidak boleh bicara. Biarlah si tua bangka
yang menolong aku, pikirnya. Ia mengangkat bungkusan dan mengangsurkannya ke Lok
Thung Kek.
Si kakek terkejut.
Lok Sianseng, kata Tio Beng, Apa isi bungkusan itu?
Oh, jawabnya tergugu, Kasur Kouw Tay-soe.
Kausr? Perlu apa Kouw Tay-soe membawa kasur kemari? Ia tertawa dan berkata pula. Kouw
Tay-soe menganggap aku terlalu bodoh dan tak sudi menerima aku sebagai muridnya.
Sekarang ia sampai harus membawa kasur sendiri.
Hoan Yauw menggeleng-gelengkan kepala dan menggerak-gerakkan tangan kanannya. Biar si
tua yang mencuri jalan keluar, katanya di dalam hati. Huh-huh inilah enaknya jadi seorang
gagu.
Tio Beng tidak mengerti gerakan tangan itu dan ia mengawasi Lok Thung Kek. Si kakek
cukup hebat, dalam sekejap ia sudah memikirkan jawaban yang bagus. Sebagaimana Coejin
tahu, beberapa siluman telah datang mengacau, katanya. Kami kuatirkuatir mereka
menyatroni lagi untuk menolong tawanan itu. Maka itu kami berdua telah mengambil
keputusan untuk bermalam di sini guna menjaga diri. Kasur itu kasur Kouw Tay-soe.
Tio Beng girang sekali. Sebenarnya aku sendiri memang ingin sekali meminta bantuan Lok
Sianseng dan Kouw Tay-soe untuk menjaga menara ini, katanya sambil tertawa, Tapi aku
belum berani membuka mulut sebab menganggap bahwa dengan meminta begitu aku minta
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 975
terlalu banyak. Aku sungguh merasa girang bahwa tanpa diminta kalian berdua sudi
mengeluarkan tenaga begitu besar. Kouw Tay-soe, dengan adanya Lok Sianseng, kurasa
kawanan siluman tidak akan berani mengacau. Biarlah kau sendiri ikut aku. Seraya berkata
begitu ia memegang tangan Hoan Yauw.
Hoan Yauw tidak bisa meloloskan diri lagi. Jalan satu-satunya adalah menyerahkan
bungkusan kepada Lok Thung Kek yang lalu menyambuti. Baiklah aku menunggu kau di
menara, kata si kakek.
Soehoe, mari teecoe yang membawanya, kata Yoe liong coe.
Tak usah, kata sang guru sambil tertawa. Aku ingin mengambil hati Kouw Tay-soe. Tugas ini
harus dipanggul olehku sendiri.
Di dalam hati Hoan Yauw mengutuk si kakek. Tiba-tiba ia menepuk bungkusan itu. Baik juga
Han-kie sudah tertotok jalan darahnya sehingga tepukan itu tidak mengakibatkan teriakan.
Tapi Lok Thung Kek sudah ketakutan setengah mati. Ia tidak berani bercanda lagi dan
sesudah membungkuk kepada majikannya ia segera melangkah masuk ke dalam menara.
Diam-diam ia sudah memperhitungkan tindakannya. Begitu ia tiba di atas menara, ia akan
mengeluarkan Han-kie dari bungkusannya dan membungkus sebuah kasur dengan sprei itu.
Andaikata Kouw Tauw-too mengadu kepada Tio Beng biarpun mesti mati ia tak akan
mengaku.
Dengan rasa bingung dan heran, Hoan Yauw mengikuti Tio Beng keluar dari Ban hoat sie. Ke
mana nona itu mau pergi? Sambil memakai tudung yang semula tergantung di punggungnya
Tio Beng berbisik, Kouw Tay-soe, mari kita menemui si bocah Boe Kie.
Hoan Yauw terkejut dan melirik si nona. Ia mendapati kenyataan bahwa muka nona Tio Beng
bersemu dadu, sikapnya seperti orang malu bercampur girang. Hati Hoan Yauw jadi lega. Ia
lantas saja ingat pertemuan malam itu di Ban hoat sie antara kedua orang muda itu. Cara-cara
mereka bukan seperti musuh besar. Tiba-tiba ia sadar, Aha! serunya di dalam hati, Mungkin
sekali Koen-coe mencintai Kauwcoe. Sejenak kemudian ia berpikir, tapi mengapa dia
mengajak aku dan bukan Hian-beng Jie lo yang menjadi orang kepercayaannyaAku tahu, aku
gagu dan tidak bisa membocorkan rahasia. Ya! Itulah sebabnya. Berpikir begitu, ia manggutmanggutkan
kepalanya dan tersenyum.
Mengapa kau tertawa? tanya si nona.
Kouw Tauw-too menggerak-gerakkan kedua tangannya dalam isyarat bahwa biarpun harus
masuk ke dalam sarang harimau ia akan turut serta dan melindungi keselamatan si nona.
Tio Beng tidak buka suara lagi dan lalu berjalan mengikuti si gagu. Tak lama kemudian tiba
di depan penginapan Boe Kie.
Koen-coe benar-benar hebat, pikir Hoan Yauw, Ia sudah tahu tempat penginapan Kauwcoe.
Mereka segera masuk ke dalam. Kami ingin bertemu dengan seorang tamu she Can, kata Tio
Beng kepada pengurus hotel. Si nona tahu bahwa dalam rumah penginapan itu Boe Kie
menggunakan nama Can Ah Goe.
To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 976
Seorang pelayan segera masuk ke dalam untuk memberitahukan Boe Kie. Pemuda itu sedang
bersemedi sambil menunggu tanda api di kelenteng Ban hoat sie. Mendengar kedatangan
seorang tamu, ia merasa heran dan segera pergi ke ruangan tengah. Melihat Tio Beng dan
Hoan Yauw ia kaget, Celaka! ia mengeluh. Mungkin rahasia Hoan Yoe Soe bocor dan Tio
Kauwnio datang untuk berhitungan denganku. Ia menyoja dan berkata, Maaf! Karena tak tahu
Kauwnio datang berkunjung aku sudah tidak keburu menyambut.
Tio Beng balas memberi hormat. Tempat ini bukan tempat bicara, katanya dengan suara
perlahan. Mari kita pergi ke sebuah rumah makan kecil untuk minum tiga cawan arak.
Tio Beng berjalan lebih dulu. Di seberang rumah penginapan lewat lima rumah terdapat
sebuah rumah makan kecil dengan hanya beberapa meja kayu. Karena sudah malam, di rumah
makan itu tidak terdapat tamu lain. Tio Beng segera memilih sebuah meja di ruang tengah dan
duduk berhadapan dengan Boe Kie. Hoan Yauw tertawa dalam hati. Ia menggerak-gerakkan
kedua tangannya memberi isyarat bahwa ia ingin minum arak di ruangan depan dan Tio Beng
segera manggutkan kepalanya.
Sesudah Kouw Tauw-too keluar, si nona lalu memanggil pelayan dan memesan tiga kati
daging kambing serta dua kati arak putih.
Boe Kie merasa sangat heran. Nona itu bagaikan pohon bercabang emas dan berdaun giok.
Mengapa dia mengajaknya makan minum di dalam rumah makan yang kecil dan kotor? Apa
maksudnya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar